Share to:

 

Tian

Tian

Aksara Han Tian berdasarkan aksara perunggu.
Hanzi:
Makna harfiah: surga

Tian adalah salah satu istilah Tionghoa tertua untuk menyebut kosmos dan merupakan sebuah konsep penting dalam mitologi, agama, filosofi Tionghoa. Pada masa Dinasti Shang (Abad ke 17-11 SM), bangsa Tionghoa menyebut dewa tertinggi mereka Shangdi (Hanzi: 上帝; "Tuan di Atas ") atau Di ("Tuan"); semenjak Dinasti Zhou, Tian menjadi sinonim dengan Shangdi. Pemujaan Langit' ', sebelum abad ke 20, menjadi agama negara yang umum di Tiongkok.

Pada Taoisme dan Konfusianisme, Tian sering kali diterjemahkan sebagai "Surga" dan disebutkan dalam hubungannya dengan aspek Di (地) atau "Bumi". Kedua aspek tersebut dalam kosmologi Tao merupakan perwujudan dari sifat dualistik alamiah Taoisme. Tian dan Di dipercaya mengatur kedua kutub dari Tiga Alam (Hanzi: 三界), yang mana alam tengahnya ditempati oleh manusia (Hanzi: 人; hanyu pinyin: Ren).

Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa penggunaan kata Tian dimulai semenjak Dinasti Zhou awal .

Karakter, Etimologi, Pengucapan, dan Kata Majemuk

Huruf tian 天 "surga" menurut aksara segel
Huruf tian 天 "surga" menurut aksara tulang ramalan

Aksara Han versi modern dan versi awal aksara segel (perkembangan dari aksara perunggu) untuk huruf 天 keduanya merupakan kombinasi dari da (大) "agung; besar" dan yi (一) "satu", tapi huruf asli pada naskah tulang ramalan dari Dinasti Shang dan naskah perunggu dari Zhou berbentuk menyerupai "manusia besar" berkepala raksasa. Ideogram kuno naskah ramalan dan perunggu untuk da 大 menampilkan figur batang (coretan sederhana berbentuk manusia atau hewan) sesosok manusia dengan kedua tangan direntangkan yang menunjukkan arti "agung; besar". Huruf tian天 berdasarkan naskah ramalan dan perunggu menekankan kepala si "manusia besar", baik yang berkepala kotak atau bundar atau yang ditandai satu atau dua garis. Schuessler (2007:495) menulis bahwa aksara perunggu untuk tian, menunjukkan seorang manusia dengan kepala bundar, menyerupai aksara ding (丁) "sistem ordinal ke 4", dan menduga "Grafik antropomorfik tersebut bisa jadi mengindikasikan bahwa awalnya huruf tersebut lebih condong merujuk pada 'dewata', daripada 'langit'."[1]

Dua varian aksara Han untuk tian 天 adalah 兲 (perpaduan antara 王 "raja" dan 八 " 8") dan varian baru dari pelajar Taoisme 靝 (perpaduan 青 "biru" dan 氣 "qi", yakni "langit biru").

Etimologi

Untuk etimologi tian, Schuessler (2007:495) mengubungkannya dengan kata tengri dalam bahasa Mongolia, yaitu langit, surga, makhluk surgawi atau dalam Tibeto-Burman sebagai taleŋ (suku Adi) dan tǎ-lyaŋ (suku Lepcha), keduanya berarti "langit". Schuessler (2007:211) juga menduga adanya koneksi antara kata China tiān 天, diān 巔 "puncak, puncak gunung", dan diān 顛 "puncak, kepala bagian atas, dahi", yang memiliki asal kata yang sama dengan tiŋ (langit) dari suku Naga ."[1]

Pengucapan

Pengucapan 天 "langit, surga; makhluk surgawi, dewa" menurut Standar China Modern' adalah tiān. Menurut standar Kanton menjadi tin1; Taiwan thiN1 atau thian1; Vietnam yêu atau thiên; Korea cheon atau ch'ŏn (천); dan Jepang ten dalam On'yomi (meminjam pelafalan dari bahasa China) atau ame/ sora berdasarkan Kun'yomi (pembacaan penduduk asli).

