Za dom spremniZa dom spremni! ("Untuk rumah (tanah air) - bersiap!") adalah ucapan hormat yang digunakan selama Perang Dunia II oleh gerakan Ustaše di Negara Merdeka Kroasia. Ucapan ini setara dengan hormat Nazi "Sieg heil".[2][3][4] Penggunaan pada PD IISelama Perang Dunia II, Ustaše, sebuah gerakan nasionalis dan fasis radikal Kroasia, yang memerintah negara boneka Negara Merdeka Kroasia (1941-5), dibentuk setelah Invasi Yugoslavia, dan melakukan kampanye genosida terhadap etnis Serbia, Yahudi dan Romani. Salut "Za Dom - spremni!" segera dijadikan sebagai penghormatan baru yang digunakan dalam acara resmi dan kehidupan sehari-hari. Pada 10 April 1941, Slavko Kvaternik, yang ditunjuk sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Negara, dan wakil pemimpin negara (Poglavnik) Ante Pavelić mengumumkan pembentukan NDH di Radio Zagreb, dan mengakhiri pernyataan itu dengan Bog i Hrvati! Za dom spremni! (bahasa Indonesia: Tuhan dan Kroasia! Bersiap untuk tanah air!)[5][6] Pada Oktober 1941, menteri pendidikan dan kebudayaan Mile Budak mengeluarkan aturan ketat terkait penggunaan hormat secara wajib.[7] Pada Juli 1941, Komisaris Ustaša untuk Sarajevo, Jure Francetić, mengeluarkan surat edaran tentang pentingnya penggunaan salam Ustaša.[7] Seperti yang dicatat oleh sejarawan Inggris Rory Yeomans, otoritas Ustaše kecewa dengan rendahnya penghormatan dari penduduk, bahkan di daerah di mana rezim baru mendapat dukungan luas.[7] Pejabat negara dan pers yang dikendalikan pemerintah terus-menerus mengeluh tentang kurangnya penggunaan salam baru, dan mereka mengancam dengan sanksi dan menegur mereka yang tidak mengatakannya.[7] Pada tahun 1944, surat kabar pemerintah memperingatkan para pembacanya bahwa "di Negara Merdeka Kroasia, hanya ada satu salam: Untuk tanah air - bersiap!"[7] Menurut Yeomans, gerakan Ustaša melihat penggunaan sapaan baru sebagai "bukan hanya masalah kemurnian ideologis, tetapi juga kebanggaan nasional."[7] Pejabat Ustaša, Mijo Bzik, dengan kejam menyerang semua salam lainnya sebagai ucapan asing, kasar, dan tidak sopan.[7] Semua laporan dan dokumen resmi pemerintah dan militer biasanya diakhiri dengan ucapan "Za dom spremni."[8][9] Ante Pavelić menggunakan hormat ini untuk mengakhiri semua ucapan pribadinya, bahkan setelah perang berakhir, dan ia berada di pengasingan (1945–56).[9] Sebagai bagian dari kebijakan budaya dan bahasa baru mereka, pemerintah berupaya untuk mengganti ucapan "halo" ketika menjawab telepon dengan kata "bersiap".[10] Biro Intelijen dan Propaganda Negara (DIPU) hendak menilai berapa banyak orang yang menggunakan hormat itu dengan menelepon warganya secara acak di telepon dan merekam apakah mereka menjawab dengan "halo" atau "bersiap".[10] Beberapa dari mereka yang tidak menjawab "bersiap", teleponnya disita.[10] Selama ini, salam digunakan dengan berbagai varian, misalnya "Za poglavnika i za dom spremni!"[11][12][13] (Bersiap untuk Poglavnik dan tanah air) dan berupa pertanyaan: "Za dom ?! - Spremni", "Za koga ?! - Za poglavnika" ("Untuk tanah air ?! - Bersiap!", "Untuk siapa ?! Untuk Poglavnik! "). Penggunaan di zaman modernSalam ini digunakan di Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina selama Perang Kemerdekaan Kroasia dan Perang Bosnia. Pasukan Pertahanan Kroasia, sayap paramiliter Partai Hak-hak Kroasia yang berhaluan sayap kanan meniru gerakan Ustaša dan menggunakan simbol-simbol mereka,[14][15][16] mengadopsinya sebagai hormat resmi dan menyertakannya ke dalam logo mereka.