Teodoro Obiang Nguema Mbasogo
Teodoro Obiang Nguema Mbasogo (lahir 5 Juni 1942) adalah seorang politikus Guinea Khatulistiwa yang menjabat sebagai Presiden Guinea Khatulistiwa sejak tahun 1979. Dia menggulingkan pamannya, diktator Francisco Macías Nguema, dalam sebuah kudeta militer pada Agustus 1979 dan telah mengawasi munculnya Guinea Khatulistiwa sebagai produsen minyak terpenting, pada awal 1990an. Obiang adalah Ketua Uni Afrika dari 31 Januari 2011 hingga 29 Januari 2012. Saat ini, ia memecahkan rekor sebagai presiden petahana dengan masa jabatan terlama di dunia. Obiang adalah pemimpin terlama di Afrika yang telah berkuasa selama tiga dekade, serta merupakan pemimpin non-monarki kedua di dunia dengan masa jabatan terpanjang setelah Fidel Castro.[1] Guinea Khatulistiwa adalah salah satu produsen minyak terbesar di benua itu, tetapi peringkat mereka sangat buruk dalam indeks pembangunan manusia PBB, sebagian besar rakyat Guinea Khatulistiwa tidak memiliki akses terhadap air minum bersih.[1] Awal kehidupanLahir dalam klan Esangui di Acoacán, Obiang bergabung dengan militer selama masa kolonial, dan mengikuti Akademi Militer di Zaragoza, Spanyol. Dia mencapai pangkat letnan setelah pamannya, Francisco Macías Nguema, terpilih sebagai presiden pertama negara itu. Dibawah pemerintahan Macías, Obiang memegang berbagai jabatan, termasuk menjadi gubernur Bioko dan pemimpin Garda Nasional.[2] Ia juga adalah kepala penjara Black Beach, yang terkenal karena menundukkan narapidana dengan penyiksaan yang berat.[3] Masa kepresidenanObiang menggulingkan pamannya, Francisco Macías Nguema, pada sebuah kudeta berdarah tanggal 3 Agustus 1979.[2] Macías diadili karena aktivitasnya selama dekade sebelumnya dan dijatuhi hukuman mati. Kegiatannya adalah telah termasuk melakukan genosida terhadap masyarakat Bubi. Dia dieksekusi pada 29 September 1979 oleh regu tembak.[4] Obiang menyatakan bahwa pemerintah baru akan membuat sebuah awalan baru dari rezim brutal dan represif Macías. Dia memberikan amnesti kepada tahanan politik dan mengakhiri sistem kerja paksa rezim sebelumnya. Namun, hampir tidak ada yang menyebutkan tentang perannya sendiri dalam kekejaman pemerintahan pamannya.[2] Konstitusi baruSebuah konstitusi baru diadopsi pada tahun 1982. Pada saat yang sama, Obiang terpilih untuk masa jabatan tujuh tahun sebagai presiden, ia adalah satu-satunya kandidat. Dia terpilih kembali pada tahun 1989, lagi-lagi sebagai satu-satunya kandidat. Setelah pihak lain diizinkan untuk menyelenggarakan pemilu, tetap saja ia terpilih kembali pada tahun 1996 dan 2002 dengan 98 persen suara[5] dalam pemilihan yang dikecam sebagai penipuan oleh pengamat internasional.[6] Pada tahun 2002, misalnya, setidaknya satu daerah pemilihan tercatat memberikan Obiang 103 persen suara.[3] Dia terpilih kembali untuk masa jabatan keempat pada 2009 dengan 97% suara, di tengah tuduhan penipuan dan intimidasi,[7] mengalahkan pemimpin oposisi Plácido Micó Abogo.[8] Meskipun pada awalnya pemerintahan Obiang dianggap lebih manusiawi daripada pamannya, tetapi ternyata menjadi lebih brutal selama bertahun-tahun. Kebanyakan pengamat domestik dan internasional menganggap rezim ini adalah salah satu yang paling korup, etnosentris, menindas dan tidak demokratis di dunia. Guinea Khatulistiwa sekarang pada dasarnya adalah negara satu partai, yang didominasi oleh partai Obiang yang ironisnya bernama Partai Demokratik Guinea Khatulistiwa (PDGE). Meskipun partai-partai oposisi telah disahkan pada tahun 1992, 99 anggota parlemen dari 100 kursi yang tersedia diduduki oleh anggota PDGE, dan hanya ada sedikit oposisi terhadap keputusan presiden. Pada November 2021, Teodoro Obiang Nguema Mbasogo diangkat dalam kongres partainya sebagai calon untuk masa jabatan keenam dalam pemilihan 2023. Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Teodoro Obiang.
|