Share to:

 

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) adalah bentuk psikoterapi yang telah terbukti efektif untuk berbagai masalah, termasuk depresi, gangguan kecemasan, masalah penyalahgunaan alkohol dan zat, masalah keluarga, gangguan makan, dan penyakit mental yang parah. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa CBT secara signifikan meningkatkan fungsi dan kualitas hidup. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa CBT efektif atau lebih efektif daripada bentuk lain dari psikoterapi atau obat psikiatri. Penting untuk ditekankan bahwa pengembangan CBT didasarkan pada penelitian dan praktik klinis. CBT adalah pendekatan di mana ada bukti ilmiah yang cukup bahwa metode yang dikembangkan itu penting. Ini membedakan CBT dari banyak bentuk psikoterapi lainnya.[1]

Sejarah

Akar filosofi

Awal mula aspek fundamental tertentu dari CBT teridentifikasi berasal dari berbagai tradisi filosofis kuno, khususnya Stoisisme.[2] Filsuf Stoik, khususnya Epictetus, percaya bahwa logika dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membuang keyakinan palsu yang mengarah pada emosi destruktif. Pendapat ini yang kemudian telah mempengaruhi cara terapi perilaku kognitif modern dalam mengidentifikasi distorsi kognitif yang memiliki kontribusi terhadap depresi dan kecemasan.[3] Hal ini kemudian dikuatkan oleh Aaron T. Beck dengan bukunya yang berupa manual orisinil mengenai gangguan depresi. Ia menyatakan, "Asal filosofis terapi kognitif dapat ditelusuri kembali ke filsuf Stoik".[4] Contoh lain pengaruh Stoik pada teori kognitif seperti pengaruh Epictetus yang ada pada Albert Ellis.[5] Salah satu tokoh filsafat lain yang mempengaruhi perkembangan CBT adalah John Stuart Mill.[6]

Akar terapi perilaku

Akar modern CBT dapat ditelusuri ke perkembangan terapi perilaku pada awal abad ke-20, serta pada perkembangan terapi kognitif di tahun 1960-an. Karya terobosan psikolog bermazhab behaviorisme yang berkaitan dengan CBT bermula dari riset John B. Watson dan Rosalie Rayner tentang pengkondisian pada tahun 1920.[7] Setelah itu, pendekatan terapi yang berpusat pada perilaku muncul sebagai rintisan pada awal tahun 1924.[8] Rintisan tersebut berasal dari karya Mary Cover Jones yang didedikasikan untuk menghilangkan rasa takut pada anak-anak.[9] Pendekatan terapi ini merupakan pionir dari pengembangan terapi perilaku yang kemudian dibuat oleh Joseph Wolpe pada 1950-an.[10] Karya buatan Wolpe dan Watson, yang didasarkan pada karya Ivan Pavlov tentang pembelajaran dan pengkondisian kemudian memengaruhi Hans Eysenck dan Arnold Lazarus untuk mengembangkan teknik terapi perilaku baru berdasarkan pengkondisian klasik.[11]

Selama tahun 1950-an dan 1960-an, terapi perilaku menjadi banyak digunakan oleh para peneliti di Amerika Serikat, Inggris, dan Afrika Selatan. Inspirasi mereka berasal dari teori pembelajaran behaviorisme yang diusulkan Ivan Pavlov, John B. Watson, dan Clark L. Hull.[10] Di Inggris, Joseph Wolpe menerapkan hasil temuan eksperimennya yang digunakan pada hewan untuk metode desensitisasi sistematisnya.[12] Ia kemudian menerapkan penelitian mengenai perilaku tersebut untuk pengobatan gangguan neurotik. Terapi yang dibuat oleh Wolpe adalah bentuk rintisan dari teknik terapi yang bertujuan untuk mengurangi rasa takut pada masa modern.[13] Psikolog Inggris Hans Eysenck kemudian membuat terapi perilaku sebagai alternatif yang konstruktif dalam pengobatan di bidang psikologi.[14]