[17] Salut ini menjadi slogan resmi cabangnya di Bosnia, Partai Hak-hak Kroasia di Bosnia dan Herzegovina hingga April 2012, saat digantikan oleh Semper fidelis. Pada tahun 2011, pengadilan di Knin menolak gugatan terhadap seorang pengrajin yang menjual cinderamata bertuliskan Za dom spremni, dengan alasan bahwa terdakwa tidak mengenakan pakaian atau cinderamata dengan slogan yang mendorong kebencian terhadap suku, ras atau agama, melainkan ia "hanya" menjualnya, sehingga pengrajin itu tidak dihukum. Putusan pengadilan menyatakan bahwa "Za dom spremni adalah salam kuno Kroasia yang dikenal sepanjang sejarah", sebagai bagian dari pernyataan pembelaan, namun tidak mengutip pendapat apa pun yang menguatkan hal tersebut.[18] Grup musik Kroasia Thompson menggunakan hormat ini di awal lagunya Bojna Čavoglave[19] dan di lagu Golubovi bijeli.[20] Slogan fasis ini sering diserukan oleh para penggemar di konsernya.[21] Dalam lagu Srce vatreno oleh Nered dan Zaprešić Boys, hormat ini juga digunakan di tengah-tengah lagu, tapi kemudian diganti dengan slogan U boj.[22] Slogan ini terkadang digunakan oleh penggemar sepak bola berhaluan nasionalis di Kroasia.[23][24][25] Pada 2013, pemain sepak bola Kroasia Josip Šimunic ikut meneriakkan slogan ini empat kali bersama penonton di Zagreb setelah Kroasia mengalahkan Islandia dalam kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014. Ia kemudian dilarang bermain di sepuluh pertandingan, termasuk di Piala Dunia 2014, serta didenda oleh FIFA. Šimunic membantah tuduhan mendukung "segala bentuk intoleransi atau kefanatikan".[26][27] Pada bulan Agustus 2015, sejumlah tokoh publik konservatif dan sayap kanan serta sejumlah rohaniwan Katolik (termasuk uskup Sisak Vlado Košić dan uskup pembantu Zagreb Valentin Pozaić) menandatangani petisi dan surat terbuka kepada Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarović dan kepada ketua Uni Demokrat Kroasia Tomislav Karamarko, menyerukan agar hormat ini dijadikan sebagai hormat resmi Angkatan Bersenjata Kroasia.[28][29] Pada bulan Juni 2016, Elvis Duspara, seorang narablog dan kolumnis Katolik, menerbitkan sebuah buku berjudul "Za dom spremni" di Zagreb, yang mengklaim bahwa "hormat ini selalu ada di dalam DNA setiap orang Kroasia."[30][31] Matematikawan, akademisi, dan penulis sayap kanan yang kontroversial, Josip Pečarić, menerbitkan buku serupa berjudul "Diary Under the Sign of Za Dom Spremni". Presentasinya di hadapan umum ditolak oleh pemerintah kota Tisno.[32] Pada November 2016, di Jasenovac, sebuah plakat untuk memperingati anggota Pasukan Pertahanan Kroasia yang tewas dalam aksi 1991-2 diresmikan, berisi lambang CDF dengan salam "Za dom spremni".[33] Hal ini menimbulkan protes karena Jasenovac adalah lokasi kamp konsentrasi terbesar yang dikelola rezim Ustaše yang korbannya berjumlah 80.000 orang dari kalangan etnis minoritas, tawanan perang dan lawan politik rezim Ustaše yang ditahan di sana tahun 1941-45. Organisasi Yahudi, Serbia, Romani, dan veteran PD II serta partai oposisi memboikot peringatan Holokaus tahunan yang diselenggarakan pemerintah pada April 2017, karena pemerintah Kroasia belum mencabut plakat tersebut.[34] Plakat itu akhirnya dilepas 10 bulan kemudian, pada September 2017, dan ditempatkan di dekat Novska. Dalam kasus serupa, simbol-simbol CDF termasuk salam, lencana pada bendera perang, serta tugu peringatan diubah.[35] Lambang CDF dengan salam ini juga pernah dilukis dalam mural grafiti di Mokošica, sebuah daerah di Dubrovnik.[36] Pakar komputer Kroasia Filip Rodik menganalisis betapa seringnya penghormatan ini digunakan di komentar dalam portal berita sayap kanan dan konservatif serta profilnya di Facebook antara tahun 2012 dan 2017. Rodik menemukan bahwa dari 4,5 juta komentar, 33.000 komentar menyebutkan salam ini dengan terang-terangan.[37] Lebih dari 10.000 pengguna meninggalkan paling sedikit satu pesan / komentar, termasuk yang berisi semboyan "Za dom spremni."