Rekonstruksi pelafalan Tiān 天 pada abad pertengahan China (Abad ke-6 hingga 10 M) antara lain t'ien (berdasarkan Bernhard Karlgren), t'iɛn (Zhou Fagao), tʰɛn > tʰian (Edwin G. Pulleyblank), dan then (William H. Baxter, Baxter & Sagart). Rekonstrusi dalam China Kuno (Abad ke-6 hingga 3 SM) antara lain *t'ien (Karlgren), *t'en (Zhou), *hlin (Baxter), *thîn (Schuessler), and *l̥ˤin (Baxter & Sagart). Tanda asteris (*) di depan kata secara umum digunakan oleh ahli linguistik sebagai penanda bahwa kata tersebut merupakan hasil rekonstruksi (hanya merupakan perkiraan) karena sudah tidak digunakan lagi.

Kata Majemuk

Tian menjadi komponen dari ratusan kata majemuk dalam bahasa China. Beberapa diantaranya yang penting adalah sebagai berikut:

  • Tianming (天命, Mandat dari Surga) "Mandat Ilahi, Kemauan Tuhan; nasib, takdir; umur seseorang ".
  • Tianwen (tradisional=天問|penyederhanaan=天问; hanyu pinyin=Tiānwèn), Pertanyaan Surgawi atau Pertanyaan kepada Surga bagian Chu Ci (sejenis puisi China).
  • tianzi (天子, Putera Langit"), sebuah gelar kehormatan untuk "Kaisar; penguasa di China".
  • tianxia (天下, "semua di bawah surga") "dunia, bumi; China".
  • tiandi (天地, "surge dan bumi") "dunia; alam semesta".
  • Xingtian (刑天) tokoh mitologi purba yang bertarung melawan Surga, meskipun telah dipotong kepalanya.
  • Tianfang (天房) Mekkah dalam bahasa China, kota suci Islam. (Tian digunakan untuk menerjemahkan Allah).

Interpretasi Aksara Tian

Konfusius

Konsep Surga (Tian, 天) meresap dalam Konfusianisme. Konfusius memiliki iman yang mendalam terhadap Surga dan percaya bahwa Surga berkuasa atas daya upaya manusia. Dia juga percaya bahwa dirinya mengemban keinginan Surga, dan Surga tidak akan membiarkan utusannya, Konfusius, terbunuh hingga pekerjaannnya terselesaikan. Berbagai atribut Surga digambarkan dalam karyanya Analek.

Konfusius memuja Surga sebagai sumber tertinggi dari kebaikan:

Sang Guru berkata, "Sangat besar Yao sebagai pemimpin! Betapa agung dirinya! Hanya Surga yang hebat, dan hanya Yao yang sesuai dengannya. Betapa luas kebajikannya! Orang-orang tidak akan dapat menemukan sebutannya. Betapa agung dirinya oleh karena semua pekerjaan yang telah ia selesaikan! Betapa mulia peraturan-peraturan anggun yang ditetapkannya! (VIII, xix, tr. Legge 1893:214)

Konfusius merasa bahwa dirinya secara personal bergantung kepada Surga (VI, xxviii, tr. Legge 1893:193): "Jikalau diriku sampai berlaku tidak pantas, semoga Surga menolakku! Semoga Surga menolakku! "

Konfusius percaya bahwa Surga tidak dapat ditipu:

Sang Guru mengalami sakit parah, Zi Lu berharap para murid bertindak menjadi menteri-menterinya. Dalam proses penyembuhannya, ia berkata, "Cukup lama sudah tindak-tandukmu dipenuhi kebohongan! Dengan berpura-pura memiliki menteri meskipun sebenarnya aku tidak punya, siapa yang harus aku perdaya? Haruskah aku memperdaya Surga? Dan juga, daripada aku harus mati di tangan menteri-menteri, tidakkah lebih baik aku mati di tangan kalian, murid-muridku? Dan meskipun aku mungkin tidak dimakamkan secara besar-besaran, haruskah aku mati di atas jalan? (IX, xi, tr. Legge 1893:220-221)

