Unjuk rasa Paraguay 2017
Pada tanggal 31 Maret 2017, serangkaian unjuk rasa dimulai di Paraguay, membakar gedung Kongres Paraguay. Unjuk rasa tersebut merupakan tanggapan atas amendemen konstitusional Paraguay yang mengizinkan Presiden Paraguay Horacio Cartes untuk mengikuti pemilihan lagi,[4] sebuah langkah yang oleh pihak oposisi dijelaskan sebagai "kudeta".[5] Seorang pengunjuk rasa terbunuh setelah tertembak peluru karet, dan beberapa pengunjuk rasa, politisi, serta para pewarta, dan polisi, dilaporkan dalam keadaan luka-luka, termasuk seorang wakil majelis rendah yang harus menjalani operasi akibat luka setelah terkena peluru karet.[6] Latar belakangUndang-undang 1992 membatasi Presiden Paraguay hanya boleh menjabat selama satu periode (lima tahun). Proposal amendemen yang diajukan akan mengizinkan presiden terpilih sebelumnya mengikuti pemilihan kembali. Sebuah penghitungan suara ditolak pada bulan Agustus 2016. Pemungutan suara tertutup Senat Paraguay untuk amendemen dijadwalkan pada 31 Maret 2017. Acara tersebut juga bertepatan dengan sebuah pertemuan Inter-American Development Bank di Asunción, yang diikuti oleh ratusan pengusaha luar negeri dan pejabat pemerintah di ibukota Paraguay. Hitungan yang dilakukan oleh senator yang berkuasa, Partai Colorado yang membutuhkan 23 dukungan untuk mencapai 45 suara, kehilangan 25 suara. Presiden Senat Roberto Acevedo dari pihak oposisi, Authentic Radical Liberal Party mengajukan banding ke Mahkamah Agung, beralasan bahwa pemungutan suara itu melanggar aturan Senat. Oleh karena amendemen yang diratifikasi, ini memerlukan persetujuan dari majelis rendah, sebuah kemungkinan hasil di mana Partai Colorado mengontrol 44 dari 80 kursi. Ini kemudian akan berujung pada referendum nasional.[7] Unjuk rasaSetelah pemungutan suara Senate, pengunjuk rasa menerobos ke dalam Asunción memprotes undang-undang. Desirée Masi, pemimpin oposisi dari Progressive Democratic Party menyatakan, "Sebuah kudeta telah dilakukan. Kami akan menolak dan kami mengundang rakyat untuk menolak bersama kami." Selama unjuk rasa, kaca-kaca dipecah, dan ruang Kongress dibakar oleh pengunjuk rasa. Pagar di sekitar kompleks itu juga dirusak. Polisi menyemprotkan water cannon, gas air mata, dan melesatkan peluru karet untuk menghalau para demonstran. Seorang pengunjuk rasa, Rodrigo Quintana, terbunuh oleh peluru karet ketika para aktivis mengobrak-abrik kantor partai oposisi utama, Authentic Radical Liberal Party. Presiden Cartes mengeluarkan sebuah pernyataan sebagai tanggapan atas protes itu melalui Twitter: “Demokrasi tidak tunduk atau membela kekerasan dan kalian dapat yakin pemerintah akan terus mengupayakan yang terbaik dalam rangka menjaga republik ini. Kami tidak akan membiarkan tindakan barbar yang menghancurkan perdamaian, ketenangan, dan kesejahteraan umum rakyat Paraguayan.” Pemungutan suara majelis rendah untuk amendemen undang-undang dijadwalkan pada 1 April setelah keterlambatan akibat terjadinya kekerasan. Pada 1 April Presiden Cartes memberhentikan Menteri Dalam Negeri Tadeo Rojas dan Kepala Polisi Crispulo Sotelo, menyusul kematian Quintana.[8][9][10] Referensi
|