Ugolino della GherardescaUgolino della Gherardesca (sekitar 1220 – Maret 1289), Pangeran Donoratico, merupakan seorang bangsawan Italia, politisi dan komandan angkatan laut. Ia sering dituduh berkhianat dan ia cukup terkenal di dalam puisi Dante, Divina Commedia. BiografiDi dalam abad ke-13, Italia telah dilanda oleh perselisihan kedua partai, Ghibelline dan Guelph. Sementara konflik itu lokal dan pribadi asalnya, masing-masing pihak telah berhubungan dengan dua kekuatan universal: Ghibelline berpihak pada Kaisar dan pemerintahannya di Italia, dan Guelph berpihak pada Paus, yang mendukung pemerintahan sendiri kota negara. Pisa dikendalikan oleh Ghibelline, ketika hampir dari kota-kota disekelilingnya dikendalikan oleh Guelph, terutama saingan perdagangan Pisa, Genoa dan Firenze. Dibawah kondisi-kondisi, Pisa diambil oleh "pemerintahan podestà yang kuat dan waspada" "yang bersenjata dengan kekuasaan yang hampir dspotik"[1] Ugolino dilahirkan di Pisa di dalam keluarga Gherardesca, sebuah keluarga ningrat asal Jermanik yang bersekutu dengan Hohenstaufen Kaisar-kaisar yang membawa kemakmuran ke dalam Toscana dan membuat mereka menjadi pemimpin Ghibelline di Pisa. Setelah Raja Enzio dari Sardinia, anak haram Kaisar Frederick II ditangkap pada tahun 1249, Ugolino ditunjuk sebagai Gubernur Sardinia pada tahun 1252 dan tinggal pada posisi tersebut sampai tahun 1259, ketika pulau itu dikuasai oleh Genoa. Setelah kondisinya di Sardinia, Ugolino menyerahkan gelar Pangeran Donoratico. Sebagai kepala keluarganya, partai Ghibelline dan podestà di Pisa, Ugolino bertindak untuk menjaga kekuasaannya dalam menghadapi kebencian politik tetangga-tetangga Pisa. Pada tahun 1271, melalui sebuah pernikahan saudarinya dengan Giovanni Visconti, Giudice Gallura, ia bersekutu dengan Visconti, para pemimpin Guelph di Pisa. Dalam melakukan hal tersebut, ia meningkatkan kecurigaan sesama Ghibelline. Gangguan yang berikutnya di kota tersebut pada tahun 1274 membuat baik Ugolino dan Giovanni ditahan, yang dituduh merencanakan merusak pemerintahan Pisa dan, dengan bantuan dari Toscana Guelph, membagi kekuasaan di antara mereka sendiri. Ugolino dipenjara dan Giovanni diusir dari Pisa. Giovanni Visconti meninggal tak lama kemudian, dan Ugolino, tidak lagi dianggap sebagai ancaman, dibebaskan dan diusir. Di dalam pengasingan, Ugolino segera memulai suatu intrik dengan kota-kota Guelph Fiorenze dan Lucca. Dengan bantuan Charles I dari Anjou, ia menyerang kota asalnya dan memaksanya berdamai dengan kondisi-kondisi yang memalukan, mengampuninya dan seluruh Guelph lainnya dibuang kepengasingan. Setelah ia kembali, Ugolino pada awalnya tetap jauh dari politik tapi diam-diam bekerja untuk menegaskan kembali pengaruhnya. Pada tahun 1284, perang pecah di antara Pisa dan Genoa dan baik Ugolino dan Andreotto Saracini ditunjuk sebagai kapten dua divisi armada Alberto Morosini, Podestà dari Pisa. Kedua armada tersebut bertemu pada bulan Agustus di medan Perang Meloria. Rakyat Genoa berperang dengan gagah berani dan menghancurkan tujuh kapal Pisa dan menangkap 28 kapal. Di antara 7000 tawanan adalah Podestà.[1] Ugolino dan divisinya memberi sinyal menyerah dan mundur, memutuskan perang dimenangkan oleh Genoa.[1] Pelarian diri ini kemudian diterjemahkan sebagai penghianatan namun tidak oleh para penulis sebelumnya lebih awal dari abad ke-16.[2] Ketika Fiorenze dan Lucca mengambil kesempatan dari kekalahan armada itu untuk menyerang attack Pisa, Ugolino ditunjuk sebagai podestà selama setahun dan berhasil menenangkan mereka dengan memberikan kastil-kastil tertentu. Ketika Genoa menawarkan untuk damai dengan kondisi-kondisi yang serupa, Ugolino berkeinginan kecil untuk menerimanya, untuk mengembalikan para tahanan Pisa, termasuk para pemimpin Ghibelline, yang akan mengecilkan kekuasaannya. Ugolino, sekarang ditunjuk sebagai capitano del popolo selama 10 tahun, sekarang menjadi tokoh yang pengaruhnya besar di Pisa namun dipaksa untuk membagi kekuasaannya dengan keponakannya Nino Visconti, putra Giovanni. Dwitunggal tersebut tidak berlangsung lama, karena Ugolino dan Nino segera berselisih. Pada tahun 1287, Nino, berjuang untuk menjadi Podestà, bernegosiasi dengan Ruggieri degli Ubaldini, Uskup Agung dari Pisa, dan Ghibelline. Ugolino bertindak dengan mengusir Nino dan beberapa keluarga Ghibelline keluar dari kota itu, menghancurkan istana-istana mereka dan menguasai balai kota, dimana ia sendiri diumumkan sebagai maharaja kota tersebut. Pada bulan April tahun itu, Ugolino sekali lagi menolak berdamai dengan Genoa, meskipun musuhnya ingin memuaskan dirinya sendiri dengan reparasi keuangan. Ugolino masih