Share to:

 

Wangsa Ezzonen

Ezzonids (lebih dikenal sebagai Ezzonen) merupakan sebuah dinasti Lotharingia yang sudah ada sejak abad ke-9. Mereka mencapai puncak kejayaan hanya pada abad ke-11 melalui pernikahan dengan Dinasti Ottonian Kaisar Romawi Suci. Dinamakan sama seperti Ezzo, Pangeran Palatine dari Lotharingia dari tahun 1015 s/d tahun 1034, mereka mendominasi politik di Rhine tengah dan bawah dan biasanya mewakili kepentingan kerajaan. Dibawah Kaisar Salian, mereka bahkan dengan singkat memegang wilayah keadipatian Swabia, Carinthia, dan Bayern.

Ezzonids muncul pertama kali dengan Erenfried I (866–904), pangeran Bliesgau, Keldachgau, Bonngau, dan mungkin juga Charmois. Ia mungkin memiliki leluhur Karoling, meskipun beberapa sejarawan memilih untuk menghubungkannya dengan mantan raja-raja Thuringia. Pendakian politik dinasti Ezzonid menjadi historis terlihat dengan jumlah kabupaten mereka yang diperoleh pada paruh kedua abad kesepuluh. Mereka memerintah sebagian besar di kabupaten Rhenish dan akhirnya diberi status palatine atas sejumlah kabupaten lainnya. Terlepas dari prestasi militer mereka dalam pelayanan kepada kaisar Jerman, Ezzonids tidak berhasil dalam membangun entitas teritorial di Lotharingia.

Pangeran-pangeran Palatine dari Lotharingia

Biara Brauweiler didirikan oleh Ezzo, Pangeran Palatine dari Lotharingia.
  • Hermann I, Pangeran Palatine dari Lotharingia.
  • Ezzo, Pangeran Palatine dari Lotharingia (1015-1034). Menurut riwayat Brauweiler, ia tidak berhasil di dalam monarki setelah kematian kaisar Otto III (983–1002) di dalam persaingan dengan adipati Heinrich II dari Bayern (1002–1024). Perang suksesi antaraEzzo dan Heinrich II berlanjut selama lebih dari 10 tahun. Kedua belah pihak mencapai kesepakatan setelah sebuah perang di Odernheim (1011). Kaiserswerth, Duisburg dan sekeliling wilayah kerajaan dijamin sebagai sebuah feodal kepada Ezzo untuk menyangkal tahta (setelah tahun 1016). Ketika mahkota Jerman diserahkan dari Ottonian ke Salian (1024), Ezzonen tinggal netral, tampaknya setelah sebuah perjanjian antara Ezzo dan Konrad II (1024–1039).
  • Otto I, Pangeran Palatine dari Lotharingia (1035–1045) dan Adipati Swabia (1045-1047). Setelah kampanye sukses melawan pemberontakan pangeran Flandria (markgraf dari Valenciennes dan Ename) Otto menerima wilayah adipati Swabia pada tahun 1045, namun sebagai gantinya untuk kota-kota Kaiserswerth dan Duisburg, yang kembali ke tahta. Pada saat yang sama, palatinate dari Lotharingia diserahkan kepada keponakannya.
  • Heinrich I, Pangeran Palatine dari Lotharingia (1045–1060, †1061), putra Pangeran Hezzelin I (1020-1033), yang merupakan saudara Ezzo.
  • Hermann II, Pangeran Palatine dari Lotharingia (1064-1085), Pangeran Ruhrgau, Zulpichgau dan Brabant. Kekuasaan wilayahnya dengan penting dikurangi oleh pengawalnya, Anno II, Uskup Agung Cologne. Hermann diasumsikan sebagai Ezzonian terakhir. Setelah kematiannya (Dalhem, 20 September, 1085) Palatinate Lotharingia ditangguhkan. Jandanya menikah lagi dengan pangeran palatine Rhine pertama, Henry dari Laach.

Keturunan Ezzonian akan selamat di Limburg Stirum, yang dipercaya adalah keturunan dari Adolf I dari Lotharingia, putra bungsu Hermann I.

Ilustrasi Ezzonids lainnya

Richeza dari Lotharingia

Kesusastraan

  • Reuter, Timothy. 'Germany in the Early Middle Ages 800–1056', New York: Longman, 1991.
  • Buhlmann, Michael, 'Quellen zur mittelalterlichen Geschichte Ratingens und seiner Stadtteile: I. Eine Werdener Urbaraufzeichnung (9. Jahrhundert, 1. Hälfte). II. Eine Königsurkunde Ludwigs des Kindes (3. August 904)', Die Quecke 69 (1999) S. 90-94.
  • Droege, G., 'Pfalzgrafschaft, Grafschaften und allodiale Herrschaften zwischen Maas und Rhein in salisch-staufischer Zeit’, Rheinische Vierteljahrsblätter 26 (1961) S.1-21.
  • Gerstner, Ruth, 'Die Geschichte der lothringischen Pfalzgrafschaft (von den Anfängen bis zur Ausbildung des Kurterritoriums Pfalz)', Rheinisches Archiv 40 (Bonn 1941)
  • Kimpen, E., ‘Ezzonen und Hezeliniden in der rheinischen Pfalzgrafschaft’, Mitteilungen des Österreichischen Instituts für Geschichtsforschung. XII. Erg.-Band. (Innsbruck 1933) S.1-91.
  • Lewald, Ursula, 'Die Ezzonen. Das Schicksal eines rheinischen Fürstengeschlechts', Rheinische Vierteljahrsblätter 43 (1979) S.120-168
  • Lorenz, Sönke, 'Kaiserwerth im Mittelalter. Genese, Struktur und Organisation königlicher Herrschaft am Niederrhein', Studia humaniora 23 (Düsseldorf 1993)
  • Renn, H., 'Die Luxemburger in der lothringischen Pfalzgrafschaft’, Rheinische Vierteljahrsblätter 11 (1941) S.102-118
  • Steinbach, F., ‘Die Ezzonen. Ein Versuch territorialpolitischen Zusammenschlusses der fränkischen Rheinlande’, Collectanea Franz Steinbach. Aufsätze und Abhandlungen zur Verfassungs-, Sozial- und Wirtschaftsgeschichte, geschichtlichen Landeskunde und Kulturraumforschung, ed. F. Petri en G. Droege (Bonn 1967) S.64-81.
  • Tolnerus, C.L., Historia palatina seu prim. et antiquiss. Comitum Palatinarum ad Rhenum res gestae (etc.) (Frankfurt am Main 1700); und Additiones (Frankfurt am Main 1709).
  • Van Droogenbroeck, F.J., ‘Paltsgraaf Herman II (†1085) en de stichting van de abdij van Affligem (28 juni 1062) ’, Jaarboek voor Middeleeuwse Geschiedenis 2 (Hilversum 1999) S.38-95.
  • Van Droogenbroeck, F.J., ‘De betekenis van paltsgraaf Herman II (1064-1085) voor het graafschap Brabant’, Eigen Schoon en De Brabander 87 (Brüssel 2004) S.1-166.
  • Wisplinghoff, E., 'Zur Reihenfolge der lothringischen Pfalzgrafen am Ende des 11. Jahrhunderts’, Rheinische Vierteljahrsblätter 28 (1963) S.290-293.
Kembali kehalaman sebelumnya