Uram Jaya, Lebong
Uram Jaya, dikenal dalam bahasa Rejang sebagai U'êm, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebong, Bengkulu, Indonesia.[3] Kecamatan ini dibentuk pada 2007 sebagai pemekaran dari Kecamatan Lebong Utara.[2] Sejarah dan pembentukanKecamatan ini awalnya merupakan bagian dari Lebong Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lebong Nomor 7 Tahun 2007, Uram Jaya resmi dimekarkan sebagai kecamatan baru, terpisah dari Lebong Utara.[2] Kondisi wilayahGeografiKecamatan ini merupakan salah satu kecamatan terkecil di Lebong, dengan luas 42,95 km2.[2] Uram Jaya umumnya terdiri dari hamparan[4] dan merupakan bagian dari Luak Lebong. Uram Jaya terletak pada bagian tengah daerah aliran sungai (DAS) Ketahun, dengan Air Uram atau secara lokal dikenal sebagai Bioa U'êm yang merupakan anak Sungai Ketahun sebagai sungai utamanya.[5][6] Topografi kecamatan ini cenderung datar dan rata, kecuali bagian timurnya bergunung-gunung, yang merupakan bagian dari Rangkaian Bukit Barisan dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat.[3][7] Uram Jaya merupakan salah satu daerah di Kabupaten Lebong yang paling rawan terhadap banjir. Peristiwa banjir berskala besar yang terakhir menimpa kecamatan ini terjadi pada awal Januari 2022. Banjir pada Januari 2022 menggenangi ratusan rumah serta berhektare-hektare persawahan penduduk.[6] Banjir juga tercatat menggenangi sebagian wilayah Uram Jaya pada 2016,[8] 2018,[9] dan 2019.[10] Menurut penuturan warga, Air Uram yang merupakan sungai utama di daerah mereka dulu jarang sekali meluap. Namun, dikarenakan aktivitas penebangan dan penambangan pasar di daerah hulu yang mengakibatkan kerusakan hutan, daerah mereka kemudian menjadi wilayah langganan banjir.[9] Selain kerusakan hutan, meningkatnya prevalensi banjir di Uram Jaya disebabkan oleh La Niña.[11] Batas-batasKecamatan ini memiliki batas-batas administratif sebagai berikut.[12]
AdministrasiKecamatan yang dibentuk pada tahun 2007 ini terdiri dari tujuh desa definitif.[13] Sejak pembentukan kecamatan 15 tahun yang lalu, batas antardesa di Uram Jaya tidak diketahui secara pasti dikarenakan belum adanya pemeriksaan faktual di lapangan, baik oleh pihak kecamatan maupun Badan Pertanahan Nasional.[2] Tujuh desa di Uram Jaya meliputi Embong, Embong I, Kota Agung, Kota Baru, Lemeu, Pangkalan, dan Tangua. Setiap desa kecuali Embong dan Pangkalan yang membawahi dua dusun, terbagi ke dalam tiga dusun.[14] Kantor pemerintahan kecamatan terletak di Desa Tangua.[15] Secara umum, dari kantor camat, semua desa di kecamatan ini berada dalam radius kurang dari 5 km. Embong yang berjarak 3 km dari kantor camat adalah desa terjauh.[16] Jabatan camat Uram Jaya saat ini dipegang oleh Umir Kasimah. Umir Kasimah resmi mengemban amanah sebagai camat setelah melalui serah terima jabatan pada Oktober 2021, menggantikan Iwan Jang Jaya.[1] Dalam tugasnya, camat Uram Jaya dibantu oleh 30 pegawai, yang terdiri dari 13 pegawai struktural (PNS/ASN) dan 17 pegawai kontrak (honorer).[17] Ada pun pegawai yang bekerja pada tingkat desa di kecamatan ini dapat dilihat dalam tabel berikut.[18]
DemografiHasil Sensus 2020 menunjukkan bahwa Uram Jaya memiliki penduduk sebanyak 5.438 jiwa, setara dengan 5,12% seluruh penduduk Lebong. Jumlah ini merupakan yang terkecil sekabupaten.[19] Penduduknya terdiri dari 2.773 jiwa penduduk laki-laki dan 2.665 jiwa penduduk perempuan, yang masing-masing merepresentasikan 57% dan 43% seluruh penduduk. Angka rasio jenis kelamin kecamatan ini adalah 102, yang artinya per 100 penduduk perempuan, terdapat 102 penduduk laki-laki.[19] Kondisi sosialSuku bangsaPenduduk asli Uram Jaya berasal dari suku bangsa Rejang, khususnya dari pecahan Petulai Tubei, Marga Suku IX.[7][20] Mereka mempercayai bahwa Demong Salim adalah sosok leluhur yang menurunkan mereka. Demong Salim sendiri adalah salah satu keturunan laki-laki dari sosok legenda Rejang yang terkenal, Ki Karang Nio.[20] AgamaIslam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Uram Jaya.[20] Khususnya masyarakat asli, Islam dipandang sebagai agama rakyat sekaligus identitas. Ajaran Islam yang dipeluk oleh masyarakat umumnya telah bercampur dengan adat serta kepercayaan setempat.[20] BahasaBahasa asli yang dituturkan masyarakat adalah bahasa Rejang dialek Lebong.[20] Selain itu, masyarakat juga bertutur dengan pendatang menggunakan bahasa Melayu yang merupakan lingua franca kawasan Bengkulu. Penggunaan bahasa Melayu kian dominan dan menggerus penggunaan bahasa Rejang, khususnya di kalangan generasi muda. Dikhawatirkan bahwa bahasa Rejang di daerah ini akan punah di masa yang akan datang. Ada pun bahasa Indonesia, umumnya dipakai dalam situasi formal, terutama yang berkaitan dengan administrasi dan pemerintahan, serta proses belajar mengajar di sekolah. EkonomiPertanian merupakan tulang punggung perekonomian penduduk Uram Jaya, dengan komoditas utama berupa padi lahan basah. Sejak lama persawahan di Uram Jaya serta daerah-daerah lain se-Kabupaten Lebong hanya dapat melakukan panen sekali saja dalam setahun. Keadaan tersebut berkebalikan dengan daerah-daerah lain di Provinsi Bengkulu, yang dalam setahun bisa panen dua hingga tiga kali. Sebagian orang mempercayai mitos bahwa Lebong memang ditakdirkan hanya menanam dan memanen padi sekali saja dalam setahun. Namun, sebagian yang lain memilih percaya pada sains dan penyuluh pertanian yang menitikberatkan kegagalan panen dua kali pada banyaknya hama, terutama tikus.[21] Mitos bahwa Lebong tidak dapat panen dua kali untuk pertama kalinya terbantahkan pada Oktober 2021.[21] Saat itu masyarakat Desa Kota Baru, Uram Jaya, diikuti sebagian jajaran pemerintah Kabupaten Lebong melakukan panen raya musim tanam kedua (MT2). MT2 di Uram Jaya sendiri telah dimulai sejak 21 Juni 2021. Keberhasilan panen di Kota Baru tersebut membuat Kabupaten Lebong optimis dengan misinya untuk menjadi salah satu lumbung padi di Provinsi Bengkulu. Selain bertani padi lahan basah, penduduk Uram Jaya juga mengusahakan perikanan air tawar di sawah, berkebun kopi serta karet. [22] Khususnya perkebunan kopi, dapat dijumpai di seluruh desa. Sektor selain pertanian yang cukup menjanjikan adalah pertambangan, dengan bahan galian utama berupa pasir sungai, yang ditemukan di seluruh desa di kecamatan ini.[23] Referensi
Daftar pustakaBuku
|