Share to:

 

Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah

Siri-Sori islam
Louhata
Yama Elhau
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KabupatenMaluku Tengah
KecamatanSaparua Timur

Sirisori Islam, dikenal pula sebagai Sirisori Salam adalah salah satu dari sepuluh negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia.

Etimologi

Nama Sirisori diduga berasal dari kata sir yang artinya berkumpul. Saat ini ada dua negeri yang menggunakan nama Sirisori, menyusul perpecahan Negeri Sirisori berdasarkan agama, masing-masing Sirisori Islam (SSI) dan Sirisori Amalatu (SSA). Sirisori Amalatu beragama Kristen Protestan, oleh karenanya dikenal pula sebagai Sirisori Kristen atau Sirisori Sarane (SSS). Menurut cerita, sebelum bernama Sirisori, daerah yang mereka diami sekarang ini dulunya bernama Hunimua. Kata sir yang menjadi akar nama Sirisori merupakan sumber nama bagi Kepulauan Lease yang digunakan sejak zaman Belanda. Belanda menyebut Saparua, Haruku, dan pulau-pulau di sebelah timur Ambon sebagai Uliaser, terinspirasi dari Sirisori (Soreçore), salah satu permukiman terpenting di daerah tersebut.[1]

Ada pun teun dari Negeri Sirisori Islam masih diperdebatkan karena negeri ini dan Sirisori Amalatu sama-sama mengklaim nama Louhata Amalatu sebagai teun mereka. Namun, kelihatannya klaim Sirisori Amalatu atau Sirisori Kristen yang lebih kuat, karena pasca perpecahan Negeri Sirisori, pihak Kristen-lah yang memegang pemerintah di bawah pimpinan matarumah parentah Kesaulya. Matarumah Kesaulya diakui oleh Belanda sebagai Raja Sirisori. Ada pun pihak yang beragama Islam berada di bawah perintah raja yang beragama Kristen tanpa pemerintahan sendiri. Sejak perpecahan Negeri Sirisori, pihak Islam melakukan beberapa lobi agar dapat memiliki pemerintah tersendiri dan baru dikabulkan pada awal 1800an, dengan dipimpin oleh orang kaya. Status orang kaya setara dengan patih atau patti, lebih rendah daripada latu atau raja sebenarnya. Walaupun sekarang, baik latu, patti, maupun orang kaya semuanya disebut raja, tanpa pembeda. Atas dasar inilah, Sirisori Amalatu mengklaim bahwa merekalah Louhata Amalatu, sementara Sirisori Islam yang memiliki pemerintahan kemudian ber-teun Louhata Amapatti.

Geografi

Sirisori Islam adalah negeri pesisir yang terletak di Jazirah Tenggara[2] dan berada di tepian Teluk Saparua. Negeri ini tidak memiliki klaim terhadap wilayah pantai timur, yang merupakan bagian dari pertuanan Ullath dan Ouw. Pesisir di muka negeri terdiri dari labuhan karang dan perairannya landai, dengan kemiringan kurang dari 10°. Peralihan ke zona tubir dapat ditemui pad kisaran antara 50-600 meter dari pantai.[2] Pertuanan Sirisori Islam terdiri dari pertuanan darat dan pertuanan laut. Pertuanan darat berbentuk permukiman, kebun atau dusun, ewang atau hutan, dan perbukitan.

Negeri ini beriklim tropis dan dipengaruhi oleh angin laut serta angin musim. Angin musim barat yang kering menyebabkan terjadinya musim kemarau, yang berlangsung dari September hingga Februari. Pada bulan oktober, angin musim timurlah yang bertiup dan membawa kandungan air yang melimpah, menjadikan bulan-bulan November hingga Januari sebagai musim hujan.[3]

Batas-batas

Negeri ini memiliki batas-batas sebagai berikut.[3]

  1. Sebelah utara dengan Negeri Sirisori Amalatu.
  2. Sebelah timur dengan Negeri Ullath.
  3. Sebelah selatan dengan Teluk Saparua.
  4. Sebelah barat dengan Negeri Sirisori Amalatu.

Adat dan pemerintahan

Sirisori Islam merupakan negeri patalima dan baileo-nya juga berlanggam patalima. Baileo Sirisori Islam dikenal dengan nama Tomagola Pailemahu[4] yang lokasinya berhadapan dengan masjid negeri. Baileo Sirisori Islam dibangun menapak tanah. Hal ini berkebalikan dengan Sirisori Amalatu yang berasaskan adat patasiswa, yang baileonya bersebelahan dengan gereja mereka dan membentuk sudut siku-siku. Baileo Sirisori Amalatu dibuat tagantong atau dibangun dengan pilar-pilar, lebih tinggi daripada tanah.