[37] Rodik juga mencatat peningkatan frekuensi dan persebaran penggunaannya: pada tahun 2014 sebanyak 1.700 pengguna menggunakannya paling sedikit satu kali, pada tahun 2015 berjumlah 3.400, sedangkan pada tahun 2016 jumlahnya mencapai 4.700.[37] Salut ini kadang juga disingkat menjadi "ZDS". Dewan Nasional Serbia di Kroasia dalam laporannya tentang sentimen anti-Serbia pada tahun 2017 melaporkan bahwa semboyan tersebut digunakan 11.309 kali di kolom komentar milik empat profil Facebook milik organisasi sayap kanan.[38] Sebuah studi politik Kroasia yang diterbitkan pada awal 2019, menggunakan penelitian empiris guna menguji sikap publik terhadap simbol-simbol politik yang kontroversial, hasilnya menemukan bahwa dalam masyarakat Kroasia, "... dari 2016 hingga 2018 seruan untuk melarang slogan fasis "Bersiap Untuk Tanah Air" meningkat secara signifikan hingga 50%, sebagai tanda meningkatnya kritik dan keengganan. (...) Namun demikian, ketika beralih ke [pembahasan tentang] sejarah kekerasan terbaru, mayoritas dari 47% warga Kroasia mendukung pelestarian monumen perang yang berisi slogan fasis Bersiap untuk Tanah Air."[39] Lebih lanjut, penulis berpendapat "ketika slogan ini digunakan sebagai bagian dari peringatan para prajurit yang berperang di Perang Kemerdekaan, bukan tidak mungkin nilai-nilai positif perjuangan patriotik untuk kemerdekaan Kroasia dinodai oleh nuansa fasis NDH dan penganiayaan terhadap minoritas Serbia." Status hukumKroasiaMahkamah Konstitusi Republik Kroasia setidaknya dalam tiga kesempatan terpisah (Mei dan Desember 2016) menguatkan keputusan pengadilan yang lebih rendah yang memutuskan bahwa mereka yang menggunakan salut Ustasha telah melakukan pelanggaran terhadap ketertiban umum dan juga mendorong kebencian[40][41] (mirip dengan konsep Volksverhetzung dalam hukum Jerman). Karena teriakannya di stadion, Josip Šimunic dijatuhi hukuman karena "menghasut kebencian berdasarkan ras, etnis dan agama, karena salut ini digunakan di NDH dan merupakan manifestasi dari ideologi rasis."[42] Hal ini juga merupakan pendapat dari Pengadilan Pelanggaran Tinggi Kroasia, yang memutuskan bahwa mereka yang menggunakan salut Ustasha "mengungkapkan ide-ide politik yang tidak dapat diterima, yang bukan merupakan dasar Republik Kroasia sebagai negara demokratis (...)."[43] Pada Agustus 2019, dalam putusan atas kasus penggunaan salut dalam lagu Bojna Cavoglave, Pengadilan Pelanggaran Tinggi menyatakan bahwa hormat tersebut merupakan pelanggaran terhadap pasal 39 konstitusi yang melarang ujaran kebencian.[44] Namun, pada Juni 2020, majelis hakim Pengadilan Pelanggaran Tinggi memutuskan melalui banding bahwa penyanyi Marko Perković Thompson tidak melakukan pelanggaran terhadap ketertiban umum dengan menyertakan salut dalam lagunya.[45] Keputusan ini banyak dikritik oleh para ahli hukum Kroasia karena melangkah keluar dari tatanan hukum dan konstitusi. Mahkamah Konstitusi mengeluarkan pernyataan publik yang mengingatkan bahwa mereka telah memutuskan bahwa salut Ustasa melanggar konstitusi.[46] Pada Desember 2016, kantor administrasi negara di Varaždin menolak untuk mengizinkan dan mengesahkan tata tertib dan lambang organisasi veteran CDF karena lambangnya yang berisi salut fasis. Kantor administrasi memutuskan bahwa itu adalah "fakta bahwa salut [...] digunakan sebagai hormat resmi rezim totaliter Negara Merdeka Kroasia. Dan dengan demikian, penggunaan salut ini menyiratkan dukungan pada ideologi rasis, yang kerap menghina orang lain karena agama dan etnis mereka serta meremehkan kejahatan terhadap kemanusiaan".