SpiritusSpiritus atau alkohol terdenaturasi,[1] adalah metanol yang memiliki zat aditif beracun dan berbau tajam untuk mencegah konsumsi. Kadang-kadang diberi zat warna untuk menandainya. Piridina, metanol, atau keduanya dapat ditambahkan untuk membuat spiritus beracun, dan denatonium dapat ditambahkan untuk membuatnya lebih pahit. Spiritus digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan bakar untuk pembakar alkohol dan kompor portabel. Karena banyak industri menggunakan spiritus, banyak zat aditif dan metode denaturasi yang digunakan. Umumnya yang ditambahkan adalah metanol 10%, sehingga disebut juga "spiritus termetilasi". Zat aditif lainnya seperti isopropil alkohol, aseton, metil etil keton, metil isobutil keton, dan denatonium.[2] Denaturasi alkohol tidak secara kimiawi mengubah molekul etanol. Sebaliknya, etanol dicampur dengan bahan kimia lain untuk membentuk larutan beracun. Tidak ada cara praktis untuk memisahkan komponen-komponennya. PenggunaanSpiritus digunakan seperti halnya etanol, kecuali untuk penggunaan dalam bahan bakar, pembedahan, dan laboratorium. Etanol konvensional diperlukan dalam bahan tambahan makanan dan minuman dan reaksi kimia tertentu yang denaturannya akan mengganggu. Dalam analisis biologi molekuler, spiritus dapat digunakan untuk mengendapkan asam nukleat.[3] TujuanDi beberapa negara, penjualan minuman keras dikenakan pajak yang besar. Dalam rangka untuk menghindari pajak minuman keras pada produk alkohol nonkonsumsi, alkohol harus "dispirituskan", atau diperlakukan dengan bahan tambahan kimiawi untuk membuatnya tidak enak. Spiritus bukan merupakan pengganti dari alkohol konvensional. Produksi spiritus umumnya merupakan persoalan kebijakan publik. Penawaran dan permintaan untuk spiritus timbul dari kenyataan bahwa alkohol normal (yang dalam bahasa sehari-hari mengacu khusus untuk etanol untuk konsumsi manusia sebagai minuman atau pengobatan) biasanya sangat mahal dibandingkan dengan bahan kimia yang mirip, yang sangat dikenakan pajak atau bea cukai sebagai sumber pendapatan negara melalui pelayanan kesehatan masyarakat. Seandainya etanol murni yang dibuat dengan harga murah tersedia untuk bahan bakar, pelarut, atau tujuan pengobatan, beberapa orang mungkin menelan itu.[4] Spiritus memberikan solusi untuk membolehkan penggunaan industri dan pembuatan etanol, yakni etanol murah dapat dibuat untuk nonkonsumsi tanpa risiko apabila diubah menjadi bahan konsumsi. Proses ini menciptakan sebuah etanol yang mengandung larutan yang tidak layak diminum, tetapi memiliki sifat yang mirip dengan etanol untuk tujuan-tujuan tertentu. Akibatnya, tidak ada pengenaan cukai pada spiritus di sebagian besar negara, sehingga jauh lebih murah daripada etanol murni. Akibatnya, komposisi spiritus diatur dengan ketat oleh undang-undang atau peraturan pemerintah. Sifat beracunMeskipun beracun, spiritus kadang-kadang dikonsumsi sebagai pengganti alkohol. Hal ini dapat berpotensi mengakibatkan kebutaan atau bahkan kematian jika mengandung metanol. Misalnya, selama masa-masa pelarangan minuman keras di Amerika Serikat, undang-undang federal mewajibkan penambahan metanol dalam produksi alkohol domestik. Pada Hari Raya Natal, tahun 1926, dan dua hari berikutnya, tepatnya saat pertengahan masa "percobaan besar" pemberlakuan undang-undang ini, 31 orang di Kota New York tewas karena keracunan metanol.[5] Untuk membantu mencegah hal ini, denatonium sering ditambahkan untuk memberikan rasa pahit. Zat-zat seperti piridina ditambahkan untuk memberikan campuran yang berbau menyengat, dan zat-zat lain dapat ditambahkan agar membuat peminumnya muntah. Selandia Baru telah menghapus metanol dari formulasi spritus yang disahkan pemerintah.[6][7] FormulasiZat aditif yang berbeda-beda membuatnya sulit untuk didistilasi atau didenaturasi dengan proses sederhana lainnya. Metanol sering digunakan baik karena titik didihnya lebih dekat dengan etanol dan memiliki sifat beracun. Denaturan lainnya adalah piridina. Spiritus sering diberi warna metil ungu.[8] Specially denatured alcoholSpecially denatured alcohol (SDA) adalah spiritus yang diregulasi dalam US Code of Federal Regulations (Kitab Undang-undang Federal Amerika Serikat), Bab 27 Bagian 21.151.[9] SDA adalah campuran dari etanol dan bahan kimia lain, misalnya etil asetat di SDA 29, 35 dan 35A, ditambahkan untuk membuat campuran yang tidak untuk diminum.[10] SDA sering digunakan dalam produk kosmetik, tetapi juga dapat digunakan dalam manufaktur bahan kimia, obat-obatan, dan pelarut.[11] Contoh lain adalah SDA 40-B, yang berisi tert-butil alkohol dan denatonium benzoat. Penggunaan alkohol yang tidak boleh dikonsumsi di Amerika Serikat sering digunakan untuk menghindari cukai produk alkohol.[12] Lihat pulaReferensi
|