Matarumah Salatalohy di Sirisori Islam bertindak sebagai amanupunjo atau tuan tanah. Mereka termasuk salah satu keluarga terawal yang mendiami Sirisori dan memiliki banyak tanah. Negeri lama yang mereka diami adalah Elhau yang berlokasi di bukit belakang Negeri Sirisori Islam yang sekarang. Sementara itu, pemerintahan adat dijalankan oleh raja yang secra turun-temurun merupakan hak bagi matarumah parentah Pattisahusiwa dari Soa Namaulu.[5] Pemerintahan adat di Sirisori Islam mengakomodasi pula pemerintahan sipil yang diakui oleh negara. Oleh karenanya, raja dipandang bukan hanya sebagai kepala negeri, melainkan pula sebagai kepala adat dan bahkan kepala agama. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Raja Sirisori Islam dibantu oleh lembaga legislatif semacam DPR. Lembaga ini dikenal sebagai saniri negeri. Sebagai sebuah badan perwakilan masyarakat di tingkat negeri, saniri terbentuk dari musyawarah antar soa yang terdapat di Sirisori Islam. Ada lima soa yang dikenal di Sirisori Islam, masing-masing kecuali satu soa yaitu Namaulu, mengirimkan dua orang perwakilannya untuk duduk sebagai anggota saniri. Soa yang disebutkan terakhir diwakili oleh tiga orang dalam struktur saniri.

Berikut adalah soa yang ada di Sirisori Islam.

  • Soa Seilehu

Terdiri dari satu matarumah, yakni Salatalohy selaku tuan tanah.

  • Soa Titasomi

Terdiri dari matarumah-matarumah berikut.

  1. Saimima
  2. Kaplale
  3. Hehakaya
  4. Masahelupical, sebagian
  5. Paria
  6. Papulwa
  7. Polhaupessy
  • Soa Hauwoni

Terdiri dari matarumah-matarumah berikut.

  1. Pelupessy
  2. Toisuta
  3. Tuhepaly
  • Soa Samasuru

Terdiri dari matarumah-matarumah berikut.

  1. Holle
  2. Sopaheluwakan
  3. Sopamena
  4. Wattiheluw
  • Soa Namaulu
  1. Pattisahusiwa
  2. Assagaf
  3. Can
  4. Lauw
  5. Masahelupikal, sebagian
  6. Matahelumual
  7. Patty
  8. Riupassa
  9. Sanaky
  10. Satri

Secara umum, adat yang menyangkut pemerintahan masih hidup hingga hari ini di Sirisori Islam. Negeri ini memiliki mahkamah syariah, yakni semacam badan yang mengurusi kegiatan keagamaan negeri dan berpusat di Masjid Baiturrahman, masjid terbesar di Pulau Saparua. Mahkamah syariah terdiri dari imam, modin, marbot, dan khatib, mereka dilantik oleh raja dan bertanggung jawab kepadanya. Sejak lama dan turun-temurun, mahkamah syariah dan urusan keagamaan merupakan domain atau ranah matarumah Kaplale. Imam negeri pun dijabat oleh matarumah ini. Dahulu, saat musim cengkih, sebagian hasil panen masyarakat dibagikan kepada imam, modin, marbot, dan khatib sebagai sedekah dan bentuk terima kasih atas dedikasi dan pengabdian menjaga nilai-nilai di Sirisori Islam.

Lembaga kewang juga masih ada di Sirisori Islam. Beberapa kali diadakan sasi atau pelarangan memanen akan hasil-hasil alam tertentu. Saat diadakan sasi, bukan hanya masyarakat Sirisori Islam yang menjadi objek penegakan aturan, melainkan pula masyarakat dari negeri-negeri tetangga yang berbatasan wilayah dengan negeri ini. Tidak diketahui matarumah mana yang secara turun-temurun menjabat sebagai kepala kewang.

Demografi

Sirisori Islam, sesuai namanya, merupakan negeri yang mayoritas bahkan semua penduduknya beragama Islam. Dalam catatan Belanda, Kulur, Iha, dan Sirisori Islam ketiga disebut sebagai Mohamedanen negeri di Saparua.[6] Sirisori Islam memiliki penduduk Muslim paling besar di antara ketiga negeri.

