Unjuk rasa Kolombia 2019
Unjuk rasa Kolombia 2019, atau yang dikenal dengan Gerakan 21N (21 November) adalah serangkaian aksi protes yang telah terjadi sejak 21 November 2019.[2] Ratusan ribu orang Kolombia berdemonstrasi untuk mendukung proses perdamaian Kolombia dan menentang pemerintah Iván Duque Márquez.[1][2][4] Latar belakangPada tanggal 5 November 2019, mosi kecaman diajukan oleh Kongres Kolombia terhadap Menteri Pertahanan, Guillermo Botero, karena kasus pengeboman di desa San Vicente del Caguán oleh Angkatan Darat pada bulan Agustus terhadap dugaan anggota kelompok pembangkang FARC yang bertanggung jawab atas nama Gildardo Cucho di mana di samping dia yang diduga sebagai biang keladi, delapan orang diduga dijadikan sebagai anggota kelompok pemberontak tanpa memberitahukan status mereka sebagai anak di bawah umur. Di samping itu mereka juga dilaporkan melakukan rekrutmen paksa di daerah tersebut.[5] Demikian juga, krisis semakin meningkat karena terjadinya genosida kelompok-kelompok kriminal di daerah tersebut terhadap masyarakat adat Cauca, dimana 55 anggotanya dibunuh pada 2019, dan 2 pembantaian dalam waktu kurang dari 3 hari pada akhir Oktober tanpa adanya tindakan yang diambil negara untuk menghentikan pembantaian ini. [6] Oleh karena itu, komunitas dan organisasi Cauca berkumpul untuk mengumumkan dukungan mereka untuk mogok nasional di Kolombia tanggal 21 November yang diselenggarakan oleh serikat buruh, mahasiswa dan masyarakat sipil.[7] Mogok nasional di Kolombia terjadi sebagai adanya reaksi berantai atas aksi protes di Ekuador pada Oktober 2019 di ibu kota negara itu dan menandai dimulainya gelombang unjuk rasa yang melanda beberapa negara di Amerika Latin. KesenjanganKesenjangan di Kolombia mengacu pada kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada di negara itu. Menurut data dari Bank Dunia, pada tahun 2017 Kolombia adalah negara paling tidak setara kedua di Amerika Latin dan ketujuh di dunia, dari total 194 negara yang ada di dunia. Meskipun pertumbuhan produk domestik bruto mencapai kisaran antara 6% antara 2006-2014, indeks ketimpangan mengalami penurunan saat periode booming minyak.[8] KorupsiKorupsi secara umum dikemukakan oleh banyak analis sebagai salah satu masalah politik utama pada suatu negara. Menurut data Indeks Persepsi Korupsi 2016 yang dikeluarkan oleh Transparency International, yang memiliki skor 0 (Sangat Korup) hingga 100 (Sangat Transparan) dari tingkat korupsi yang dirasakan oleh sektor publik pada 175 negara dan wilayah yang dievaluasi - Kolombia memperoleh skor 37 poin, jauh di bawah rata-rata global 43 poin, menjadikan Kolombia salah satu negara paling korup di dunia. Kolombia berada di peringkat ke-98 di seluruh dunia, sementara Selandia Baru dan Denmark berada di peringkat 1 sebagai negara paling bersih dari korupsi di dunia.[9] Diperkirakan korupsi di Kolombia merugikan negara senilai lebih dari 50 miliar peso atau sekitar 17 miliar dolar AS per tahun, mewakili 5% dari PDB dan 21% dari APBN negara tersebut.[10][11] Rumor penghematan anggaranRumor tentang kemungkinan adanya penghematan anggaran, yang dibantah oleh Presiden Duque, membuat marah kelompok sayap kiri, pelajar dan kelompok masyarakat adat.[1][12] Gagasan tentang langkah-langkah tersebut berawal dari pengenalan RUU oleh Álvaro Uribe, sekutu Presiden Duque.[1] Duque juga dituduh tidak serius dalam proses perdamaian Kolombia dengan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) karena kekerasan yang terjadi di daerah pedesaan Kolombia mengakibatkan kematian para pemimpin adat.[1] Sebagai cara untuk berdemonstrasi, serikat buruh mengorganisir pemogokan nasional selama dua belas jam yang akan diadakan pada tanggal 21 November 2019, dengan kelompok-kelompok lain yang mengikuti hal serupa.[1] Kronologi21 NovemberPada 21 November, 200.000 hingga lebih dari 1 juta warga Kolombia melakukan protes di seluruh negeri, dan pemerintah merespons dengan mengerahkan 170.000 aparat keamanan.[12] Pemerintah Kolombia juga menutup perbatasan darat dan laut dengan negara-negara tetangga. Wali kota Cali memberlakukan jam malam dari pukul 19.00 waktu setempat hingga pukul 06.00 pagi keesokan harinya sebagai akibat dari kekerasan.[4] BBC melaporkan bahwa pada hari pertama demonstrasi, tiga orang tewas.