Zulfadli Zulkiffli
Zulfadli Zulkiffli (lahir 11 Februari 1993) adalah salah satu pemain bulu tangkis sektor tunggal putra dari Malaysia. Dia berasal dari klub Petaling Jaya BC yang berada di Selangor. Bersama dengan Tan Chung Seang, dia dihukum larangan bertanding oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) karena terlibat dalam pengaturan hasil pertandingan. KarierZulfadli pernah diharapkan akan menggantikan peran Lee Chong Wei sebagai pebulu tangkis tunggal putra terbaik Malaysia. Namun, kemampuannya semakin meragukan karena dia tidak mau bergabung dengan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM). Dengan bergabung dengan BAM, nantinya dia akan mendapatkan pelatihan yang sistematis dan terstruktur yang dapat membawanya meraih sejumlah prestasi daripada menjadi pemain independen. Selain itu, dia juga diharapkan bisa mengadopsi cara Kento Momota bermain hingga berhasil menjadi pemain berperingkat satu dunia ketika berusia 20 tahun.[1] Zulfadli mencapai puncak kariernya dengan berada di peringkat 30 dunia pada Januari 2017.[2] Prestasi terbaiknya dimulai ketika dia meraih medali emas tunggal putra Kejuaraan Asia Junior yang diadakan di Babu Banarasi Das Indoor Stadium, Lucknow, India pada 9 Juli 2011. Dalam partai final itu, dia mengalahkan wakil dari tuan rumah bernama Sameer Verma melalui dua set langsung dengan skor akhir 21-15 dan 21-17. Berselang empat bulan kemudian, Zulfadli berhasil menjuarai Kejuaraan Dunia Junior BWF yang berlangsung di Taoyuan Arena, Tionghoa Taipei pada 6 November 2011 dengan mengalahkan wakil dari Denmark bernama Viktor Axelsen melalui pertandingan tiga set dengan skor akhir 21-18, 9-21, dan 21-19. Selain itu, dia juga pernah menjuarai Commonwealth Youth Games yang berlangsung di National Sports Centre, Douglas, Pulau Man, tahun 2011 mengalahkan Sameer Verma dipartai final dengan skor akhir 21-16, 17-21, dan 21-15.[3] Pengaturan skorBersama pemain bulu tangkis Malaysia lainnya bernama Tan Chung Seang, Zulfadli diberikan sanksi oleh BWF karena terlibat dalam pengaturan hasil pertandingan.[4][5] Dalam sidangnya di Singapura, salah satu dewan independen BWF menemukan bukti bahwa Tan melakukan 26 pelanggaran Kode Etik Perilaku tahun 2012 dalam hubungannya dengan perjudian dan pengaturan hasil pertandingan. Sementara itu, Zulfadli terbukti melakukan 27 pelanggaran Kode Etik Perilaku 2012 dan empat pelanggaran Kode Etik Perilaku 2016.[6][7] Selain itu, dewan independen juga mencatat bahwa kedua pemain itu terlibat dalam pelanggaran tindak pidana korupsi yang cukup signifikan pada sejumlah turnamen besar dengan periode cukup lama, yaitu antara tahun 2013 sampai dengan 2016.[8][9] Penyelidikan atas keduanya dilakukan setelah seorang informan mengaku bahwa Zulfadli melakukan pendekatan padanya dan memberikan bukti tentang aktivitas pengaturan skor tersebut. Selain itu, kecurigaan kepada keduanya juga dipicu oleh gaya hidup kedua pemain yang mendadak menjadi mewah.[10] BWF sendiri dalam konferensi persnya tidak merinci pada turnamen mana saja mereka melakukan pelanggaran itu. Namun, Associated Press menyebutkan bahwa Zulfadli memanipulasi hasil empat pertandingan sejak tahun 2013, yang salah satunya terjadi dalam kejuaraan di Brasil yang berlangsung pada tahun 2016.[9] BWF lantas menyidang kedua pemain itu pada Februari 2018, tetapi masa berlaku hukuman mereka ditetapkan sejak tanggal 12 Januari 2018.[2][11] Zulfadli diberikan hukuman yang lebih berat karena jumlah pelanggaran yang dilakukannya lebih banyak, termasuk memanipulasi hasil dalam empat pertandingan.[5] Tan dan Zulfadli dihukum larangan bertanding masing-masing selama 15 tahun dan 20 tahun setelah dinyatakan bersalah melanggar aturan BWF mengenai “perjudian dan hasil pertandingan yang tidak biasa".[11][12][13] Keduanya dilarang ikut dan terlibat dalam semua kegiatan bulu tangkis di bawah naungan BWF, termasuk larangan yang mencakup peran administrasi, menjadi pelatih, menjadi petugas, dan terkait fungsi-fungsi pengembangan olahraga bulu tangkis.[8][11] Selain itu, keduanya masing-masing juga dijatuhi hukuman denda sebesar US$ 15.000 (sekitar Rp 200.000.000,-) dan US$ 22.000 (sekitar Rp 350.000.000,-) oleh Dewan Sidang Etik BWF.[14][15] Pada saat hukuman itu dijatuhkan, kedua pemain sebenarnya tidak terafiliasi dengan BAM atau bukan anggota tim nasional bulu tangkis negeri jiran. Tan sendiri merupakan pemain tunggal putra yang pernah bermain di sektor ganda putra dan ganda campuran. Selain itu, dia juga pernah masuk dalam tim nasional bulu tangkis Malaysia untuk Piala Thomas 2010. Adapun peringkat tertingginya di sektor tunggal putra yang pernah dicapainya adalah berada di nomor 32 dunia pada tahun 2013. Sebelumnya, dia pernah dihukum larangan bertanding di negara-negara Asia karena keluar dari tim nasional bulu tangkis Malaysia.[16] Dengan usia mereka saat hukuman dijatuhkan, praktis karier keduanya sebagai pemain bulu tangkis sudah berakhir, meskipun kemungkinan untuk menjadi pelatih masih terbuka ketika hukuman keduanya telah selesai.[16] Untuk membayarkan dendanya kepada BWF, Zulfadli bahkan sampai harus memohon kepada BAM agar mau membantunya.[14][17] Prestasi
Lihat pulaKeterangan
Rujukan
Pranala luar |