Tuturan honorifik dalam bahasa Jepang (敬語code: ja is deprecated , keigo, bahasa honorifik) adalah ungkapan hormat yang digunakan oleh penutur dan penulis bahasa Jepang berdasarkan status sosial dan tingkat keakraban lawan bicara atau pihak ketiga yang dibicarakan.
Penggolongan
Pada umumnya, tuturan honorifik bahasa Jepang dibagi menjadi tiga jenis: sonkeigo (尊敬語, bahasa penghormatan) yang meninggikan subjek, kenjōgo (謙譲語, bahasa merendahkan diri) yang merendahkan subjek, dan teineigo (丁寧語, bahasa kesopansantunan).
Dalam linguistik Jepang masih dikenal dua jenis tuturan honorifik lainnya, yaitu: teichōgo (丁重語, bahasa kesopanan) dan bikago (美化語, bahasa penghalusan) sehingga seluruhnya terdapat 5 jenis tuturan honorifik.
Berdasarkan sifatnya, tuturan honorifik dapat dibagi menjadi dua golongan besar: sozaikeigo dan taishakeigo.
Sozaikeigo (素材敬語code: ja is deprecated ) adalah kata-kata yang dipakai oleh penutur untuk menghormati tokoh (objek) yang sedang dibincangkan.
Irassharu (いらっしゃる) pada Shachō ga irassharu (社長がいらっしゃる, Bapak Direktur ada) dan sashiageru (さしあげる) pada Shachō ni sashiageru (社長にさしあげる, Diberikan kepada direktur) digunakan untuk menghormati direktur (lawan bicara adalah direktur sendiri atau sesama rekan kerja di satu perusahaan).
Taishakeigo (対者敬語code: ja is deprecated ) adalah kata-kata yang dipakai oleh penutur sebagai ungkapan rasa hormat terhadap lawan bicara dan tanpa mempertimbangkan isi perbincangan.
Masu (ます) pada kalimat Shachō ga kimasu (社長が来ます, Direktur tiba) diucapkan untuk menghormati lawan bicara, dan tidak dipakai ketika lawan bicara adalah kawan akrab.[1]
Penggolongan 3 jenis
Penggolongan 5 jenis
Ciri khas
sonkeigo
sonkeigo
sozaikeigo
Kata-kata yang meninggikan tindakan subjek yang sedang menjadi topik pembicaraan dibandingkan kedudukan penutur.
kenjōgo
kenjōgo
Kata-kata yang merendahkan tindakan penutur untuk meninggikan lawan bicara atau subjek pembicaraan yang berkedudukan lebih tinggi dari penutur
teichōgo
taishakeigo
Kata-kata yang meninggikan kedudukan lawan bicara yang memang sudah lebih tinggi dibandingkan kedudukan penutur.
teineigo
teineigo
Kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan kedudukan lawan bicara yang lebih tinggi dibandingkan penutur.
bikago
-
Kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan kehalusan, kesopanan, dan ketidaklangsungan.
Bentuk-bentuk seperti irrasharu (いらっしゃる), ossharu (おっしゃる) Penutur menggunakan kata-kata yang meninggikan keadaan, peristiwa, serta tindakan yang dilakukan orang ketiga atau lawan bicara.[3]
sonkeigo
Kenjōgo I
Bentuk-bentuk seperti ukagau (伺う), mōshiageru (申し上げる) Penutur menggunakan kata-kata yang merendahkan keadaan yang tindakan yang dilakukan penutur untuk meninggikan lawan bicara atau orang ketiga.
kenjōgo
Kenjōgo II Teichōgo
Bentuk-bentuk seperti mairu (参る), mōsu (申す) Ketika membicarakan atau menulis tentang diri sendiri atau menghadapi lawan bicara, penutur menggunakan kata-kata sopan untuk keadaan atau tindakan yang dilakukannya sendiri.
Teineigo
Bentuk-bentuk desu (です), masu (ます) Penggunaan kata-kata yang penuh kesopansantunan terhadap lawan bicara atau ketika menulis.
teineigo
Bikago
Bentuk-bentuk seperti o-sake (お酒, sake), o-ryōri (お料理, masakan) Penyebutan benda atau fenomena secara diperhalus.
Bahasa penghormatan
Bahasa penghormatan (sonkeigo) adalah kata-kata dipakai untuk meninggikan kedudukan lawan bicara ketika sedang membicarakan keadaan atau tindakan yang dilakukan lawan bicara.[4]Sonkeigo dinyatakan dengan deklinasi pada verba, verba bantu, dan adjektiva.