Pada saat yang sama dengan karya Eysenck, B. F. Skinner dan rekan-rekannya membuat karya mereka mengenai pengkondisian operan.[15] Karya Skinner disebut menganut mazhab behaviorisme radikal dan mengabaikan peran kognisi di dalamnya.[16] Meski begitu, Julian Rotter pada tahun 1954 dan Albert Bandura pada tahun 1969 memberikan kontribusi pada terapi perilaku dengan karya mereka mengenai teori pembelajaran sosial. Kedua orang tersebut dalam teorinya malah menunjukkan adanya efek kognisi pada pembelajaran dan modifikasi perilaku.[17] Karya Claire Weekes Australia yang menangani gangguan kecemasan pada 1960-an juga dapat dianggap sebagai prototipe dari terapi perilaku.[18]

Penekanan pada faktor perilaku merupakan "gelombang pertama" dari perkembangan CBT.[19]

Prinsip dasar

CBT didasarkan pada beberapa prinsip dasar:[1]

  1. Masalah psikologis sebagian didasarkan pada pikiran yang salah atau tidak berguna.
  2. Masalah psikologis sebagian didasarkan pada pola perilaku yang dipelajari dan tidak berguna.

Perawatan

Orang dengan masalah psikologis dapat belajar untuk mengatasi lebih baik, yang dapat meringankan gejala dan meningkatkan efektivitas hidup. Perawatan CBT biasanya melibatkan usaha untuk mengubah pikiran, strategi ini mungkin termasuk:

  1. Belajar mengenali distorsi pemikiran yang bermasalah dan mengevaluasinya kembali berdasarkan kenyataan.
  2. Lebih memahami tindakan dan motif orang lain.
  3. Gunakan keterampilan pemecahan masalah untuk mengatasi situasi sulit.
  4. Belajarlah untuk mengembangkan rasa memiliki yang lebih besar terhadap kemandirian.

Perawatan CBT biasanya juga mencakup upaya untuk mengubah perilaku, strategi ini mungkin termasuk:

  1. Jangan menghindari rasa takut, hadapilah.
  2. Gunakan permainan peran untuk mempersiapkan interaksi yang berpotensi bermasalah dengan orang lain.
  3. Belajarlah untuk menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh.
  4. Tidak semua CBT menggunakan semua strategi ini. Sebaliknya, psikolog dan pasien/klien bekerja sama untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah dan mengembangkan strategi pengobatan.

CBT berfokus pada membantu orang belajar menjadi terapis mereka sendiri. Melalui latihan dalam sesi dan latihan di rumah yang tidak terjadwal, pasien/klien membantu mengembangkan keterampilan koping sehingga mereka dapat belajar mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku bermasalah mereka. Terapis CBT menekankan apa yang terjadi dalam kehidupan seseorang saat ini, daripada mempersulitnya. Meskipun kita memerlukan beberapa informasi tentang sejarah seseorang, fokusnya adalah bergerak maju dari waktu ke waktu untuk mengembangkan cara yang lebih efektif dalam menghadapi kehidupan.

Masyarakat dan budaya

Layanan Kesehatan Nasional Inggris mengumumkan pada tahun 2008, akan lebih banyak psikiater yang dilatih untuk memberikan CBT menggunakan biaya dari pemerintah[20] sebagai bagian dari inisiatif yang disebut Improving Access to Psychological Therapies (IAPT).[21] NICE mengatakan bahwa CBT akan menjadi pengobatan yang diandalkan untuk depresi non-parah dan obat-obatan hanya digunakan apabila terjadi kasus-kasus di mana CBT gagal.[20] Psikiater mengeluh bahwa data di lapangan tidak sepenuhnya mendukung pelaksanaan inisiatif tersebut dan dana yang diterima untuk CBT sangatlah kurang. Psikoterapis yang bernama Andrew Samuels menyatakan bahwa keluhan tersebut merupakan "kudeta, yang disebabkan karena permainan kekuasaan oleh komunitas yang serakah ... Setiap orang pasti tergoda oleh murahnya CBT."[20][22] Dewan Psikoterapi Inggris mengeluarkan siaran pers pada tahun 2012 yang mengatakan bahwa kebijakan IAPT merusak popularitas psikoterapi tradisional dan mereka juga mengkritik proposal yang akan membatasi beberapa terapi yang digunakan untuk CBT.[23] Dewan tersebut mengklaim bahwa keberadaan IAPT dapat membatasi pasien pada "versi terapi perilaku kognitif (CBT) yang dipermudah, yang mana ini sering dilakukan oleh staf yang sangat terlatih".[23]

NICE juga merekomendasikan penawaran CBT kepada orang yang menderita skizofrenia, serta mereka yang berisiko menderita episode psikotik.[24]

