Share to:

 

Terpentin

Sebuah Kartu Pos tahun 1912 dengan gambar panen getah pinus untuk industri terpentin.

Terpentin (Bahasa Inggris: turpentine) adalah cairan lengket berwarna kuning muda hingga coklat yang diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus (P. halepensis, maritima, cembra, palustris, dan lainnya).[1][2] Di Indonesia, getah tersebut diperoleh dari pohon tusam (Pinaceae merkusii).[1] berbentuk cairan lengket berwarna kekuningan berbau balsem.[2] Getah tersebut bila disuling akan menghasilkan minyak atsiri (dicampur dengan air dalam proses penyulingan) dan juga dapat menghasilkan residu lain, misalnya resin.[2] Cara umum di Indonesia untuk memisahkan minyak terpentin dan gondorukem ialah dengan cara distilasi uap (disuling), yaitu dengan cara mengeluarkan minyak terpentin bersama uap air, sisanya itulah yang disebut gondorukem.[1]

Minyak terpentin dalam perdagangan cat sering disebut terpentin, mengandung sejumlah terpena (berupa pelarut baik untuk resin dan karet[1]) misalnya pinena, silvestrena, dan dipentena.[2] Terpentin Cina diperoleh dari Pistacia terebinthus.[2]

Di Indonesia, pohon pinus sebagai produsen getah terpentin dibudidayakan oleh pemerintah, bidang kehutanan.[1] Pohon pinus tersebut banyak dijumpai di daerah Aceh, Toba, dan Jawa Tengah.[1] Penyadapan pohon pinus juga dilakukan di bawah pengawasan pemerintah.[1] Manfaat terpentin banyak dipakai sebagai bahan pembuat cat minyak, mutu paling murni dipakai untuk kepentingan farmasi, dan sisanya dipakai untuk resin atau gondorukem.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h (Indonesia)Franklin Book Programs, Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1973, hal. 1098
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3520
Kembali kehalaman sebelumnya