Taqiyuddin Muhammad
Teungku H. Taqiyuddin Muhammad, Lc. adalah seorang epigrafer, sejarawan dan ulama yang berasal dari Aceh. Dia dikenal karena perannya dalam penelitian inskripsi makam-makam kuno Islam di Aceh.[1] Riwayat hidupTaqiyuddin lahir dari pasangan Muhammad A. Djali dan Nafsiah Yusuf. Pada usia 9 tahun ayahnya meninggal dunia hingga memaksa ibunya yang bekerja sebagai pegawai di Departemen Agama Aceh Utara, menghidupi empat anaknya sendirian. Setamat belajar di pesantren Madrasah Ulumul Quran (MUQ) di Langsa, ia bersikeras hanya mau melanjutkan ke Universitas Al-Azhar. Untuk mewujudkan keinginan anaknya, Nafsiah mengusahakan uang kuliah dari hasil penjualan tanah warisan dan perhiasan keluarga. Selama di Mesir, Taqiyuddin sering kekurangan dana karena kiriman tak mencukupi. Sebagian teman mengizinkan dia menumpang tinggal. Kekurangan dana itu mendorong dia mencari pendapatan selama di Mesir. Berbagai pekerjaan dia lakukan, mulai dari sebagai tenaga musiman haji di Jeddah, Arab Saudi, menerjemahkan buku-buku Islam, sampai menjadi pemandu wisata di Mesir. Bersamaan dengan itu, secara otodidak dia menekuni sejarah kebudayaan Islam.[2] PeranTaqiyuddin memiliki peran besar dalam penelitian inskripsi makam-makam kuno di Aceh. Melalui organisasi Central Information of Samudra Pasai Heritage (CISAH) dan Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA), di mana ia menjadi pembina dan penasehatnya, ribuan epigrafi nisan kuno peninggalan Kesultanan Samudra Pasai, Kerajaan Lamuri hingga Kesultanan Aceh yang sebelumnya terbengkalai, dapat terungkap isi kandungannya.[3] PenghargaanPada tahun 2014, Taqiyuddin Muhammad memperoleh penghargaan Banda Aceh Heritage Award pada Kategori Pengkaji Tulisan Kuno Prasasti.[4][5] Karya
Lihat pulaReferensi
|