Zat antinutrisi pada pakanZat antinutrisi merupakan zat pada bahan pakan yang dapat mengganggu proses utilisasi nutrien di dalam saluran pencernaan ternak.[1] Zat antinutrisi dapat menghambat asupan, kecernaan, pemanfaatan pakan, penyerapan, metabolisme nutrisi, kondisi fisiologis hewan, pertumbuhan dan kesehatan hewan.[2] Kebanyakan zat-zat antinutrisi merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan.[1] Metabolit sekunder tumbuhan, yaitu sekelompok senyawa alami yang dibiosintesis melalui jalur biokimia yang berbeda sebagai bentuk pertahanan tumbuhan untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator tumbuhan.[1][2] Zat antinutrisi ada yang bersifat toksik (racun) dan bersifat tidak toksik pada ternak. Zat antinutrisi yang bersifat toksik, umumnya terdapat pada konsentrasi yang rendah pada tumbuhan dan memiliki efek fisiologis yang negatif ketika diserap, seperti permasalahan kegagalan reproduksi, neurologis, goiter, bahkan dapat menyebabkan kematian. Zat antinutrisi yang bersifat toksik yakni, asam amino toksik, alkaloid, glukosida sianogenik, dan saponin. Sedangkan, zat antinutrisi yang tidak bersifat toksik hanya memengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan palatabilitas. Konsentrasi zat antinutrisi yang tidak bersifat toksik di dalam tumbuhan relatif lebih tinggi. Zat antinutrisi yang bersifat tidak toksik antara lain lignin, silika, tanin, inhibitor protease, dan kutin.[1] Macam-macam zat antinutrisiBeberapa zat antinutrisi yang terdapat pada pakan antara lain alkaloid, asam oksalat, asam fitat, forbol ester, gosipol, glukosinolat, glukosida sianogenik, inhibitor protease, lektin, mimosin, nitrat dan nitrit; saponin, dan tanin.[1] AlkaloidAlkaloid merupakan senyawa organik mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan umumnya merupakan bagian dari sistem siklik. Beberapa tanaman yang mengandung alkaloid, yakni spesies Phalaris sp., rumput gandum hitam (Lolium perenne L.) dan Datura stramonium.[1] Asam fitatAsam fitat merupakan senyawa penyimpanan utama fosfor pada biji-bijian.[3] Bahan pakan yang banyak mengandung asam fitat, antara lain dedak padi, jarak pagar, jayanti, kedelai dan kelor.[1] Asam oksalatAsam oksalat merupakan anion dari asam dikarboksilat. Bahan yang kandungan oksalatnya tinggi, yaitu daun kelor (Moringa oleifera), singkong, akar bit (Beta vulgaris), eceng gondok (Eichhornia crassipes), lada hitam, bayam, pisang, kakao, belimbing, jerami padi, lentil, kernel biji mangga, teh, Dolichos bilorus, Vigna aconitifolia, dan Lathyrus sativus.[1] Forbol esterForbol ester aktif ditemukan pertama kali pada tanaman puring, semak di Asia Tenggara. Forbol ester pada konsentrasi tinggi terdapat pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas).[1] GosipolGosipol merupakan senyawa polifenol berwarna kuning. Gosipol terdapat dalam bentuk bebas dan terikat.[4] Pakan yang mengandung gosipol yaitu biji kapas.[1] GlukosinolatGlukosinolat adalah senyawa metabolit sekunder tanaman yang mengandung komponen sulfur. Tanaman yang mengandung glukosinolat, yakni kubis-kubisan atau brasika.[1] Glukosida sianogenikGlukosida sianogenik (sianogen) merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder tanaman yang disintesis dari asam amino. Produk hidrolisis dari glukosida sianogenik, yaitu sianida (hidrogen sianida, HCN). Glukosida sianogenik terdapat pada tanaman singkong, sorgum, rosaceae, Lotus corniculatus dan flaxseed.[1] Inhibitor proteaseInhibitor protease merupakan zat antinutrisi berupa protein yang memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas proteolitik dari enzim protease. Pakan yang mengandung inhibitor protease, yaitu kacang hijau, kedelai, kacang tanah, dedak padi, jagung, lamtoro, gamal, lupin, dan biji kelor.[1] LektinLektin merupakan glikoprotein dengan sisi pengikatan karbohidrat nonkatalitik.[5] Pakan yang mengandung lektin berasal dari kacang merah (Phaseolus vulgaris), kacang hijau (Pisum sativum), kedelai (Glycine max), dan kacang faba (Vicia faba).[1] MimosinMimosin merupakan asam amino bukan protein yakni β-(3-hidroksi-4- piridon-1-yl)-L-alanin. Pakan yang mengandung mimosin, yakni lamtoro.[1] Nitrat dan nitritNitrat merupakan ion poliatomik (NO3 -) yang dapat direduksi menjadi nitrit (NO2 - ). Pakan yang mengandung nitrat yaitu, rumput, Brassica, Maize, dan Ryegrass.[1] SaponinSaponin merupakan senyawa metabolit sekunder tanaman yang terdiri dari komponen gula (seperti glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xilosa, ramnosa, atau metil pentosa) yang berikatan dengan aglikon (komponen nongula) yang bersifat hidrofobik.[1] Secara alami, saponin terdapat pada glikosida aktif permukaan pada sebagian besar tanaman.[6] Pakan yang mengandung saponin, antara lain lerak, kedelai, alfalfa (Medicago sativa), teh, daun kembang sepatu, jayanti, sejumlah kacang-kacangan, Quillaja saponaria, dan Yucca schidigera.[1] TaninTanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder tanaman, yakni senyawa polifenol. Tanaman yang mengandung tannin dalam jumlah tinggi antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus), harendong (Clidemia hirta), akasia (Acacia mangium), dan mahoni (Swietenia mahagony).[1] Referensi
|