Teka-teki silangTeka-teki silang, sering juga disingkat dengan TTS, adalah suatu permainan kata yang biasanya berbentuk serangkaian ruang-ruang kosong berbentuk kotak berwarna hitam dan putih. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengisi kotak-kotak putih dengan huruf, membentuk kata atau frasa tertentu, dengan menyelesaikan petunjuk yang mengarah ke jawaban tertentu. Kotak yang berwarna hitam (atau warna lainnya) biasanya digunakan untuk memisahkan kata atau frasa yang berbeda. Popularitas teka-teki silang di Indonesia tidak hanya menelurkan rubrik teka-teki silang di hampir setiap majalah dan surat kabar di Indonesia sejak era 1970-an, namun juga dengan pernah adanya majalah khusus teka-teki silang dan beredarnya buku teka-teki silang dengan model cetak stensilan yang bisa diperoleh dengan harga sangat terjangkau. KerangkaFormat kerangka teka-teki silang di Indonesia mengikuti format teka-teki silang di Britania Raya, begitu pula di banyak negara lainnya, seperti Afrika Selatan, India, dan Australia. Dikenal dengan istilah British-style crossword, kerangka TTS-nya berbentuk seperti anyaman yang berongga-rongga. Biasanya teka-teki silang dengan bentuk seperti ini memiliki sekitar 25% kotak hitam dan 50% huruf yang tidak saling menyilang. Walaupun kebanyakan memiliki kemiripan, format kerangka teka-teki silang Indonesia punya perbedaan. Soal dengan dua kotak saja diperbolehkan di Indonesia, sementara negara lainnya cenderung mensyaratkan setiap soalnya paling sedikit sepanjang 3 kotak. Rongga teka-teki silang di Indonesia juga cenderung lebih rapat dibandingkan gaya Britania, menjadikan persentase huruf yang tidak tersilang umumnya kurang dari 50%. Berbeda dengan gaya Britania, gaya TTS di Amerika Serikat memiliki kotak putih dengan persentase yang lebih banyak. Setiap huruf wajib "tersilang", di mana kotak tersebut menjadi bagian dari soal "mendatar" maupun "menurun". Jika seseorang ingin mengecek kebenaran dari jawaban secara "mendatar", pengisi TTS tersebut bisa memastikan dengan mengisi jawaban secara "menurun", atau sebaliknya. Selain itu, setiap jawaban wajib memiliki sekurang-kurangnya tiga huruf. Di Jepang, desain teka-teki silangnya mengikuti format Amerika, namun sering kali memiliki dua aturan tambahan: bahwa kotak hitamnya tidak boleh berbagi sisi (tidak boleh bersebelahan) dan kotak di tiap ujung sudut harus putih. Baik gaya Britania maupun Amerika, susunan kerangka TTS harus memiliki simetri radial 180 derajat, yang artinya bentuk kerangka TTS akan tampak sama jika kertas dibalik. Simetri ini kebanyakan diikuti juga di Indonesia; beberapa rubrik TTS di majalah atau surat kabar tidak selalu mengikuti simetri ini. Kebanyakan desain teka-teki juga mengharuskan semua kotak putih bersebelahan secara ortogonal (yaitu, terhubung dalam satu massa melalui sisi yang sama, untuk membentuk satu poliomino). Teka-teki silang ala Swedia (Swedish-style atau picture crosswords) tidak memiliki nomor-nomor soal, karena soal tersebut biasanya diselipkan dalam kotak yang tidak berisi jawaban. Panah di kotak tersebut akan menunjukkan ke arah mana petunjuk harus dijawab: vertikal atau horizontal. Gaya TTS ini juga digunakan di beberapa negara selain Swedia. Yang menjadi ciri khas lainnya, TTS ala Swedia sering kali memiliki satu atau beberapa foto yang menggantikan sekumpulan kotak sebagai petunjuk untuk satu atau beberapa jawaban, misalnya, nama orang di dalam foto tersebut, atau sejenis rima atau frasa yang dapat dikaitkan dengan foto tersebut. Teka-teki ini biasanya tidak simetris, tetapi sering kali memiliki tema yang sama (sastra, musik, alam, geografi, peristiwa tertentu, dll.) Terdapat pula beragam variasi dari TTS selain yang dijabarkan di atas. Beberapa contohnya adalah teka-teki silang berpagar (barred crosswords) yang menggunakan garis tebal di antara kotak (bukan kotak hitam) untuk memisahkan jawaban, dan TTS desain melingkar, dengan