Deklinasi verba
Penggantian kata:
iru (いる) diganti dengan irassharu (いらっしゃる), ada (untuk orang)
suru (する) → nasaru (なさる)
taberu (食べる) → meshiagaru (召し上がる ), makan
miru (見る) → goranninaru (ご覧になる), melihat
iu (言う) → ossharu (おっしゃる), mengatakan
namae (名前) → onamae (お名前), nama
O (お) atau go (ご) ditambah ninaru (になる):
matsu (待つ) → omachininaru (お待ちになる), menunggu
kakeru (掛ける) → okakeninaru (お掛けになる), duduk
O (お) atau go (ご) ditambah nasaru (なさる):
matsu (待つ) → omachinasaru (お待ちなさる), menunggu
kakeru (掛ける) → okakenasaru (お掛けなさる), duduk
O (お) atau go (ご) ditambah desu
matsu (待つ) → omachi desu (お待ちです), menunggu
kakeru (掛ける) → okake desu (お掛けです), duduk
a-れ atau られ
matsu (待つ) → matareru (待たれる)
kakeru (掛ける) → kakerare (掛けられる).
Deklinasi adjektiva dan nomina adjektival
Deklinasi adjektiva dan nomina adjektival ditandai dengan penambahan prefiks o atau go:
Gelar kehormatan atau jabatan ditambahkan di belakang nama orang, misalnya: sama (様, Tuan, Nyonya, Nona), san (さん), dono (殿, Tuan), heika (陛下, Paduka Yang Mulia), sensei (先生, guru), senpai (先輩, senior), kakka (閣下, Yang Mulia), shachō (社長, Direktur), atau buchō (部長, Kepala Bagian).
Prefiks + nomina
Prefiks o (お), go (ご), on (御), mi (み), son (尊), ki (貴), gyoku (玉) ditambahkan pada nomina milik orang lain (bukan kepunyaan penutur). Sesuai kebiasaan, kosakata asli Jepang ditambah o, sementara kosakata Sino-Jepang ditambah go. Penambahan o dan go juga dilakukan untuk mempercantik bahasa (menjadikannya sebagai bikago).
kokoro (心) → okokoro (お心), migokoro (み心 atau 御心), perasaan
chichi (父) → gosompu (ご尊父), ayah
genkō (原稿) → gyokkō (玉稿), naskah
jitaku (自宅) → osumai (お住まい), rumah kediaman
Kata-kata khusus
Pada zaman dulu, penggunaan sonkeigo diatur secara ketat berdasarkan kelas-kelas dalam masyarakat. Hingga saat ini masih didapati kata-kata yang berdasarkan tradisi dan Hukum Rumah Tangga Kekaisaran hanya dipakai untuk anggota keluarga kekaisaran dan umumnya jarang didengar atau ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
tanjō (誕生, kelahiran) → gotanjō (ご誕生), sekarang umum dipakai untuk kelahiran anggota keluarga kekaisaran, dulu dipakai istilah kōtan (降誕).
Bahasa merendahkan diri (kenjōgo) terdiri dari dua jenis. Jenis pertama adalah kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri ketika sedang membicarakan keadaan atau tindakan yang dilakukan oleh penutur.[4] Dengan merendahkan diri, maka dengan sendirinya berarti meninggikan tindakan atau benda milik lawan bicara.
Jenis kedua kenjōgo atau disebut juga teichōgo (丁重語code: ja is deprecated , bahasa kesopanan) adalah kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan tindakan, benda, atau keadaan sendiri secara sopan.
mairimasu (参ります, datang) menggantikan ikimasu (行きます, pergi)
moshimasu (申します) menggantikan iimasu (言います)
itashimasu (致します) menggantikan suru (する).
Deklinasi verba
Penggantian kata:
iku (行く, pergi) atau kiku (聞く, bertanya) diganti dengan ukagau (伺う)
miru (見る, melihat) diganti dengan haiken suru (拝見する)
suru (する) diganti dengan itasu (致す)
iimasu (言います, berkata) diganti dengan moshiageru (申し上げる)
aimasu (会います, bertemu) diganti dengan ome ni kakaru (お目にかかる)
O (お) atau go (ご) ditambah suru (する):
matsu (待つ, menunggu) menjadi omachisuru (お待ちする)
kakeru (掛ける, duduk) → okake suru (お掛けする)
sōdan (相談, konsultasi) → gosōdan suru (ご相談する)
O (お) atau go (ご) ditambah itadaku (頂く) atau mōshiageru (申しあげる):
okurimono (贈り物) hadiah → tsumaranai mono (つまらない物) benda tidak berharga
tsuma (妻) istri → gusai 愚妻 (istri saya yang bodoh), pola serupa berlaku pula untuk anak laki-laki saya (愚息, gusoku), anak perempuan saya (愚女, gujo), kakak laki-laki saya (愚兄, gukei), adik laki-laki saya (愚弟, gutei), adik perempuan saya (愚妹, gumai)
otto (夫) suami → yadoroku (宿六) orang tidak berguna di rumah
chosaku (著作) karya → seccho (拙著) karya saya yang jelek
riron (理論) teori → setsuron (拙論) teori saya yang tidak beralasan
tōsha (当社) perusahaan kami → heisha (弊社) perusahaan kami yang kecil
Prefiks + nomina
Prefiks o (お), go (ご) ditambahkan pada nomina yang memiliki tujuan.