Konfusius percaya bahwa Surga memberi umat manusia tugas mengajarkan kebajikan dan moralitas:

Sang Guru berkata, "Saat berumur 15, pikiranku berhasrat untuk belajar. Saat 30, aku berdiri kokoh. Saat 40, aku tidak memiliki keraguan. Saat 50, aku mengetahui mandat surga. Saat 60, telingaku menjadi organ yang patuh untuk menerima kebenaran. Saat 70, aku dapat mengikuti keinginan hatiku, tanpa beralih dari apa yang benar." (II, iv, tr. Legge 1893:146)

Dia percaya bahwa Surga mengetahui apa yang dilakukannya dan merestuinya, meskipun tak seorang pun dari pemimpin dunia yang mungkin menginginkannya sebagai penasihat:

Sang Guru berkata, "Astaga! Tak seorang pun mengenalku." Zi Gong berkata, "Apa maksud anda dengan berkata – bahwa tak seorang pun mengenal anda?" Sang Guru menjawab, "Aku tidak bergumam melawan Surga. Aku tidak menggerutu terhadap manusia. Pelajaranku tetap sepi, dan penetrasiku melambung tinggi. Tetapi ada Surga – itulah yang mengenalku!" (XIV, xxxv, tr. Legge 1893:288-9)

Perkataan yang mungkin paling diingat, dicatat sebanyak dua kali, adalah pernyataan Konfusius menyatakan iman yang sempurna terhadap kekuasaan pemeliharaan Surga:

Sang Guru khawatir terhadap Kuang. Ia berkata, "Setelah kematian Raja Wen, tidakkah sumber kebenaran berada dalam diriku sekarang? Jika Surga berharap sumber kebenarannya musnah, maka aku, seorang manusia biasa, tidak akan memiliki hubungan dengan sumber itu. Namun Surga tidak akan membiarkan sumber kebenaran musnah, apa yang dapat dilakukan para pengikut Kuang kepadaku? (IX, v and VII, xxii, tr. Legge 1893:217-8)

Mozi (Mo Tzu)

Bagi Mozi, Surga adalah penguasa ilahi, sebagaimana Putra Langit (kaisar) adalah penguasa duniawi. Mozi percaya bahwa roh-roh dan iblis benar-benar ada atau setidaknya ritual harus dilakukan demi kepentingan sosial, tetapi tugas mereka adalah untuk menjalankan keinginan Surga, mengawasi orang jahat dan menghukum mereka. Mozi mengajarkan bahwa Surga mengasihi semua orang secara adil dan tiap-tiap orang sudah seharusnya juga saling menyayangi tanpa membedakan mana yang merupakan relatifnya dan mana yang bukan (Dubs, 1959-1960:163-172). Mozi mengkritik pengikuti Konfusius pada masanya karena tidak mengikuti ajaran Konfusius. Dalam karyanya Kehendak Surga (天志), dia menulis:

Dan juga, aku tahu bahwa Tian mengasihi umat manusia bukan tanpa alasan. Tian memerintahkan matahari, bulan, dan bintang-bintang untuk menyinari dan menuntun mereka. Tian menetapkan keempat musim, Semi, Gugur, Dingin, dan Panas, untuk mengatur mereka. Tian menurunkan salju, es, hujan, dan embun untuk menumbuhkan lima sereal serta flax dan sutra sehingga umat manusia dapat menggunakan dan menikmatinya. Tian menempatkan bukit-bukit dan sungai-sungai, jurang-jurang dan lembah-lembah, dan mengatur segala sesuatu untuk memberi kebaikan kepada manusia atau membawa bencana. Ia menunjuk para adipati dan raja untuk menghadiahi yang bajik dan menghukum yang jahat, dan untuk mengumpulkan logam serta kayu, burung-burung dan hewan liar, dan memerintah kultivasi kelima sereal dan flax dan sutra untuk menyediakan makanan serta pakaian bagi umat manusia. Hal tersebut sudah demikian semenjak masa yang lampau hingga sekarang." (tr. Mei 1929:145)

Pandangan Kosmologi

Terdapat tiga kelompok besar kosmologi. Hipotesis kelompok-kelompok lain kebanyakan dikembangkan dari mereka.

