Kitab Al-Saqifa, Kitab Al-Ridda, Kitab Al-Shura, Kitab Al-Jamal, Kitab Al-Siffin, Kitab Maqtal Al-Hasan, Kitab Maqtal Al-Husayn, Sirat Al-Hussayn, ...[1]
Lut bin Yahya bin Sa'id bin Mikhnaf al-Azdi (bahasa Arab: لوط ابن يحيٰ ابن سعيد ابن مِخنَف الأزدي, translit. Lūṭ ibn Yaḥyā ibn Saʿīd ibn Mikhnaf al-Azdī), atau biasa dikenal denga nama kunya-nya (epitet), Abu Mikhnaf (bahasa Arab: أبو مِخنَف, translit. Abū Mikhnaf) adalah seorang cendekiawan pada masa keemasan Islam.
Biografi
Abu Mikhnaf lahir pada tahun .ca 689.[4] Nama aslinya adalah Lut dan ayahnya bernama Yahya bin Sa'id bin Mikhnaf, yang merupakan bagian dari Bani Azad, klan bangsawan yang kuat di Kufa.[4][5] Kakek buyutnya adalah Mikhnaf bin Sulaim, seorang kepala suku dari Azd dan komandan perang tentara Khalifah Ali (m. 656–661) di Pertempuran Siffin pada tahun 657.[5][6] Abu Mikhnaf menulis laporan perang Siffin berdasarkan penuturan anak saudara kakek Abu Mikhnaf, Muhammad.[7] Abu Mikhnaf menyaksikan pemberontakan Irak yang dipimpin oleh Muhammad bin Al-Asy'ats melawan Kekhalifahan Umayyah pada tahun 700 dan penggulingan dinasti Umayyah oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 750.[5] Abu Mikhnaf adalah teman dari Muhammad bin Sa'id al-Kalbi dan anaknya, Hisyam bin al-Kalbi yang menyebarkan sebagian besar karya-karya Abu Mikhnaf.[5] Dia meninggal dunia pada tahun 774 atau 775.[1][2][4][8]
Historiografi
Abu Mikhnaf adalah penulis prosa tertua di Dunia Arab,[8] seorang Akhbari (penyebar berita atau keagamaan),[2] sumber penting mengenai tradisi Irak di masa-masa awal,[9] dan sumber utama tentang sejarah al-Tabari.[8] Karya-karya Abu Mikhnaf juga sumber utama tentang kejadian di Irak selama al-Hajjaj bin Yusuf (694–714) menjabat, konflik Zubayriyah dan Umayyah dengan pemberontakan Azariqa di Persia (684–698), dan ekspedisi ibn al-Ash'ath melawan Sistan (699–700).[10]
Karya-karya historisnya diambil dari sudut pandang sebagai orang Kufa atau Irak, alih-alih menggambarkan sudut pandang Syiah.[11]
Sebagai perawi hadis, dia dianggap sebagai perawi lemah dan tidak dapat dipercaya.[11]
Dia adalah sejarawan pertama yang mengumpulkan laporan-laporan secara sistematik terkait dengan Pertempuran Karbala. Karyanya dinilai dapat dipercaya oleh sejarawan Syiah dan Sunni seperti ath-Tabari.[1] Karyanya berdasarkan oleh penuturan saksi mata seperti Muhammad bin Qays, Harith bin Abdullah bin Sharik al-Amiri, Abdullah bin Asim dan Dahhak bin Abdullah Abu, Abu Janab al-Kalbi, dan Adi bin Hurmula.[12]
Futuh Al Sham
Beberapa karya berjudul Futuh Al Sham oleh Al Azdi, Ibn Al Kalbi, Ibn A'tham, dan Al Waqidi terinspirasi dari Futuh Al Sham milik Abu Mikhnaf. Ibn ʿAsākīr dan Al-Balādhurī mengambil sumber dari karya-karya Abu Mikhnaf.[13]