[47] Kantor administrasi juga menganggap hormat itu melanggar Konstitusi Kroasia dan Undang-undang Asosiasi. Pada tahun 2011, pengadilan kota Knin menolak gugatan terhadap seorang pengrajin yang menjual suvenir yang berisi salut Za dom spremni. Pengadilan memutuskan bahwa terdakwa tidak mengenakan pakaian atau suvenir dengan slogan yang mendorong kebencian nasional, rasial, atau agama, melainkan ia menjualnya, sehingga ia tak dapat dihukum. Putusan pengadilan mengutip klaim terdakwa bahwa "Za dom spremni adalah penghormatan Kroasia kuno yang dikenal sepanjang sejarah" sebagai bagian dari pernyataan pembelaan, namun, tidak menyatakan pendapat apa pun tentang subjek itu.[48] AustriaOtoritas lokal dan badan keamanan di Austria telah memperingatkan bahwa hormat dan simbol-simbol Ustaša lainnya tidak diharapkan selama peringatan tahunan repatriasi Bleiburg di Bleiburg, negara bagian Kärnten.[49] Namun, karena tidak secara eksplisit diatur oleh hukum Austria yang melarang simbol Nazi, penggunaan salut kerap kali terlihat pada peringatan tersebut.[50] Partai Hijau dan banyak organisasi sipil telah meminta otoritas daerah Kärnten dan federal Austria untuk melarang pertemuan tersebut.[51] Pada musim semi 2018, banyak politisi federal di seluruh spektrum politik mendukung penegakkan hukum Austria yang lebih ketat terhadap ujaran kebencian dan simbol-simbol Nazi. Setelah pemerintah Austria memutuskan untuk memperketat aturan untuk mengontrol pertemuan pada tahun 2018, penyelenggara memutuskan untuk melarang semua bendera, terutama yang berisikan lambang CDF serta salut Za dom spremni.[52] Pihak berwenang mengumumkan bahwa ekspresi salut dalam bentuk apa pun akan diganjar hukuman.[53] Baru pada November 2018, pemerintah federal Austria memasukkan simbol fasis Ustasa beserta isyarat / salut ke dalam simbol yang tidak dapat diterima (seperti simbol-simbol NIIS, Al Qaeda, atau Ikhwanul Muslimin) sebagai bagian dari Undang-undang baru tentang Simbol (Symbole-Gesetz) yang diusulkan kepada parlemen. Penggunaan simbol dan salam Ustasa akan dihukum hingga 1 bulan penjara atau denda hingga 4.000 euro, sementara pelanggaran berulang akan dihukum hingga denda 10.000 euro atau enam minggu penjara.[54] Za domPara pendukung mengklaim bahwa slogan ini telah digunakan sejak periode pra-Perang Dunia II. Sejarawan Hrvoje Klasić dari Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial Universitas Zagreb menyatakan bahwa "Za dom spremni" sebagai frasa belum pernah tercatat dalam dokumen sejarah apa pun sebelum pembentukan Negara Merdeka Kroasia pada tahun 1941.[55][56][57] Sejarawan Kroasia terkemuka lainnya Tvrtko Jakovina dan Ante Nazor, serta mantan menteri kebudayaan Zlatko Hasanbegović, yang juga seorang sejarawan mendukung pandangan ini.[58] Pendukungnya mengatakan bahwa kalimat "Za Dom" ("Untuk rumah" atau "Untuk tanah air") digunakan pada abad ke-19 oleh adipati Josip Jelačić, saat ia memimpin tentara dari kota Varaždin menuju pertempuran melawan Hungaria. Konon, para tentara itu menjawab dengan kata: "Spremni!" ("Siap {untuk mati}"). Tetapi, sejarawan mengklaim bahwa tidak ada dokumen sejarah atau bukti kredibel lainnya yang mengutip Jelačić menggunakan frasa "Za Dom!" ("Untuk rumah!").[59] Frasa Za dom i narod Slavjanski (Untuk rumah dan rakyat Slavia) muncul pada hiasan gloriette yang dipersembahkan kepada Jelačić untuk memperingati peristiwa tahun 1848.[60] Kata Za dom muncul dalam karya Pavao Ritter Vitezović tahun 1684 berjudul Odiljenje sigetsko yang menceritakan pengepungan Szigetvár,[61] kemudian opera Nikola Šubić Zrinjski yang digubah oleh Ivan Zajc pada tahun 1876,[62] dan beberapa lagu yang diterbitkan dalam edisi pertengahan abad ke-19 di majalah Danica.[63][64][65] Lihat pulaCatatan kaki
|