Ular cabai
Ular cabai atau ular cabe (Calliophis intestinalis) adalah spesies ular berbisa kecil yang (endemik) di Asia Tenggara. Sebutan "ular cabai" mengacu pada bagian bawah ekornya yang berwarna cerak kemerahan menyerupai cabai. Sedangkan sebutan ular ini dalam bahasa Inggris di antaranya: Banded malayan coralsnake,[5] Banded coralsnake,[6][7] dan Malayan striped coralsnake.[8] DeskripsiPanjang tubuh ular cabai mencapai 60 cm. Kepalanya berukuran kecil dan hampir sama lebar dengan lehernya.[9] Tubuh bagian atas berwarna kehitaman dengan satu garis berwarna keputihan, kekuningan, atau jingga, yang membentang di sepanjang jalur vertebranya. Garis ini bercabang dua membentuk seperti huruf "Y" di bagian atas kepalanya. Pada kedua sisi badan bagian bawah terdapat garis berwarna keputihan yang membentang hingga ekor. Bagian bawah tubuhnya berwarna belang hitam-putih, dengan bagian bawah ekor berwarna merah cerah.[9][10] Sisik-sisik pada dorsal (punggung) tersusun sebanyak 13 deret di bagian tengah tubuh. Sisik-sisik ventral (bagian bawah tubuh) berjumlah 197-273 buah, sedangkan sisik-sisik subkaudal berkisar antara 15-33 buah. Perisai (sisik) labial atas berjumlah 6 buah, beberapa di antaranya terletak di tepian mata, dan salah satunya bersentuhan dengan sisik perisai nasal posterior.[5] Perisai anal tunggal dan tidak berbelah.[7] Penyebaran dan ekologiUlar cabai tersebar di Thailand, Malaysia (Sem. Malaya dan Serawak-Sabah), Singapura, dan Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan).[11] Ular cabai tinggal di hutan yang lembap, tetapi juga sering terlihat di sawah, perkebunan desa dan pekarangan.[7][10] Ular pemalu ini aktif pada malam hari dan mampu berkelana di atas tanah maupun di dalam tanah (semi-fossorial). Ular ini sering ditemukan di bawah kayu, tumpukan bebatuan, dan juga serasah.[9] Makanan utamanya adalah ular-ular kecil penggali liang (fosorial), di antaranya jenis-jenis Calamaria dan Liopeltis.[7][9] Pada siang hari, ular cabai tidak agresif dan tidak menghindar walaupun diganggu.[5][7] Jika terganggu, ular ini akan memipihkan tubuhnya dan mengangkat ekornya, sehingga terlihat bagian bawah ekornya yang berwarna merah.[7][9] Kadang-kadang ular ini juga menggulingkan badannya atau memperlihatkan perutnya yang berwarna belang hitam-putih.[5][7][9] Ular cabai berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 3-5 butir. Telur-telur tersebut akan menetas setelah diinkubasi selama 80 sampai 85 hari.[9] Galeri
Racun bisaSeperti halnya jenis-jenis Elapidae lainnya, ular cabai termasuk berbisa kuat. Bisa ular ini bersifat neurotoksin atau mampu melumpukhkan saraf.[9] Jika tergigit, gejala-gejala yang muncul di antaranya pusing, mual-mual, kesulitan bernafas,[12] terasa sakit di sekitar luka gigitan, pembengkakan, dan bahkan kematian jaringan (nekrosis).[6] Pernah dilaporkan ada orang meninggal akibat gigitan ular ini, walaupun belum ada bukti yang jelas.[8] Referensi
Bacaan lanjut
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Calliophis intestinalis. |