Sulaiman (militer)
Komodor Udara (Anumerta) Sulaiman (23 April 1926 – 8 Juni 1966) adalah Anumerta perwira menengah TNI Angkatan Udara yang gugur pada 8 Juni 1966 pukul 07.00 saat menjalankan tugas ke Tasikmalaya dalam rangka peresmian uji coba roket di pabrik Dahana. Waktu itu dalam perjalanan, pesawat yang ditumpanginya jatuh di daerah Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat bersama 11 orang prajurit lainnya.[1] Pada 5 Oktober 1996, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Sulaiman dengan mengganti nama Lanud Margahayu berganti nama menjadi Lanud Sulaiman, berdasarkan Skep Menteri Panglima Angkatan Udara no.93/1966 tanggal 30 Agustus 1966, berlaku tanggal 5 Oktober 1996. Selain itu, atas Instruksi Kasau No. Radiogram T/85/82 tanggal 26 Juni 1982 dibuatlah monumen Sulaiman setengah badan, dipajang di depan markas Lanud Sulaiman. Peresmian monumen dilaksanakan bertepatan dengan upacara Hari Bhakti TNI AU ke 35 tanggal 29 Juli 1982 oleh Panglima Komando daerah Udara V Marsekal Muda TNI Suti Harsono.[2] BiografiDari 1 Januari 1966 sampai dengan 2 Mei 1966, yang menjadi Komandan Lanud Margahayu adalah Kolonel Sulaiman namun karena jasanya, namanya diabadikan mengganti nama Pangkalan TNI AU Margahayu menjadi Pangkalan TNI AU Sulaiman. Nama ini ditetapkan berdasarkan Skep Menteri Panglima Angkatan Udara no. 93/1966 tanggal 30 Agustus 1966, berlaku tanggal 5 Oktober 1996. Nama ini diabadikan untuk pangkalan yang pernah dipimpinnya, menyusul gugurnya pada tanggal 8 Juni 1966. Mengutip dari surat kabar “Angkatan Bersenjata” edisi Pikiran Rakjat Senin Legi 13 juni 1966 dikisahkan sebelum peristiwa yang memilukan itu terjadi, menjelang keberangkatannya ke Tasikmalaya, tidak biasanya ia sarapan nasi goreng dengan lahap dan banyak. Tidak biasanya juga ingin membawa Jungle Pet, dan tidak biasanya pula ingin dicium oleh Ny. Annie, istrinya. Padahal waktu itu ada sopir yang melihatnya. Ia tidak menyangka bahwa di luar dari kebiasaannya, ternyata itulah kenangan terakhir dari Komodor Udara Anumerta Sulaiman. “Bapak itu orangnya jujur, tidak macam-macam, kepergian bapak dirasakan begitu mendadak dan tiba-tiba begitu”, tutur Ny. Sulaiman dengan tegar pada saat wawancara di kediamannya di perumahan Griya Mas Cibogo yang berlokasi disekitar daerah Pasteur, Bandung (Rabu, 23 Juli 2003). Sulaiman menikah pada tahun 1951, Perwira kelahiran Banjaran, Bandung ini pada saat gugur, meninggalkan lima orang putra, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Anak sulungnya masih duduk di bangku SMP bernama Herry Hermansyah, kemudian Iwan Hermawan, Dukhy Ridwan, Dyon Inderasty dan yang paling kecil berusia 5 tahun bernama Edwina Inderany. Namun saat ini putra-putri Ibu Sulaiman sudah berkeluarga dan memiliki 8 orang cucu. Kutipan lainnya diambil dari surat kabar “Berita Yudha” edisi Jum’at 10 Juni 1966. Diceritakan bagaimana iring-iringan kendaraan yang membawa peti jenazah penuh dengan karangan bunga. Dengan penuh khidmat dan kebesaran militer, peti jenazah Komodor Udara Anumerta Sulaiman diusung oleh Pangdam VI/Siliwangi bersama dengan Gubernur Jawa Barat dan perwira-perwira lainnya. Kemudian diikuti oleh jenazah Kolonel Udara Anumerta Slamet Soejono, Letnan Satu Udara Anumerta