Gatian Shuo (蓋天說) "Hipotesis Surga-Tudung " berasal dari tulisan Zhou Bi Suan Jing. Bumi ditutupi material tian.

Huntian Shuo (渾天說) "Hipotesis Menyerupai-Telur ". Bumi dikelilingi oleh lapisan bola tian yang berputar mengelilinginya. Benda-benda langit terikat pada lapisan tian. Penjelasan ini tertuang pada karya Zhang Heng dalam artikel Bola armiler.

Xuanye Shuo (宣夜說) "Hipotesis Cakrawala". Tian adalah ruang tak terbatas. Benda-benda langit merupakan materi cahaya yang mengambang di dalamnya dan digerakkan oleh Qi. Ringkasan oleh Ji Meng (郗萌) pada bab astronomi Buku (Dinasti) Jin.

Terkadang langit dibagi menjadi Jiutian (九天) "sembilan divisi langit ", langit tengah dan kedelapan arah.

Buddhisme

Tian adalah dunia-dunia surgawi dan tanah-tanah suci dalam kosmologi Buddhis. Beberapa dewata Buddhis juga disebut Tian.

Taoisme

Jumlah lapisan vertikal surga dalam Taoisme disebutkan berbeda-beda, umumnya adalah berjumlah 36 Tian dikembangkan dari Durenjing (度人經).

I-Kuan Tao

Pada I-Kuan Tao, Tian dibagi menjadi tiga alam vertikal. Li Tian (理天) "Surga Kebenaran", Qi Tian (氣天) "Surga Roh" and Xiang Tian (象天) "Surga Materi".

Intepretasi oleh Sinologis Barat

Sinologis Herrlee Creel yang menulis sebuah penelitian komprehensif dalam "Asal Mula Dewata T'ien" (1970:493–506), memberikan pandangan berikut.

Selama tiga ribu tahun telah dipercaya bahwa semenjak waktu yang sangat lampau semua (masyarakat) China menganggap T'ien 天, "Surga," sebagai dewata tertinggi, dan bahwa dewa tersebut juga dikenal sebagai Ti 帝 atau Shang Ti 上帝. Tetapi data-data baru yang kini dapat diakses pada masa sekarang, dan terutama inskripsi-inskripsi Shang, menjadi bukti bahwa kenyataannya tidaklah demikian. Tampaknya T'ien sama sekali tidak disebutkan dalam inskripsi-inskripsi Shang, melainkan sering kali merujuk kepada Ti atau Shang Ti. T'ien muncul bersamaan dengan Chou, dan jelas merupakan dewata Chou. Setelah penaklukan, Chou menetapkan T'ien identik dengan Ti sang dewata dari Shang (atau Shang Ti), mirip seperti Roma mengidentikan Zeus Yunani dengan Jupiter mereka. (1970:493)

Creel merujuk perubahan historis nama dewa pada masa China kuno; dari tulang orakel Shang yang sering kali menggunakan di dan shangdi dan jarang menggunakan tian, menuju barang perunggu dan teks zaman Zhou yang menggunakan tian lebih sering dibandingkan sinonimnya shangdi.

