Share to:

 

Suku Moni

Moni
Migani
Suku Moni di Sungai Kemabu, Intan Jaya
Jumlah populasi
63.309 (2010)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Papua Tengah)
Bahasa
Bahasa Migani, Bahasa Indonesia
Agama
Kristen Katolik (dominan), Animisme
Kelompok etnik terkait
Mee, Napan (Auye), Wolani

Suku Migani (dikenal juga sebagai Miga Mene atau Moni) adalah kelompok etnis yang mendiami Kabupaten Intan Jaya di Papua Tengah, Indonesia. Sebaran geografis utama suku ini terdapat di wilayah Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga, Weandoga (Paniai), Duma-Dama, dan Domondoga. Mereka berbicara bahasa Moni. Mereka menghormati kangguru pohon besar hitam dan putih bersiul sebagai leluhur yang disebut Bondegzeu (dingiso). Bondegzeu tidak diketahui oleh komunitas ilmiah sampai zoologis Tim Flannery mendeskripsikannya pada tahun 1995.[2]

Etimologi

Kata "Migani" berasal dari kata Miga yang artinya asli, murni, tulen dan Ni yang artinya orang, manusia. Sehingga arti Migani adalah "manusia sejati". Istilah "Moni" pertama kali digunakan tahun 1970-an oleh Bupati Nabire (1969-1972), Karel Gobay. Saat itu situasi dilanda konflik antar suku dan penyebabnya diketahui adalah suku Migani. Bupati Gobay yang berusaha mengatasi masalah ini menghadapi watak Orang Migani yang keras, karena itu ia kecewa sehingga mulai menyebut dengan nama Suku Moni.

Kata "Moni" berasal dari kata bahasa Mee, Nomo atau Mou yang berarti keladi (yang dimakan menyebabkan gatal) dan Ni, dari kata Mene dalam bahasa Migani berarti orang. Makna ini berarti negatif karena hendak mengatakan bahwa Orang Migani itu sama dengan keladi yang sudah tidak bisa dikonsumsi lagi oleh manusia karena menyebabkan gatal, tidak enak dan seterusnya. Generasi setelah 1970an lebih sering menggunakan kata Moni karena sudah lebih populer dan generasi sebelumnya menggunakan kata Migani. (Pater Kleopas Sojuna Sondegau, 2021)[3]

Budaya

Baju adat

Baju adat suku Moni adalah gosaga yang terbuat dari kunden (labu kuning) untuk laki-laki dan sabo (cawat) yang terbuat dari rumput ilalang dan serat untuk perempuan.[4]

Rumah adat

Rumah adat suku Moni berbentuk berupa gubuk persegi panjang yang beratapkan kulit kayu pohon domo atau migi dan memiliki dinding dari papan kayu dan diikat dengan tali rotan atau dari pohon zembelo dan butala (juga digunakan untuk membuat noken). Rumah tersebut secara adat dipisahkan untuk laki-laki dan perempuan. Rumah laki-laki disebut nduni dan hanya ditepati oleh pria dan laki-laki yang sudah dewasa, sedangkan rumah perempuan disebut minai dan ditepati oleh anak-anak, ibu, dan gadis. Selain itu terdapat juga tugu api atau perapian hurai waiya. Satu pemukiman suku Moni berisi sekitar 2 hingga 10 rumah yang berisi sekitar 10 hingga 60 orang.[4]

Tradisi

Tradisi potong jari

Disebut dengan nama Hane Zambaya, tradisi memotong jari ini dipercaya untuk membuat arwah untuk tetap tinggal di rumah sampai luka jari tersebut sembuh atau perasaan sedih karena ditinggal baru akan sembuh setelah luka di jari tersebut sudah sembuh. Setelah pemakamaman orang yang ditinggalkan kemudian memotong dua ruas jarinya menggunakan parang, elasangee (kapak batu), atau benda tajam lain setelah diikat dengan tali. Hane Zambaya berlaku untuk semua jari kecuali ibu jari. Sejak tahun 2000-an tradisi ini sudah dilarang oleh pemerintah daerah dan pemuka agama sehingga sudah tidak dilakukan.[5]

Referensi

  1. ^ Ananta, A.; Arifin, E.N.; Hasbullah, M.S.; Handayani, N.B.; Pramono, A. (2015). Demography of Indonesia's Ethnicity. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 121. ISBN 978-981-4519-87-8. Diakses tanggal 2023-10-23. 
  2. ^ David Wallechinsky; Amy Wallace; Ira Basen; Jane Farrow (2005). The book of lists: the original compendium of curious information. Alfred A. Knopf Canada. hlm. 154. ISBN 0-676-97720-0. 
  3. ^ Sondegau, Kleopas Sojuna (2021). "Penggunaan Istilah Moni atau Suku Moni dan Migani atau Suku Migani di Wilayah Kabupaten Intan Jaya". Facebook. Diakses tanggal January 22, 2023. 
  4. ^ a b Zonggonau, Isaiyas (2021). Mengenal Sejarah Dan Kebudayaan Suku Moni Di Papua. Yogyakarta: Lontar Mediatama. 
  5. ^ Zonggonau, Amatus (2017). ""Kebudayaan Potong Jari Sebagai Simbol Duka Suku Moni di Desa Ugidimi Distrik Bibida Kabupaten Paniai Provinsi Papua"". Holistik. Universitas Sam Ratulangi. X (19). 
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya