Stasiun Juanda (JUA) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda 1, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Nama stasiun ini diambil dari jalan raya yang terletak di dekatnya. Stasiun yang terletak pada ketinggian +15 meter ini hanya melayani KRL Commuter Line. Stasiun Juanda terintegrasi langsung dengan Halte Juanda yang terletak di sebelah selatan stasiun.
PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter), anak perusahaan Kereta Api Indonesia yang bergerak di bidang penyelenggaraan kereta api lokal dan komuter, berkantor pusat di lantai dasar stasiun ini.[3]
Sejarah
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di ruas pertama jalur kereta api Batavia–Buitenzorg yang diresmikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu ruas Batavia–Weltevreden. Pada awalnya, stasiun ini merupakan halte kecil yang diresmikan pada tanggal 15 September 1871, bersamaan dengan pembukaan ruas pertama jalur kereta api tersebut. Stasiun ini dinamakan Noordwijk yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Pintoe-air (Stasiun Pintu Air setelah diberlakukannya Ejaan Republik) pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.[4][5]
Menjelang tahun 1990-an, Stasiun Pintu Air dirombak besar-besaran menjadi stasiun layang. Dengan diganti namanya menjadi Stasiun Juanda, Stasiun ini diresmikan sebagai stasiun layang di jalur segmen Manggarai-Jakarta Kota pada tanggal 5 Juni 1992. Pada saat itu, PresidenSoeharto beserta Ibu Tien dan jajaran di pemerintahan meresmikan jalur layang tersebut dengan naik KRL dari Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[6]
Bangunan dan tata letak
Bangunan Stasiun Juanda ini modern dengan sentuhan panel berwarna biru langit yang sampai hari ini masih dipertahankan dan tidak pernah diubah catnya, hanya tiang peronnya yang sempat diubah menjadi biru pucat, sebelum akhirnya pada 2022 kembali dicat ulang menjadi biru langit. Diketahui, proyek tersebut yang telah dimulai pada Februari 1988 menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan pada saat diresmikan belum sepenuhnya selesai hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[7][8]
Pada tanggal 26Oktober2008 pukul 15.30 WIB, pantograf yang terletak di kereta 1 KRL jurusan Jakarta Kota-Bogor terbakar. Akibat kejadian tersebut, sejumlah perjalanan KRL terhambat. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.[9]
Pada tanggal 11September2009, terjadi gangguan listrik di Stasiun Juanda, sehingga sejumlah perjalanan KRL terganggu selama 15-20 menit.[10]
Pada tanggal 03Oktober2009 pukul 09.50 WIB, KRL Ekonomi Jakarta Kota-Bogor diseruduk oleh lokomotif di Stasiun Juanda. Peristiwa ini tidak mengakibatkan keterlambatan perjalanan kereta api, namun seorang bocah perempuan tuna wisma berusia 10 tahun mengalami patah tulang kaki kanan.[11]
Pada tanggal 27 April2023 malam, seorang atlet paratenis meja, David Jacobs, ditemukan tergeletak dan tak sadarkan diri di tepi jalur layang kereta api petak Gambir—Juanda km 4+700. David pun dilarikan dengan ambulans stasiun ke Rumah Sakit Husada. Nahas, sang atlet pun dinyatakan meninggal pada keesokan harinya pukul 03.30 dini hari waktu setempat.[15]
Galeri
Stasiun Juanda dari udara.
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Burgerlijke Openbare Werken (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)