Pertama, Creel menganalisis semua teks tian dan di yang berarti "dewa (singular dan jamak) di teks klasik China dan naskah perunggu pada masa Zhou Barat. Yi Jing atau "Kitab Perubahan" memiliki 2 tian dan 1 di; Shi Jing "Kitab Sanjak" mengandung 140 tian dan 43 di atau shangdi; dan bagian otentik Shu Jing "Kitab Hikayat" memiliki 116 tian dan 25 di atau shangdi. Kumpulan naskah perunggunya yang otentik dari Zhou Barat (1970:464–75) menyebutkan tian 91 kali dan di atau shangdi hanya 4 kali. Kedua, Creel membandingkan 175 kali kemunculan di atau shangdi pada tulisan orakel era Shang dengan "setidaknya" 26 kali kemunculan tian. Setelah menelaah ke-26 tulisan oracular yang oleh para peneliti (seperti Guo Moruo) telah diindentifikasi sebagai tian 天 "surga; Tuhan" (1970:494–5), ia menetapkan terdapat 8 kasus pada fragmen yang artinya tidak jelas. Sisanya yang 18, Creel menginterpretasikan 11 kasus sebagai varian grafik untuk da "agung;besar" (misalnya, tian i shang 天邑商 untuk da i shang 大邑商 "perkampungan besar Shang"), 3 kasus nama tempat, dan 4 kasus catatan kurban dalam orakel yu tian 于天 "menuju/pada Tian" (yang bisa berarti "to Surga/Tuhan" atau "pada tempat bernama Tian".)

Naskah Shu Jing pada bab "Tang Shi" (湯誓 "Perkataan Tang ") diilustrasikan bagaimana teks Zhou awal menggunakan tian "surga;dewa" dalam konteks merujuk shangdi "tuhan". Berdasarkan tradisi, Tang dari Shang mengumpulkan bawahannya untuk menjatuhkan Raja Jie dari Xia, pemimpin terakhir Dinasti Xia yang keji, tetapi merasa segan untuk menyerang.

Sang raja berkata, "Datanglah, kalian semua orang, dengarkan kata-kata saya. Bukanlah saya, si anak kecil [sebuah panggilan rendah hati yang digunakan para raja], yang berani melakukan apa yang kelihatannya seperti suatu tindakan pemberontakan; tetapi oleh karena banyaknya kejahatan oleh penguasa dari Hsiâ [Xia] Surga telah memberikan tugas [tianming, lihat Kata Majemuk di atas] untuk menghancurkan dia. Sekarang, kalian semua, kalian telah berkata, 'Pangeran kami tidak mengasihi kami, tetapi (memanggil kami) pergi dari pertanian kami untuk menyerang dan menghukum penguasa dari Hsiâ.' Diriku telah benar-benar mendengar perkataan kalian semua ini; tetapi penguasa dari Hsiâ adalah seorang pendosa, dan, dikarenakan diriku takut kepada Tuhan [shangdi], diriku tidak berani tidak menghukumnya. Sekarang kalian berkata, 'Apakah kejahatan Hsiâ kepada kita?' Raja Hsiâ tidak melakukan apa-apa selain menghabiskan kekuatan dari rakyatnya, dan melakukan penindasan terhadap kota-kota Hsiâ. Rakyatnya semua menjadi enggan melayaninya, dan tidak akan membantunya. Mereka berkata, 'Kapankah matahari akan musnah? Kami semua akan musnah bersama engkau.' Demikianlah tindak tanduk raja dari Hsiâ, dan sekarang diriku harus pergi dan menghukumnya. Bantulah, ku mohon kepada kalian, diriku, satu orang pria, untuk membawa hukuman yang ditunjukkan oleh Surga [tian]. Diriku akan menghadiahkan kaIian sangat banyak. Agar tidak ada yang meragukan diriku; — saya tidak akan menelan kata-kata saya. Jikalau engkau tidak mematuhi kata-kata yang telah saya ucapkan kepadamu, saya akan membuat anak-anak kalian bersama dengan kalian dihukum mati; — kalian tidak akan menemukan pengampunan." (tr. James Legge 1865:173–5)

Setelah menetapkan bahwa Tian bukanlah dewata dari masyarakat Shang, Creel (1970:501–6) mengajukan sebuah hipotesis darimana ia berasal. Penduduk Shang dan Zhou secara piktograf menggambarkan da 大 sebagai "seorang manusia yang besar atau agung". Sesudah itu Zhou menambahkan sebuah kepala di atasnya untuk menunjuk tian 天"raja " (bandingkan dengan wang 王 "raja; pemimpin", yang pada grafik orakelnya menampilkan sebuah garis dibawah seorang "manusia besar" dan grafik perunggu yang menambahkan garis di bagian atas). Dari "raja", tian secara semantikali mengalami perubahan makna menjadi "almarhum raja; kaisar leluhur", yang mengontrol "nasib; pemeliharaan", dan akhirnya menjadi sesosok dewata maha kuasa Tian "Surga". Ditambahkan, tian menunjuk "surga-surga" (dimana para raja leluhur dan dewa-dewa tinggal) dan "langit" yang terlihat.