tegami (手紙) surat → otegami o sashiageru (お手紙を差し上げる) mengirimkan surat
jitai (辞退) menolak → go-jitai o mōshiageru (ご辞退を申し上げる), berniat untuk menolak
renraku (連絡) hubungan → go-renraku o sashiageru (ご連絡を差し上げる), [saya] akan menghubungi Anda
Sebuah kata dapat menjadi kenjōgo atau sonkeigo bergantung pada konteksnya, misalnya:
Prefiks o (お) sebagai kenjōgo
Sensei e no otegami: surat untuk guru [dari saya]
Okyakusama e no go-renraku: [saya] mengontak pembeli
Prefiks o (お) sebagai sonkeigo
Sensei kara no otegami: surat dari guru
Okyakusama kara no go-renraku: kontak dari pembeli.
Bahasa kesopanan
Bahasa kesopanan (teichōgo) dipakai ketika lawan bicara berkedudukan lebih tinggi dari penutur. Ciri khasnya adalah pada kalimat berakhiran dengan masu (ます). Oleh karena itu, sebagian besar dari teichōgo juga tergolong kenjōgo. Namun kalimat berakhiran dengan oru (おる) atau orimasu (おります) hanya dipakai pada teichōgo:
Ima, jitaku ni iru 今、自宅にいる。(Sekarang, [saya] berada di rumah.)
Digantikan dengan kalimat sopan: Ima, jitaku ni imasu 今、自宅にいます。 atau Ima, jitaku ni orimasu 今、自宅におります。
Shucchō de Osaka ni itta 出張で大阪に行った。 ([Saya] melakukan perjalanan dinas ke Osaka.)
Digantikan dengan kalimat sopan: Shucchō de Osaka ni ikimashita (出張で大阪に行きました。) atau Shucchō de Osaka ni mairimashita (出張で大阪に参りました。)
Yamada to iu 山田と言う。Nama saya Yamada.
Digantikan kalimat sopan: Yamada to iimasu (山田といいます。) atau Yamada to mōshimasu (山田と申します。).
Bahasa kesopansantunan
Bahasa kesopansantunan (teineigo) adalah kata-kata sopan yang diucapkan untuk menghormati lawan bicara setelah mempertimbangkan kedudukan lawan bicara yang lebih tinggi, ditandai dengan kalimat berakhiran desu (です), shimasu (します), atau degozaimasu (でございます).[4]
Bahasa penghalusan (bikago) adalah bahasa yang digunakan penutur untuk memberikan kesan keindahan pada lawan bicara. Pada umumnya bikago ditandai penambahan prefikso (お) atau go (ご) pada nomina atau perubahan kosakata.
Prefiks o (お) atau go (ご) + nomina
mise (店) menjadi omise (お店, toko)
cha (茶) → ocha (お茶, teh)
kashi (菓子) → okashi (お菓子, kue, penganan)
ryōri (お料理) → oryōri (お料理, masakan)
shokuji (食事) → oshokuji (お食事, hidangan, makanan)
nomimono (飲み物) → onomimono (お飲み物, minuman)
kane (金) → okane (お金, uang)
gehin (下品) → ogehin (お下品, vulgar)
Penggantian kata
meshi (めし, nasi), diucapkan oleh laki-laki → gohan (ごはん, nasi), diucapkan oleh perempuan
hara (腹, perut), diucapkan oleh laki-laki → onaka (おなか, perut), diucapkan oleh perempuan
benjo (便所, kakus) → otearai (お手洗い, toilet)
Kata-kata yang tergolong bikago dapat dibagi menjadi:
kata-kata yang umum dipakai
kata-kata yang digunakan oleh penutur laki-laki atau penutur perempuan
kata-kata yang jarang dipakai.
Kosakata bikago banyak yang berasal dari nyōbō kotoba.