[13] Akibat dari demonstrasi serupa di seluruh Amerika Latin, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Chili dan Ekuador, spanduk bertuliskan "Amerika Selatan bergerak" dipajang dan meneriakkan slogan-slogan anti-kekerasan.[1] Akan tetapi, aksi demonstrasi berubah ricuh, dimana bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa terjadi di kemudian hari, dan beberapa kelompok berusaha untuk menyerbu Capitolio Nacional, tempat pertemuan para anggota Kongres Kolombia.[12] Selama protes pada 21 November, 68 dari 138 stasiun TransMilenio dirusak massa, 48 persen dari seluruh sistem infrastruktur yang ada.[14] 22 NovemberPada hari berikutnya tanggal 22 November, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Plaza Bolívar di kota Bogotá, di mana mereka kemudian dibubarkan dengan gas air mata.[15] Akibatnya, pemerintah Kolombia memberlakukan jam malam di Bogotá.[16] Transportasi di ibu kota sebagian besar ditutup, dan blokade jalan dibangun di beberapa daerah.[15] Beberapa aksi protes berjalan damai, akan tetapi beberapa kasus penjarahan dan pencurian bus umum terjadi di ibu kota, tempat jam malam diberlakukan pada malam hari.[15] Beberapa pengunjuk rasa mengabaikan jam malam, dan demonstran yang lain berdemonstrasi di luar rumah Duque sepanjang malam. Fox News melaporkan bahwa ini adalah jam malam pertama kota ini sejak perang geng narkoba tahun 1977.[17] Di kota Santander de Quilichao, tiga polisi tewas sementara 10 lainnya terluka akibat serangan ke sebuah kantor polisi.[15][18] 23 NovemberMenjelang pagi hari tanggal 23 November, Duque mengatakan bahwa dia tidak akan menarik pasukan yang berpatroli di jalan raya, dan tujuan tindakannya adalah demi menjaga ketertiban.[19] Setelah jam malam diberlakukan kemarin, pengunjuk rasa kembali turun ke jalan, dimana ratusan demonstran di Taman Nasional ibu kota dibubarkan dengan gas air mata, serta para pengunjuk rasa berorasi di Plaza Bolivar dan gedung Capitol.[19] Ketika penjarahan terjadi melalui aksi protes dan kerusuhan, pemerintah menyebut tindakan itu sebagai "kampanye teror yang diatur".[20][21] Satu pengunjuk rasa tewas terkena tembakan gas air mata, mendorong pengunjuk rasa lainnya untuk menahan diri.[22] 24 NovemberPada tanggal 24 November, ratusan warga Kolombia menggelar aksi untuk mengenang seorang siswa berusia 18 tahun bernama Dilan Cruz yang terkena gas air mata pada demo tanggal 23 November siang hari.[23] Demi meredam amarah demonstran, Presiden Duque membuka peluang untuk dialog Nasional dengan mengumpulkan para gubernur dan wali kota di seluruh penjuru Kolombia.[24] 25 NovemberDua hari setelah dirawat di rumah sakit, Dilan Cruz dinyatakan meninggal dunia. Hal ini menyebabkan kemarahan massa yang menentang tindakan represif dari polisi dan lini massa Twitter juga menunjukkan simpatinya dengan menciutkan lebih dari 350.000 pembicaraan di Twitter.[25][26] Presiden Iván Duque mengatakan dia sangat menyesalkan kematian mahasiswa itu.[26] Berbagai politisi termasuk wali kota terpilih Bogotá Claudia López, dan wali kota saat ini Enrique Peñalosa menyampaikan belasungkawa mereka kepada keluarga Dilan Cruz.[26] Sementara itu aksi demonstrasi telah memasuki hari kelima. 26 NovemberPada tanggal 26 November, aksi unjuk rasa memasuki hari keenam. Ketika itu, Presiden Duque bertemu dengan pimpinan Lembaga Mogok Nasional Kolombia, namun gagal mencapai kesepakatan.[27][28] Sebagai akibatnya, mereka akan aksi mogok nasional pada 27 November dengan 2 tuntutan baru, yaitu batalkan rencana reformasi pajaknya yang kontroversial dan bubarkan satuan unit polisi anti huru hara ESMAD.[27] ReaksiMendukungBerbagai kalangan pekerja, pelajar, anggota komunitas LGBT, pemain sepak bola,[29] dan lain-lain menyampaikan dukungan mereka terhadap aksi tersebut.[30] Beberapa orang seperti penyanyi Carlos Vives, Miss Colombia 2019 María Fernanda Aristizábal, politisi Gustavo Petro serta Anggota dan aktor ChocQuibTown Goyo Julian Román juga bergabung dalam aksi ini.[31] MenentangDalam sebuah video di YouTube, kelompok Medellin mengumumkan bahwa mereka akan melindungi titik-titik di negara itu jika terjadi kerusuhan oleh pengunjuk rasa. Pemimpinnya Jaime Restrepo alias "The Patriot", dianggap oleh garis sayap kanan radikal terkait dengan uribisme.[32] Di Bogotá, kelompok sipil Pembela Bogotá juga disebutkan siap untuk melawan jika terjadi kerusuhan oleh para pemogok.[33] Referensi
Pranala luar |