Drs. Sutisna, Letnan Dua Udara Anumerta Umar Saleh, Letnan Muda Udara Satu Anumerta Awi Djaja dan Letnan Satu Udara Anumerta Suranto. Adapun yang lainnya dikebumikan di luar Bandung sesuai permintaan keluarganya. Jenazah Komodor Udara Anumerta CH. Sompil Basuki dengan nomor register B-172 dan Kapten Udara Anumerta Drs. Prihmono dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Semaki, Yogyakarta. Sedangkan Kapten Udara Anumerta Suradjim dikebumikan di Solo, Kolonel Udara Anumerta Rusmardjojo di Madiun, Kolonel Udara Anumerta Moeladi di Surabaya dan Sersan Mayor Anumerta Soeroto di Malang. Lagu Gugur Bunga yang dikumandangkan Korps Musik Kodam VI/Siliwangi turut mengiringi penurunan keenam jenazah ke liang lahat dari 12 putra putra AURI yang gugur. Menteri/ Pangau Laksamana Muda Udara Roesmin Noerjadin selaku Inspektur Upacara dengan suara yang terputus-putus dan penuh keharuan melepas untuk selama-lamanya kepada keenam perwira yang telah gugur dalam pengabdiannya bagi nusa dan bangsa, khususnya bagi kebesaran TNI AU dan TNI umumnya. Setelah itu terdengar letusan “Salvo” dari regu PGT (Pasukan Gerak Cepat) dan kemudian terdengarlah bunyi terompet menyayat kesedihan. Para keluarga almarhum dengan penuh kepiluan menangisinya diiringi air mata. Pemakaman dihadiri pula oleh Pangdam VI Siliwangi Letjen TNI Ibrahim Adjie, Gubernur Jawa Barat Letjen TNI Mashudi, wakil-wakil satuan Jabar, Wakil Gubernur DKI Jakarta/Panglima PGT Laksamana Muda Udara R. Wiriadinata, para perwira Angkatan Bersenjata lainya, pembesar sipil, ribuan mahasiswa dan masyarakat. Pemakaman yang penuh kebesaran militer berakhir hingga pukul 14.00. Satu yang patut dicatat, pada saat itu belum pernah ada Pataka Siliwangi ikut serta mengantarkan jenazah putra-putra AURI. Peristiwa tersebut merupakan manifestasi Korps Siliwangi yang dipimpin oleh Panglima Siliwangi sebagai penghormatan terakhir kepada mereka yang gugur dan telah berjasa bagi TNI AU. Almarhum Sulaiman, putra dari O. Winata Atmadja, kelahiran Bandung 23 April 1926. Sebelum masuk dan mengabdi sebagai prajurit AURI, ia pernah menjadi Wakil Kepala Pertahanan di Tasikmalaya. GugurKomodor Udara Sulaiman gugur pada 8 Juni 1966 pukul 07.00 saat menjalankan tugas ke Tasikmalaya dalam rangka peresmian uji coba roket di pabrik Dahana. Waktu itu dalam perjalanan, Pesawat yang ditumpanginya jatuh di daerah Kiaracondong, Bandung, Jawa Barat bersama 11 orang lainnya, yaitu:
Karier MiliterAlmarhum yang pangkat akhirnya Kolonel, merintis dari bawah dengan pangkat Sersan Udara Dua (SU II). Sederet tugas yang pernah dipercayakan kepadanya antara lain: Tahun 1946 bertugas di Sekolah Teknik Udara di Maospati, Madiun, tahun 1950 di Sekolah Perwira Teknik Udara, Lanud Husein Sastranegara, tahun 1952 sebagai perwira teknik pada DPTUD Lanud Husein Sastranegara. Masih di pangkalan yang sama tahun 1963 sebagai Direktur Aeronautika dan perwira Staf Operasi Komando Logistik TNI AU. Kemudian pindah ke Lanud Margahayu sebagai Komandan Wing Pendidikan 2, tahun 1966 ia menjadi Komandan Pangkalan Udara Margahayu merangkap Komandan Jenderal Komando Logistik (sekarang Koharmatau). PendidikanPendidikan Umum
Pendidikan militer
Tanda JasaBeberapa tanda jasa yang sudah ia terima adalah:
Riwayat Jabatan
Referensi
|