Kemungkinan lainnya adalah Tian mungkin berhubungan dengan Tengri dan kemungkinan dipinjam dari bahasa Asia Tengah prasejarah (Müller 1870).

Arti

Makna semantik tian berkembang berdasarkan sejarah. Hanyu Dazidian, kamus historis karakter (huruf) dalam tulisan China, memberikan daftar 17 arti dari tian 天, diterjemahkan di bawah ini.

  1. Dahi manusia; kepala, tempurung kepala. 人的額部; 腦袋.
  2. Secara kuno, mentato/cap dahi sebagai sejenis hukuman. 古代一種在額頭上刺字的刑罰.
  3. Surga, langit, cakrawala. 天空.
  4. Benda-benda langit; fenomena angkasa, fenomena meteorologikal. 天體; 天象.
  5. Alam, alami. Referensi umum untuk segala sesuatu di luar jangkauan kehendak manusia. 自然. 泛指不以人意志為轉移的客觀必然性.
  6. Alamiah, pembawaan lahir; berdasarkan insting, bakat lahir. 自然的; 天性的.
  7. Sifat alamiah/kualitas seseorang atau benda ; insting alamiah, bakat lahir alamiah, watak. 人或物的自然形質; 天性.
  8. Rujukan untuk langit/ angkasa. 特指某一空間.
  9. Musim; musim-musim. Seperti: musim dingin; tiga periode 10-hari panas [sesudah titik balik matahari pada musim panas]. 時令; 季節. 如: 冬天; 三伏天.
  10. Cuaca; iklim. 天氣; 氣候.
  11. Hari, waktu satu siang dan malam, atau khususnya waktu dari matahari terbit hingga terbenam. Seperti:hari ini; esok hari; sibuk sepanjang hari; pergi memancing selama tiga hari dan mengeringkan jalan dua hari [suatu kiasan (xiehouyu) untuk menyatakan "tidak dapat menyelesaikan apapun "]. 一晝夜的時間, 或專指日出到日落的時間. 如: 今天; 昨天; 忙了一天; 三天打魚, 兩天曬網.
  12. Tuhan, surga, roh surgawi, dari dunia alami. 天神, 上帝, 自然界的主宰者.
  13. Surga, surgawi, istilah seorang spiritualis untuk menyebut dewa-dewa, para Buddha, atau para makhluk abadi; atau untuk dunia-dunia dimana mereka tinggal. Seperti: pergi ke surga ["meninggal"]; laskar surgawi dan para jenderal surgawi ["pasukan tak kasatmata "]; dewi-dewi surga menaburkan bebungaan [sebuah referensi dari Sutra Vimalakirti untuk menyebutkan "kedatangan Buddha "]. 迷信的人指神佛仙人或他們生活的那個世界. 如: 歸天; 天兵天將; 天女散花.
  14. Secara kuno, sang raja, monarki, penguasa; juga untuk menyebut yang lebih tua dalam hubungan sosial manusia. 古代指君王; 也指人倫中的尊者.
  15. Suatu objek dimana seseorang bergantung atau mempercayakan. 所依存或依靠的對象.
  16. Dialek. Sebuah pengukuran untuk wilayah [shang, sekitar 15 acre ]. 方言. 垧.
  17. Sebuah nama keluarga, marga. 姓.