jawaban yang dimasukkan baik dengan mengelilingi lingkaran atau dalam satu konsentris lingkaran. Teka-teki silang "gaya bebas" (free-form) yang memiliki desain asimetris yang sederhana, sering kali terlihat pada lembar ujian sekolah dan hiburan untuk anak-anak. Kerangka yang bentuknya tidak kotak atau persegi juga kadang-kadang digunakan. Teka-teki silang juga biasanya memiliki ukuran standar. Biasanya, tetapi tidak selalu, TTS yang dicetak di surat kabar hari biasa berukuran 15×15, dan pada hari Minggu berukuran 21×21. Tradisi ini juga diikuti di harian Kompas, namun beberapa surat kabar atau majalah lain biasanya tidak mengikuti format ini. Tidak hanya itu, biasanya untuk merayakan ulang tahun, surat kabar atau majalah di Indonesia yang memiliki rubrik TTS biasanya akan menyajikan TTS dengan ukuran jumbo.[1] Di surat kabar yang menyajikan rubrik TTS setiap harinya, seperti The New York Times, teka-teki silang mereka memiliki tingkat kesulitan berbeda sepanjang minggu: teka-teki hari Senin adalah yang paling mudah dan semakin sulit secara bertahap hingga yang tersulit pada hari Sabtu. Teka-teki hari Minggu umumnya berukuran yang lebih besar dan memiliki tingkat kesulitan yang sama dengan teka-teki hari Kamis.[2] Hal ini membuat pengisi TTS di AS menggunakan nama hari dalam seminggu sebagai singkatan saat menjelaskan tingkat kesulitan TTS. Soal untuk TTS biasanya dirangkai di luar kerangka, dibagi menjadi "Mendatar" dan "Menurun"; kotak pertama dari setiap jawaban berisi nomor yang akan mengacu ke soal. Misalnya, jawaban untuk soal "17 Menurun" dimasukkan dengan cara huruf pertama diisi di kotak bernomor "17", lalu berlanjut menurun ke bawah. Nomor di dalam kotak tidak akan berulang; dan kotak-kotak yang menjadi huruf pertama akan dinomori secara berurutan, dari kiri ke kanan di setiap baris, dimulai dari baris atas dan terus ke bawah. Beberapa teka-teki silang Jepang diberi nomor dari atas ke bawah ke bawah setiap kolom, dimulai dari kolom paling kiri dan dilanjutkan ke kanan. Saat mengisi TTS, kapitalisasi dari huruf jawaban biasanya diabaikan. Berkembang biak dengan tunas adventifPetunjuk langsungKebanyakan soal dalam TTS merupakan definisi sederhana atau persamaan kata dari jawabannya. Seringkali, soal langsung ini tidak dapat langsung diisi dengan mudah, karena memiliki lebih dari satu jawaban yang mungkin, atau karena soal tersebut merupakan homonim (contohnya, soal dengan petunjuk "Kabur" dapat bermakna "melarikan diri" atau "tidak jelas"), sehingga pengisi TTS harus mengisi salah satu huruf yang tersilang untuk mendapatkan jawaban yang meyakinkan. Misalnya, untuk soal "Rusak terbelah" dengan 5 kotak dapat diisi dengan PECAH, ROBEK, atau SOBEK, sehingga pengisi harus menyelesaikan soal lain yang menyilang huruf pertama untuk menentukan jawaban yang akan diisi. Di kebanyakan TTS, termasuk di versi Amerika,[3] mayoritas soal TTS merupakan soal dengan gaya langsung,[4] dengan sisanya menggunakan gaya lain yang dijabarkan di bawah. Variasi dalam bahasa InggrisBagi pengisi TTS dalam bahasa Inggris, soal seperti ini sering kali disebut "straight" atau "quick clues". Soal TTS dalam bahasa Inggris sering kali diatur agar konsisten dengan jawabannya. Misalnya, soal dan jawaban yang sama harus memiliki tense, bentuk jamak, kelas kata, dan tingkatan yang sama.[5][6] Jika suatu petunjuk ditulis dalam kala lampau (past tense), seperti "Traveled on horseback", maka jawabannya seharusnya RODE, bukan RIDE. Begitu pula, "Family members" bisa jadi jawabannya AUNTS tetapi bukan UNCLE, sementara "More joyful" bisa jadi jawabannya HAPPIER tetapi bukan HAPPIEST. Beberapa contoh soal lainnya dalam bahasa Inggris:
SingkatanSalah satu konsekuensi dari TTS (di mana sebagian besar atau semua huruf wajib menyilang) adalah keterpaksaan untuk menyelipkan sejumlah jawaban yang bukan entri kamus. Oleh karena itu, banyak cara digunakan untuk memberikan soal berupa singkatan dan non-kata lainnya. Variasi bahasa Indonesia