Hubungan sosial

Gandong

Negeri ini memiliki hubungan gandong dengan Negeri Tamilouw (Islam) di Pulau Seram, Hutumuri (Kristen Protestan) di Pulau Ambon, dan Sirisori Amalatu (Kristen Protestan) yang bertetangga. Pemerintah Sirisori Islam juga mengakui bahwa Haria dan Waai adalah gandong, karena Kapitan Manuhutu dari Haria telah mengawini Nyai Intan atau Okiwanda dan Kapitan Bakarbessy dari Waai telah mengawini Nyai Mas atau Okawanda. Sementara itu, umumnya masyarakat di Hutumuri maupun Sirisori Amalatu menyebutkan bahwa Haria dan Waai bukan gandong, melainkan hanya kedua matarumah saja yang dihitung gandong. Kedua nyai yang menikah ke Haria dan Waai ini menurut cerita merupakan perempuan dari lima bersaudara. Tiga saudara lainnya berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah Kora atau Timanole yang berdiam di Tamilouw, Katkora atau Simanole yang berdiam di Hutumuri, dan Korale atau Silaloi yang berdiam di Sirisori. Silaloi sendiri memiliki nama lain sebagai Lohilo Manuputty dan merupakan moyang yang menurunkan matarumah Salatalohy.[7]

Pela

Hubungan pela dijalin dengan Negeri Haria (Kristen Protestan), dengan jenis pela minum darah.[8] Pela dengan Haria merupakan pela yang paling kuat dan masih lestari. Sejarah pela kedua negeri berasal dari abad ke-19, menyusul terjadinya pemberontakan yang dipimpin oleh Thomas Matulessy. Hingga saat ini, beberapa kali pemuda Haria dan Sirisori Islam turun bersama sebagai satu tim dalam perlombaan dayung perahu memakai nama 'Louleha". Mereka keluar sebagai juara pada tahun 2007. Setelah itu, dalam perlombaan yang sama, tim Haria turun sendiri, tidak lagi bergabung dengan pemuda-pemuda Sirisori Islam. Haria selain berstatus sebagai pela, juga merupakan gandong bagi masyarakat Sirisori Islam melalui pernikahan Nyai Mas dengan Kapitan Manuhutu.

Selain dengan Haria, ada yang mengatakan bahwa Sirisori Islam juga ber-pela dengan Ouw, Leinitu, dan Sameth. Ouw menurut sejarah merupakan musuh Negeri Sirisori dan untuk memisahkan pertentangan keduanya, di tanah antara Ouw dan Sirisori Belanda memerintahkan orang-orang di Gunung Momolono untuk turun ke pantai dan membangun permukiman. Kelak permukiman itu dikenal sebagai Ullath yang berada di antara Sirisori Islam dan Ouw. Nantinya, Ouw dan Sirisori mengadakan perdamaian dan mengangkat pela satu sama lain. Tidak diketahui secara jelas sejarah pela Sirisori Islam dengan Leinitu maupun Sameth. Kemungkinan bahwa adanya kesamaan matarumah di antara kedua negeri, yakni Sameth dan Sirisori Islam sama-sama memiliki matarumah Rieuwpassa, merupakan dasar hubungan kedua negeri ini.

Hubungan dengan negeri-negeri tetangga

Hubungan dengan negeri-negeri tetangga terbilang harmonis, walaupun pada akhir 1990an ternodai dengan kerusuhan atau konflik bernuasa sektarian yang membuat Sirisori Islam di satu pihak berhadapan dengan negeri-negeri Kristen di pihak lain. Sirisori Islam terlibat beberapa bentrokan dengan Ullath. Salah satu yang menimbulkan korban jiwa adalah bentrokan pada 15 Juli 1999, dengan korban jiwa 6 orang meninggal dan 8 luka berat dan ringan. Sirisori Islam yang terkepung saat konflik dengan negeri-negeri tetangga yang beragama Kristen diserang dari berbagai arah. Penyerangan dari arah Sirisori Amalatu ke Sirisori Islam dibalas dengan lebih hebat, yang mengakibatkan kejatuhan Sirisori Amalatu yang permukimannya habis dibakar dan rata dengan tanah. Gereja, baileo, sekolah, semuanya terbakar. Menurut sebagian masyarakat Sirisori Islam, kejatuhan Sirisori Amalatu merupakan buah kemurkaan nenek moyang mereka karena Sirisori Amalatu telah menyerang saudara gandong-nya. Tercatatan bahwa

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya