TORCH
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada sejumlah infeksi yang mengakibatkan gangguan kehamilan. Istilah TORCH merupakan singkatan dari toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes simplex virus II (HSV-II), dan infeksi lainnya. DampakInfeksi TORCH sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan ataupun terjadinya keguguguran dini. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosefalus, dan lain sebagainya dengan tingkat kecacatan bawaan mencapai 15 persen dari yang terinfeksi. Kekurangan gizi dapat memperberat risiko infeksi perinatal.[1] Infeksi TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja tetapi juga bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (misalnya timbul gejala sering sakit kepala), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya. KlasifikasiPenularan terjadi secara vertikal atau dari ibu ke anak (mother-to-child transmission). Infeksinya dapat disebut infeksi perinatal jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai pada masa gestasional antara 22[2] sampai 28 minggu[3] (dengan variasi regional untuk definisi) dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran.[2] Istilah infeksi kongenital dapat digunakan jika infeksi yang ditularkan vertikal itu masih terus dialami setelah melahirkan. ContohBeberapa infeksi yang ditularkan vertikal dimasukkan ke dalam kompleks TORCH, yang merupakan singkatan dari:
Huruf "O" merujuk kepada other agents (penyebab lain), termasuk:
Hepatitis B juga dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan vertikal, tetapi virus hepatitis B berukuran besar dan tidak dapat menembus ke plasenta, sehingga tidak dapat menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibu-bayi, misalnya pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis.[9] Kompleks TORCH asalnya dianggap terdiri dari empat kondisi yang disebutkan di atas,[10] with the "TO" merujuk kepada Toxoplasma. Format empat istilah ini masih digunakan pada banyak rujukan modern,[11] dan cara penulisan huruf besar/kecil "ToRCH" juga kadang digunakan dalam konteks ini.[12] Akronim ini juga disebut sebagai TORCHES, untuk TOxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, HErpes simplex, dan Syphilis. Perpanjangan dari akronim ini menjadi CHEAPTORCHES diusulkan oleh Ford-Jones dan Kellner pada tahun 1995:[13]
PencegahanPencegahan mutlak dilakukan 3-6 bulan sebelum wanita hamil dengan vaksinasi MMR atau Rubella saja, jika ada dan vaksinasi Varicella untuk mengurangi kemungkinan keaktifan Herpes, jika sampai terkena dan sebaiknya diberikan tidak bersamaan, tetapi selang satu bulan. Dilanjutkan dengan pemeriksaan IgM dan IgG satu bulan setelah vaksinasi terakhir, jika hasil IgG positip berarti telah terjadi kekebalan dan jika IgM juga positip berarti positip terjadi infeksi (tetapi bukan karena vaksinasi) dan infeksinya harus diobati dahulu hingga hasil IgM negatip, baru boleh hamil. Jika lebih dahulu hamil, maka IgM dan IgG harus secepatnya diperiksa, jika IgM positip, maka selain harus diobati infeksinya juga dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat kemungkinan terjadinya cacat bawaan, tetapi USG tidak dapat menjamin sepenuhnya bahwa bayi yang akan dilahirkan akan sepenuhnya bebas cacat bawaan, sehingga kadang-kadang perlu dilakukan pengguguran kandungan dimana pilihan tersebut harus dilakukan oleh pasien, setelah dokter memberikan penjelasan yang cukup. DiagnosisDiagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II. Tambahan gambar
Lihat pula
Referensi
|