Teori eksamplerTeori eksampler, yang dikemukakan oleh Goldinger pada tahun 1996, merupakan suatu pendekatan teoretis yang memiliki kemiripan dengan Model Cohort, terutama dalam konteks hubungan antara memori dan pengalaman sebelumnya dengan kata-kata. Fokus utama teori ini adalah menjelaskan kaitan antara memori dan episode akustik, di mana episode akustik mengacu pada pengalaman terhadap kata-kata yang diucapkan.[1] Prinsip dasar teori eksamplerTeori ini berasumsi bahwa setiap kata meninggalkan jejak unik pada memori pendengar. Jejak ini menjadi kunci dalam mengingat kata-kata, dan kemunculan kata baru memicu pencarian jejak tersebut. Goldinger (1998) menjelaskan bahwa semakin sering seseorang terpapar pada kata tertentu, semakin kuat jejak memori yang terbentuk. Pentingnya pengulangan dan kecepatan bicara dalam mengenali kata-kata menjadi bagian integral dari Teori eksampler. Jika seorang pendengar telah sering mendengar kata tertentu dari pembicara yang sama dengan kecepatan bicara yang serupa, kemungkinan pengenalan kata tersebut menjadi lebih baik.[1] Plastisitas leksikal dalam The Ganong EffectGoldinger (1998) menguraikan konsep plastisitas leksikal melalui The Ganong Effect. Prinsip ini menunjukkan bahwa kata-kata dengan kesamaan fonetik lebih mudah diingat oleh memori pendengar. Sebagai contoh, kata-kata seperti "Soot," "Boot," dan "Root" memiliki kemiripan fonetik yang membuatnya lebih mudah diingat dibandingkan dengan kata-kata seperti "Snoyb," "Bnoyb," dan "Rnoyb," yang tidak memiliki kesamaan fonetik yang jelas.[1] Kontribusi pengalaman perbaikan leksikalStabilitas memori seseorang dalam konteks teori eksampler meningkat seiring dengan pengalaman perbaikan leksikal yang diperoleh. Proses ini mencakup pembelajaran kata-kata baru dan pengalaman mendengar kata-kata tersebut secara berulang-ulang. Jejak memori yang terbentuk dari pengalaman ini memudahkan pengenalan dan ingatan kata-kata.[1] Referensi
|