Referensi

  1. ^ a b "What is Cognitive Behavioral Therapy?". www.apa.org. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  2. ^ Robertson, Donald (2019-11-27). "Part 1: The Philosophical Origins of CBT". The Philosophy of Cognitive-Behavioural Therapy (CBT): Stoic Philosophy as Rational and Cognitive Psychotherapy (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-000-75261-8. 
  3. ^ Mathews, John (2015-12-06). "Stoicism and CBT: Is Therapy a Philosophical Pursuit?". Virginia Counseling -- Midlothian VA and Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-30. 
  4. ^ Beck, Aaron T. (1979-01-01). Cognitive Therapy of Depression (dalam bahasa Inggris). Guilford Press. hlm. 8. ISBN 978-0-89862-919-4. 
  5. ^ "Epictetus, Epicurus and the Core Concepts of REBT". LB Counseling Group (dalam bahasa Inggris). 2018-09-04. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  6. ^ Moheban-Wachtel, Rachel. "Cognitive Behavioral Therapy | The Relationship Suite | NYC". The Relationship Suite (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-30. 
  7. ^ "Psychology, Learning, Classical Conditioning". Affordable Learning LOUISiana (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-09. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  8. ^ Rachman, S. (2015). "The evolution of behaviour therapy and cognitive behaviour therapy" (PDF). Behaviour research and therapy. doi:10.1016/j.brat.2014.10.006. 
  9. ^ Jones, M. C. (1924). "The Elimination of Children's Fears" (PDF). Journal of Experimental Psychology. 7 (5): 382. doi:10.1037/h0072283. 
  10. ^ a b "Approaches to Psychotherapy | Boundless Psychology". courses.lumenlearning.com. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  11. ^ Wedding, Danny; Corsini, Raymond J. (2013-02-03). Current Psychotherapies (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning. hlm. 198 & 235. ISBN 978-1-285-68749-0. 
  12. ^ Bater, Lovina R.; Jordan, Sara S. (2017). Zeigler-Hill, Virgil; Shackelford, Todd K., ed. Reciprocal Inhibition (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 1–4. doi:10.1007/978-3-319-28099-8_938-1. ISBN 978-3-319-28099-8. 
  13. ^ "Eysenck and the development of CBT | The Psychologist". thepsychologist.bps.org.uk. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  14. ^ Eysenck, H. J. (1952). "The effects of psychotherapy: an evaluation" (PDF). Journal of Consulting Psychology (dalam bahasa Inggris). 16 (5): 319–324. doi:10.1037/h0063633. ISSN 0095-8891. 
  15. ^ McLeod, Saul (2018). "What Is Operant Conditioning and How Does It Work?: How Reinforcement and Punishment Modify Behavior". Simply Psychology. Diakses tanggal 31 Maret 2022. 
  16. ^ Ruiz, Maria R (1995). "B. F. SKINNER'S RADICAL BEHAVIORISM: HISTORICAL MISCONSTRUCTIONS AND GROUNDS FOR FEMINIST RECONSTRUCTIONS" (PDF). Behavior and Social Issue. 5 (2): 29–44. 
  17. ^ "Personality Theory | Albert Bandura, Julian Rotter, & Walter Mischel". OER Commons (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-30. 
  18. ^ Kelly, Hillary (2020-03-26). "Desperately Seeking Hope and Help for Your Nerves? Try Reading 'Hope and Help for Your Nerves'". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  19. ^ "Basic Theory, Development and Current Status of CBT" (PDF). 
  20. ^ a b c "The Big Question: Can Cognitive Behavioural Therapy help people with". The Independent (dalam bahasa Inggris). 2008-12-16. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  21. ^ Leader, Darian (2008-09-08). "Darian Leader on cognitive behavioural therapy". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-30. 
  22. ^ "CBT superiority questioned at conference - University of East Anglia (UEA)". web.archive.org. 2014-10-27. Archived from the original on 2014-10-27. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  23. ^ a b "UKCP response to Andy Burnham's speech on mental health". web.archive.org. 2013-02-21. Archived from the original on 2013-02-21. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  24. ^ "Introduction | Psychosis and schizophrenia in adults: prevention and management | Guidance | NICE". www.nice.org.uk. Diakses tanggal 2022-03-30. 
Kembali kehalaman sebelumnya