Taklid
Taklid atau Taqlid (Arab: تقليد; taqlīd) adalah istilah Islam yang menunjukkan kesesuaian seseorang dengan ajaran orang lain. Orang yang melakukan taklid disebut mukalid (muqallid).[1] Arti pasti dari istilah tersebut bervariasi tergantung pada konteks dan usia. Penggunaan istilah klasik berbeda antara Islam Sunni dan Syiah. Penggunaan Islam Sunni menunjuk pada kesesuaian yang tidak dapat dibenarkan dari satu orang terhadap ajaran orang lain, daripada kesesuaian yang dibenarkan dari orang awam terhadap ajaran mujtahid (seseorang yang memenuhi syarat untuk penalaran independen). Penggunaan Syiah menunjukkan kesesuaian umum non-mujtahid dengan ajaran mujtahid, dan tidak ada konotasi negatif. Dalam penggunaan kontemporer, terutama dalam konteks reformisme Islam, sering digambarkan secara negatif dan diterjemahkan sebagai "peniruan buta". Ini mengacu pada stagnasi yang dirasakan dari upaya intelektual independen (ijtihad) dan peniruan yang tidak kritis terhadap interpretasi agama tradisional oleh lembaga keagamaan pada umumnya.[2] Syarat-syaratYang dibolehkan bertaklid adalah orang awam (orang biasa) yang tidak mengerti cara-cara mencari hukum syari'at. Ia boleh mengikuti pendapat orang yang mengerti dan mengamalkannya. Adapun orang yang mengerti dan sanggup mencari sendiri hukum-hukum syari'at, maka harus berijtihad sendiri. Tetapi bila waktunya sudah sempit dan dikhawatirkan akan ketinggalan waktu untuk mengerjakan yang lain (dalam persoalan ibadah) maka menurut suatu pendapat boleh mengikuti pendapat orang lain. Taklid yang diharamkanTaklid yang diharamkan adalah:
Lihat pulaReferensi
Bibliografi
|