Triangulasi (pengukuran) merupakan proses penentuan lokasi suatu titik dengan mengukur sudut yang terbentuk atas sudut dalam segitiga, berdasarkan data titik-titik tetap yang diketahui di kedua ujung segitiga yang disebut dengan titik kontrol. Menggunakan metode trigonometri dan data hasil pengukuran panjang dari salah satu sisi segitiga tersebut, maka jarak lain dalam segitiga dapat diketahui menggunakan perhitungan.[1]
Triangulasi melibatkan penggunaan sistem segitiga tumpang tindih untuk mendapatkan data di seluruh area pemetaan, melalui pengukuran sudut dan sisi segitiga yang dilakukan, maka lokasi tepat dari titik-titik berurutan dapat diketahui menggunakan perhitungan trigonometri. Pemilihan dalam melakukan pengukuran sudut maupun pengukuran sisi dilakukan dengan menyesuaikan area pemetaan.[2] Metode ini umum dilakukan untuk melakukan pengukuran pada area pengukuran yang luas jika dibandingkan dengan mengukur jarak ke titik secara langsung menggunakan metode trilaterasi.
Prinsip Triangulasi
Pengukuran menggunakan metode triangulasi memiliki prinsip dasar antara lain :
Seluruh area survey harus dikonversi menjadi kerangka segitiga
Jika panjang salah satu sisi segitiga dan bearing tiga sudut segitiga diukur dengan tepat, panjang dan arah dua sisi lainnya dapat diketahui
Garis yang diukur secara langsung disebut sebagai baseline
Hasil perhitungan antara dua garis akan digunakan sebagai baseline untuk dua segitiga yang saling berhubungan
Sudut dari masing-masing segitiga disebut sebagai stasiun triangulasi
Jaringan segitiga dapat diperluas untuk menghitung seluruh area pengukuran
Sebagai pengecekan, diperlukan pengukuran panjang satu sisi segitiga terakhir yang diukur dan dibandingkan dengan hasil hitungan melalui prinsip triangulasi
Dibutuhkan base tambahan yang diletakkan pada interval tertentu untuk meminimalkan akumulasi kesalahan panjang yang terjadi saat pengukuran
Pengamatan astronomis dilakukan di stasiun perantara untuk mengontrol kesalahan dalam azimut