khawatir kembalinya para penduduk Pisa yang telah ditangkap, yang melihat Ugolino sebagai akibat atas penahanan mereka yang berkepanjangan dan bersumpah untuk membalas dendam mereka atas hal ini. Pada tahun 1288, Pisa dipukul oleh kenaikan harga yang dramatis, yang mengakibatkannya kekurangan pangan dan kerusuhan yang pahit di antara rakyat. Di dalam salah satu dari pemberontakan ini, Ugolino membunuh seorang keponakan Uskup Agung, membuat yang kemudian melawannya. Pada tanggal 1 Juli 1288, setelah meninggalkan sebuah rapat dewan yang mendiskusikan damai dengan Genoa, Ugolino dan para pengikutnya diserang oleh sekelompok Ghibelline yang bersenjata. Ugolino mundur ke dalam balai kota dan menangkis semua serangan tersebut. Uskup Agung, menuduh Ugolino telah memberontak, membangkitkan amarah para penduduk. Ketika balai kota dibakar, Ugolino menyerah. Ketika anak haramnya terbunuh, Ugolino sendiri - bersama dengan anak-anaknya Gaddo dan Uguccione dan cucu-cucunya Nino (julukannya "sang Perampok") dan Anselmuccio ditahan di dalam Muda, sebuah menara milik keluarga Gualandi. Pada bulan Maret 1289, atas perintah Uskup Agung, yang mengumumkan dirinya sendiri sebagai podestà, kunci-kunci dari menara tersebut dibuang ke sungai Arno dan para tahanan dibiarkan mati kelaparan. Jasad mereka dimakamkan di dalam biara Gereja Santo Francis dan tinggal disana sampai dengan tahun 1902, ketika mereka digali dan dipindahkan ke dalam kapel keluarga Gherardesca. Sastra AkhiratSejarah selengkapnya dari episode itu masih terlibat di dalam ketidakjelasan, dan meskipun disebutkan oleh Villani dan penulis-penulis lainnya, yang berhutang ketenaran pada puisi Dante di Divina Commedia. Karya Dante diutarakan oleh Chaucer di dalam Dongeng Biarawan dari Dongeng Canterbury, juga oleh Percy Bysshe Shelley. Seorang pujangga asal Irlandia Seamus Heaney juga mencatat kembali legenda di dalam puisinya "Ugolino" yang ditemukan di dalam bukunya pada tahun 1979, Lapangan Kerja. Ugolino di dalam BorgesMasalah Ugolino dan Ruggiero berada di belakang kisah singkat "Tunggu" (La espera) oleh Jorge Luis Borges di dalam koleksi yang bernama Aleph (El Aleph) (1949). Ugolino dan keturunannyaMenurut Dante, para tahanan perlahan-lahan mati kelaparan dan sebelum menjelang ajal anak-anak Ugolino memintanya untuk memakan tubuh mereka. Pernyataan Ugolino bahwa kelaparan terbukti lebih kuat dari kesedihan, telah ditafsirkan dengan dua cara, baik Ugolino melahap mayat anak-anaknya setelah gila kelaparan, atau bahwa kelaparan yang membunuhnya setelah ia gagal untuk mati dari kesedihan. Yang pertama dan lebih mengerikan dari interpretasi ini telah terbukti lebih populer dan resonansi. Untuk alasan ini Ugolino dikenal sebagai "Pangeran Kanibal" dan kerap digambarkan menggerogoti jarinya sendiri ("memakan darah dagingnya sendiri") dengan cemas, seperti di dalam patung Pintu Neraka oleh Auguste Rodin, di dalam Ugolino dan anak-anaknya oleh Jean-Baptiste Carpeaux dan di dalam karya seni lainnya, meskipun ini juga mungkin hanya merujuk kepada pernyataan Ugolino sendiri dalam puisi bahwa ia menggigiti jari-jarinya dalam kesedihan. Analisis ilmiah dari kerangkaPada tahun 2002, ahli paleoanthropologi Francesco Mallegni melakukan tes DNA pada jasad Ugolino dan anak-anaknya yang baru-baru saja digali. Analisisnya menunjukkan bahwa kerangka-kerangka tersebut adalah ayah, putra-putranya dan cucu-cucunya. Sebagai tambahannya, dibandingkan dengan DNA dari zaman modern anggota-anggota keluarga Gherardesca meninggalkan Mallegni sekitar 98 percen dipastikan bahwa ia telah menidentifikasikan jasad-jasad tersebut dengan baik. Akan tetapi, analisis Forensik mendiskreditkan tuduhan kanibalisme. Analisis tulang rusuk kerangka Ugolino membuktikan bekas-bekas magnesium, namun bukan seng, menyiratkan bahwa ia tidak memakan daging selama beberapa bulan sebelum kematiannya. Ugolino juga memiliki beberapa gigi dan dipercaya berusia sekitar 70 tahun ketika ia dipenjara, membuatnya menjadi tidak mungkin untuknya hidup lebih lama dan memakan anak-anaknya di dalam tahanan. Selain itu, di dalam catatan Mallegni tertulis bahwa tengkorak Ugolino diduga rusak; mungkin ia bukan mati kelaparan, walaupun ia jelas kekurangan gizi.[3][4] Pada tahun 2008, Paola Benigni, pengawas Archival Heritage di Toscana, meragukan penemuan-penemuan Mallegni di dalam sebuah artikel, menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang menugaskan pemakaman Ugolino dan anak-anaknya adalah pemalsuan era Fasis.[5] Catatan
Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Chisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press. Kesusastraan
Pranala luar
|