Variasi bahasa InggrisWalau model semacam ini dapat ditemukan dalam soal "langsung" dalam TTS gaya Britania, cara ini jauh lebih lazim ditemukan dalam TTS di Amerika:
Tidak langsungBanyak soal TTS menghadirkan petunjuk yang melibatkan permainan kata yang dapat diasumsikan secara metafora atau dengan makna yang tidak harafiah. Tergantung siapa pembuat atau penyunting teka-teki silangnya, petunjuk semacam ini bisa dibubuhkan tanda tanya di bagian akhir soal atau dengan kata "maybe" atau "perhaps" (mungkin). Di TTS yang lebih sulit, indikator semacam ini bisa jadi tidak diberikan, meningkatkan ambiguitas antara makna tersirat dan makna harafiahnya. Misalnya:
Variasi format soalSuatu teka-teki silang dapat mengandung referensi silang, di mana jawaban suatu soal dapat menjadi bagian dari soal yang lain, yang ditandai dengan nomor dan arah soal. Misalnya, suatu TTS dapat memiliki soal 1-Mendatar sebagai "Tokoh utama dalam The Lord of the Rings" = FRODO, dengan soal 22-Menurun berupa "Benda berharga bagi 1-Mendatar" = RING. Format lain yang lazim dalam TTS di Indonesia adalah dengan menggabungkan dua soal atau lebih untuk suatu jawaban panjang, misalnya "23/24/76. Semboyan bangsa Indonesia", di mana kata BHINNEKA dijawab di nomor 23, TUNGGAL di nomor 24, dan IKA di nomor 76. Akan tetapi, format penggabungan nomor ini biasanya tidak akan menyeberang arah pengisian, misalnya jika kata BHINNEKA merupakan bagian dari soal Mendatar, maka kedua kata lainnya tidak akan menjadi bagian dari soal Menurun. Selain itu, jawaban harus ditulis berurutan nomornya, sehingga jika BHINNEKA adalah jawaban untuk nomor 23, maka kedua kata lainnya tidak boleh diletakkan sebelum nomor 23. Ketika suatu jawaban terdiri dari lebih dari satu kata atau merupakan kata dengan tanda hubung, beberapa soal TTS (khususnya di Britania) akan memberikan struktur jawabannya. Misalnya, untuk soal yang diakhiri dengan "(3,5)" menandakan bahwa jawaban dari soal itu berupa dua kata, yang pertama terdiri dari 3 huruf dan diikuti dengan 5 huruf. Namun, informasi semacam ini biasanya tidak diberikan dalam TTS gaya Amerika maupun gaya Indonesia. SejarahPada 21 Desember 1913, seorang jurnalis bernama Arthur Wynne asal Liverpool, menerbitkan sebuah "word-cross" dalam majalah New York World yang memiliki sebagian besar fitur yang sama seperti TTS modern. Teka-teki ini sering kali disebut sebagai teka-teki silang pertama di dunia, dengan Wynne sebagai penemunya. TTS tersebut bentuk yang seperti bujur sangkar dan tidak ada kotak berwarna hitam; bagian tengah dari TTS ini merupakan ruang kosong. Seorang ilustrator kemudian mengubah nama "word-cross" menjadi "cross-word".[8][9][10] TTS kemudian menjadi fitur mingguan di majalah tersebut. Buku kumpulan TTS pertama terbit pada 1924, diterbitkan oleh Simon and Schuster.[butuh rujukan] Bukunya terbukti laris dan TTS menjadi salah satu benda terpopuler pada tahun 1924.[butuh rujukan] IndonesiaPada tahun 1970-an di Jakarta terbit "Asah Otak", sebuah majalah TTS dan berbagai teka-teki lainnya. Penerbitan ini ternyata sukses sehingga banyak terbitan serupa yang segera mengikutinya.[11] Adapun untuk perintis yang pertama dari teka-teki silang di Indonesia adalah Rumeli Moeshar. Kala itu beliau mengirimkan karyanya ke harian Kompas pada tahun 1968. Sampai sebelum meninggal pada Februari 2015, Rumeli tercatat sebagai Ketua Himpunan Pembuat Teka-teki Silang Seluruh Indonesia (Hipetsi).[12] Pada tahun 1998 di Jakarta, penerbit Elex Media Komputindo (Gramedia Group) menerbitkan perangkat lunak TTS yang berjudul "Teka-Teki Silang Komputer" dalam bentuk disket. Perangkat lunak ini merupakan perangkat lunak Teka-Teki Silang (TTS) pertama yang diterbitkan di Indonesia. Perangkat lunak ini merupakan karya dari Sukmono Bayu Adhi, yang arsipnya masih tersimpan di Perpustakaan Nasional RI (Perpustakaan Salemba).[13] Lihat pulaReferensi
|