Sistem penulisan referensi MLASistem Penulisan Referensi MLA (MLA Style) adalah sistem standar untuk penulisan dan pengutipan sumber dalam karya akademis yang dikembangkan oleh Modern Language Association (MLA)[1]. Gaya ini banyak digunakan dalam studi bahasa, sastra, dan humaniora. Sistem ini berfokus pada keseragaman format, kejujuran akademik, dan mempermudah pembaca untuk melacak sumber. SejarahSistem penulisan referensi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951 ketika Riley Parker menerbitkan MLA Style Sheet. Panduan ini menjadi landasan bagi metode sitasi yang konsisten, membantu akademisi dalam menyajikan karya mereka dalam format yang terstandarisasi.[2] Pada awalnya, MLA Style Sheet bertujuan untuk mengatasi kekhawatiran yang muncul akibat ketidakkonsistenan dalam penulisan akademik, khususnya terkait penggunaan catatan kaki dan bibliografi. Sarjana pada masa itu menghadapi kesulitan dalam praktik sitasi, terutama dalam hal keseragaman catatan kaki dan daftar pustaka. Sebagai tanggapan, panduan ini menyertakan contoh dan pedoman untuk memberikan kejelasan. Manual pertama ini terdiri dari 31 halaman dan memberikan saran praktis tentang bagaimana menyiapkan manuskrip, terutama yang ditujukan untuk publikasi. MLA memperbarui panduan sitasinya pada tahun 1970. Pembaruan ini memperkenalkan beberapa praktik baru, seperti mengurangi penggunaan angka Romawi dan menekankan pentingnya mencantumkan nama penerbit dalam daftar pustaka. Versi yang diperbarui ini diperluas menjadi 48 halaman, menawarkan panduan yang lebih rinci bagi para sarjana. Edisi ke-8Seiring berjalannya waktu, MLA terus berevolusi, menyesuaikan diri dengan perubahan di dunia akademik dan teknologi baru. Tahun 2016, MLA merilis edisi ke-8 melalui MLA Handbook[3]. Pembaruan ini bertujuan untuk menyesuaikan format berdasarkan sumber yang mereka kutip. Berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya yang berfokus pada aturan sitasi yang kaku, edisi ke-8 ini menekankan pentingnya elemen inti seperti nama penulis, judul, dan detail publikasi, sambil tetap fleksibel terhadap berbagai jenis media dan sumber. Edisi ini memutus banyak konvensi tradisional dari versi sebelumnya. Alih-alih berfokus pada aturan spesifik untuk setiap jenis sumber, manual ini mendorong para sarjana untuk menggunakan pendekatan modular, dengan fokus pada komponen-komponen esensial dari setiap sumber. Perubahan ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar, terutama ketika mengutip media baru yang tidak mudah sesuai dengan model sitasi sebelumnya. Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah konsep "container" atau wadah. Sebuah wadah merujuk pada karya besar yang memuat karya-karya kecil, seperti jurnal yang berisi artikel-artikel individual, atau serial televisi yang terdiri dari episode-episode. Konsep ini membantu memperjelas cara mengatur elemen sitasi dengan lebih efektif. Selain itu, edisi ini juga menghilangkan keharusan untuk mencantumkan medium publikasi, seperti "Cetak" atau "Web," mengakui bahwa sekarang banyak sumber yang dapat diakses secara daring maupun luring. Edisi ke-9Edisi kesembilan MLA Handbook[4] , yang dirilis pada tahun 2021, membawa sejumlah perubahan yang menyesuaikan perkembangan dunia akademik dan kebutuhan pengguna yang semakin beragam, terutama di era digital. Dalam edisi ini, salah satu perubahan besar adalah penambahan lebih dari 300 contoh sitasi yang lebih konkret dan spesifik. Contoh-contoh ini dirancang untuk membantu penulis dalam menghadapi situasi sitasi yang lebih kompleks, terutama ketika mengutip sumber-sumber dari media digital dan multimedia, seperti video, siniar, atau konten dari media sosial. Panduan ini memberikan solusi praktis untuk mengutip format-format baru yang semakin banyak digunakan dalam penelitian modern, sehingga penulis dapat mengikuti standar akademik tanpa kesulitan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Bahasa yang digunakan dalam edisi ini juga disederhanakan untuk agar dapat diakses oleh penulis yang baru mengenal gaya sitasi MLA. Edisi ini juga memperkenalkan penekanan yang lebih besar pada aspek etika dalam penulisan akademik. Di dalamnya, dibahas pentingnya atribusi yang tepat untuk menghindari plagiarisme dan menjaga integritas akademik. Penggunaan sitasi yang benar tidak hanya membantu pembaca melacak sumber asli, tetapi juga menghormati hak intelektual penulis lain. Seiring dengan meningkatnya penggunaan platform digital, edisi kesembilan ini juga menawarkan instruksi yang lebih rinci untuk mengutip sumber dari media digital dan multimedia. Misalnya, ketika mengutip video atau siniar, penulis diminta untuk mencantumkan "timestamp" atau tanda waktu yang menunjukkan bagian spesifik dari konten yang dikutip. Hal ini memudahkan pembaca dalam menemukan bagian yang relevan dari sumber yang dikutip. Selain itu, panduan ini juga mencakup cara mengutip konten dari media sosial seperti Twitter dan Instagram, yang kini semakin sering digunakan dalam penelitian dan referensi akademik. Kesadaran terhadap inklusivitas juga terlihat dalam pembaruan terkait penggunaan pronomina atau kata ganti (pronoun) yang netral gender. Referensi
|