Seorang filsuf China Feng Youlan membedakan lima arti berbeda dari tian pada tulisan China awal:

(1) Sebuah material atau fisikal T'ien atau langit, yang mana, T'ien sering diucapkan sebagai tambahan untuk bumi, sebagaimana dalam frase umum untuk merujuk alam semesta secara fisik yaitu 'Surga dan Bumi' (T'ien Ti 天地).
(2) Sebuah pengatur atau penguasa T'ien, yang mana, salah satunya yang muncul dalam frase, 'Kaisar Tertinggi Kekaisaran Surga' (Huang T'ien Shang Ti), dimana antropomorfik T'ien dan Ti disignifikasikan.
(3) Sebuah fatalistik T'ien, sebanding dengan konsep Nasib (ming 命), sebuah istilah yang diaplikasikan untuk semua kejadian dalam kehidupan manusia dimana manusia sendiri tidak dapat mengontrolnya. Ini merupakan T'ien yang dimaksudkan Mencius pada saat dia berkata: "Sebagaimana penyelesaian suatu prestasi besar, adalah bersama T'ien" ([Mencius], Ib, 14).
(4) Sebuah naturalistik T'ien, yang mana, ekuivalen dengan kata dalam bahasa inggris Nature. Ini adalah sejenis T'ien yang digambarkan dalam 'Discussion on T'ien' (Pendiskusian T'ien) dalam [Hsün Tzǔ] (ch. 17).

(5) Sebuah etikal T'ien, yang mana, memiliki suatu prinsip moral dan merupakan prinsip primordial tertinggi dari alam semesta. Ini merupakan sejenis T'ien yang dirujuk [Chung Yung] (Doktrin Takdir) pada kalimat pembukanya: "Apa yang diberikan T'ien (pada manusia) adalah apa yang disebut sebagai sifat dasar." (1952:31)

Kamus Inggris Oxford memasukkan kata pinjaman Inggris t’ien (juga tayn, tyen, tien, dan tiān) Pemikian China: Surga; sang Dewa." Penggunaan paling awal serta tercatat dari variasi ejaan tersebut adalah: 1613 Tayn, 1710 Tien, 1747 Tyen, dan 1878 T'ien.

Shangdi dan Kaisar Giok

Shangdi (Hanzi=上帝) atau Di adalah sosok Dewata Langit tertinggi pada agama tradisional China. Karakter上 memiliki arti "di atas"; karakter 帝 juga digunakan dalam nama Huangdi (Kaisar Kuning) dan gelar huangdi (kaisar China).

'Kaisar Giok (Hanzi=玉皇; hanyu pinyin =Yù Huáng; atau 玉帝, Yù Dì) adalah penguasa Surga dan segala alam di bawahnya, termasuk alam manusia dan neraka. Menurut Taoisme, Kaisar Giok memerintah semua alam, tetapi dia merupakan bawahan Sanqing.

Lihat Pula

Referesi

  • Baxter, William and Lauren Sagart. 2011. Baxter–Sagart Old Chinese Reconstruction Diarsipkan 2013-09-27 di Wayback Machine..
  • Chang, Ruth H. 2000. "Understanding Di and Tian: Deity and Heaven From Shang to Tang." Sino-Platonic Papers 108:1–54.
  • Creel, Herrlee G., 1970. The Origins of Statecraft in China. The University of Chicago Press. ISBN 0-226-12043-0
  • Dubs, Homer H. 1959-1960. "Theism and Naturalism in Ancient Chinese Philosophy," 'Philosophy East and West' 9.3-4:163-172.
  • Fung Yu-Lan. 1952. A History of Chinese Philosophy, Vol. I. The Period of the Philosophers, tr. Derk Bodde. Princeton University Press.
  • Legge, James., tr. 1865. The Chinese Classics, Vol. III, The Shoo King. Oxford University Press.
  • Legge, James, tr. 1893. The Chinese Classics, Vol. I, The Confucian Analects, the Great Learning, and the Doctrine of the Mean. Oxford University Press.
  • Müller, Friedrich Max. 1870. Lectures on the Science of Religion.

Catatan Kaki

  1. ^ a b Schuessler, Axel. 2007. ABC Etymological Dictionary of Old Chinese. University of Hawaii Press.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya