Amanat PerpisahanAmanat Perpisahan merupakan pengajaran terakhir yang diberikan oleh Yesus kepada sebelas murid-Nya setelah mengadakan Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem, pada malam hari sebelum penyaliban-Nya.[1] Pengajaran itu dicatat dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru, yaitu Injil Yohanes pasal 13-17. Amanat tersebut umumnya dapat dibagi atas komponen-komponen yang berbeda.[2] Pertama, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa ia akan pergi ke hadapan Bapa, bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus untuk memandu murid-murid-Nya.[2] Yesus memberikan damai kepada para murid dan memerintahkan mereka agar saling mengasihi. Ekspresi kesatuan dalam kasih antara Yesus dan Bapa-Nya, dalam Roh Kudus, sebagaimana diterapkan kepada murid-murid-Nya dalam Kasih Kristus, merupakan tema kunci pengajaran ini, yang ditegaskan beulang kali sebagai Perintah Baru: "kasihlah satu sama lain seperti Aku telah mengasihimu".[3] Bagian selanjutnya adalah pengajaran yang memuat kiasan Pohon anggur yang menempatkan Yesus sebagai "pokok anggur" (sumber kehidupan bagi dunia) dan para murid sebagai carang-carangnya, membangun pola pemuridan dalam kitab-kitab Injil.[4][5] Pengajaran mengnai pokok anggur ini menekankan kasih di antara para murid, meskipun Yesus kemudian memperingatkan para murid mengenai penganiayaan yang akan datang: "Jika dunia membencimu, ingatlah bahwa mereka telah membenci-Ku sebelum kamu".[1]
Dalam bagian terakhir (Yohanes 17:1-26) Yesus berdoa bagi para pengikut-Nya dan Gereja yang akan terbentuk. Ini merupakan doa Yesus terpanjang dalam seluruh kitab-kitab Injil, dan dikenal sebagai "Doa Perpisahan" (Farewell Prayer) atau "Doa Imam Besar" (High Priestly Prayer).[6][7] Kunci tema doa adalah pemuliaan Bapa dan permohonan untuk kesatuan para murid melalui kasih.[2] Yesus berdoa kepada Bapa agar para pengikut-Nya "semua dapat menjadi satu seperti Kita adalah satu" dan bahwa "kasih yang Engkau berikan kepada-Ku dapat di dalam mereka, dan Aku di dalam mereka".[2][6] Struktur dan ulasanMeskipun pasal 13 sampai 17 dari Injil Yohanes dapat dipandang sebagai suatu kesatuan besar, kebanyakan isi pasal 13 merupakan persiapan untuk perpisahan, dan doa perpisahan pada pasal 17 merupakan penutupnya.[8][9] Pengajaran ini didahului oleh Perintah Baru (Yohanes 13:31–38), segera setelah Yudas sudah meninggalkan perjamuan malam, di mana Yesus memerintahkan sebelas murid yang tertinggal itu untuk "saling mengasihi" dan meramalkan Petrus akan menyangkal pernah mengenal Yesus pada waktu Ia akan disalibkan. Pengajaran ini diawali sebelumnya dengan pembersihan harfiah melalui pembasuhan kaki dan pembersihan rohani komunitas para murid melalui kepergian Yudas.[10] Seluruh pengajaran amanat perpisahan itu dapat dibagi atas empat komponen:[6][11]
Pembagian atas empat komponen ini bukan merupakan kesepakatan umum semua sarjana. Kadang kala bagian ketiga dianggap bermula dari awal pasal 16 Injil Yohanes.[2] Sejumlah sarjana menggunakan struktur tiga bagian di mana pasal 15 dan 16 dijadikan satu bagian.[4] Pernyataan "Semuanya itu Kukatakan kepadamu" muncul beberapa kali sepanjang pengajaran ini, dan memberi penekanan agar perkataan perpisahan yang diucapkan oleh Yesus tidak akan dilupakan.[12] Pernyataan "selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu" (misalnya pada Yohanes 14:25) juga menggarisbawahi pentingnya instruksi-instruksi terakhir ini.[12] Seluruh pengajaran ini kaya dengan muatan Kristologi, misalnya mengulangi Pra-keberadaan Yesus dalam Yohanes 17:5 ketika Yesus merujuk kepada kemuliaan yang Ia miliki bersama Sang Bapa "sebelum dunia ada".[13] Empat unsur pengajaranBagian 1: Damai-Ku Kuberikan kepadamuAda tiga komponen dalam bagian Yohanes 14 ini:[2]
Pada permulaan bagian ini Yesus mengatakan kepada para murid bahwa Ia akan pergi kepada Bapa, menjadikan mereka risau mengenai kepergian-Nya. Namun Ia meyakinkan mereka bahwa Ia akan "pergi untuk menyiapkan tempat" bagi mereka dalam rumah Bapa-Nya dan mereka akan tahu jalan ke sana yaitu melalui Dia.[10] Pernyataaan dalam Yohanes 14:6 adalah:
yang mengidentikasikan Yesus sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa, dan kemudian membentuk bagian ajaran dalam komunitas Kristen mula-mula, di mana Rasul Petrus menyatakan dalam Kisah Para Rasul 4:12:[10]
Ini mengidentifikasi Yesus sebagai satu-satunya jalan kepada keselamatan.[10] Yesus kemudian menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa dalam Yohanes 14:7–9:[14]
Pernyataan dalam Yohanes 14:11 "Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku" lebih lanjut menyatakan hubungan khusus antara Yesus dengan Sang Bapa.[10] Selanjutnya, pernyataan dalam Yohanes 14:26: "Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku," berada dalam kerangka "hubungan pengutusan" di dalam Injil Yohanes.[15] Dalam Yohanes 9:4 (dan juga Yohanes 14:24) Yesus merujuk kepada Bapa sebagai "Dia yang mengutus Aku", dan dalam Yohanes 20:21 dinyatakan "seperti Bapa telah mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus kamu" pada waktu Ia mengutus para murid-Nya. Dalam Yohanes 15:26 Yesus juga mengutus Roh: "yang akan Kuutus dari Bapa h datang, yaitu Roh Kebenaran... akan bersaksi tentang Aku."[15] Dalam Injil Yohanes, Bapa tidak pernah diutus, melainkan Ia adalah "pengutus" Yesus maupun Roh Kudus. Yesus juga mengutus Roh Kudus. Roh Kudus tidak pernah sebagai pengutus, melainkan diutus oleh Bapa dan oelh Yesus.[15] Damai sejahtera yang diberikan oleh Yesus dalam Yohanes 14:27 secara khusus bertolak belakang dengan "perdamaian dunia" dari segi politik dengan menyatakan:[15]
Koestenberger menyatakan bahwa ini tampaknya membandingkan "Damai sorgawi" dari Yesus dengan upaya perdamaian dunia pada waktu itu seperti Pax Romana yang ditegakkan oleh Kaisar Augustus.[15] Penggunaan kata "damai sejahtera" (eleos dalam bahasa Yunani) sangat jarang dalam Injil Yohanes dan selain dari satu kali penggunaan lain dalam Amanat Perpisahan (Yohanes 16:33) hanya digunakan satu kali lagi oleh Yesus yang telah bangkit, yang dicatat dalam Yohanes 20:19–26.[16] Bagian 2: Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnyaBagian ini merupakan suatu meditasi mengenai Yesus sebagai sumber kehidupan bagi komunitas dan membangun suatu pola pemuridan dalam kitab-kitab Injil.[4][5] Pada bagian awal Yesus mengatakan: "Akulah pokok anggur yang benar", mengarah pada penggunaan istilah "Pokok Anggur" (The Vine atau True Vine) untuk pengajaran ini.[4] Para murid (dan juga komunitas) kemudian dirujuk sebagai "ranting-ranting" yang bergantung kepada pokok anggur tersebut:
Bagian 3: Jika dunia membenci kamuDalam Yohanes 15:18–16:33 Yesus mempersiapkan para murid untuk menghadapi konflik dan kebencian dunia, mengingatkan mereka bahwa Ia juga menghadapi perlawanan:[1]
Yesus memperingatkan para murid mengenai penganiayaan yang akan datang dengan berkata:[1]
Ini kembali menarik paralel antara Yesus dan para murid-Nya, seperti yang telah digambarkan sebelumnya dalam pengajaran ini.[4] Dalam Surat 1 Yohanes (1 Yohanes 3:13) diingatkan kepada para saudara kembali: "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu."[4] Secara paralel, Yesus menyatakan dalam Yohanes 15:23:
Namun Yesus menghibur para murid dengan memastikan bahwa Ia akan mengutus "Roh Kebenaran" untuk menjadi saksi tentang Dia:[1]
Dan Yesus menambahkan bahwa kalau Ia tidak pergi maka Roh Kudus tidak akan datang, dan mengindikasikan bahwa kelanjutan pekerjaan-Nya di dunia akan dilaksanakan oleh Roh Kudus.[17] Yesus juga memastikan kepada para murid akan kasih Bapa kepada mereka, sekali lagi menarik paralel:[4]
Setelah pernyataan-pernyatan itu, Yesus memulai rangkaian doanya bagi para murid-Nya. Bagian 4: Doa PerpisahanYohanes 17:1-26 umumnya dikenal sebagai Doa Perpisahan atau Doa Imam Besar, karena merupakan doa syafaat untuk Gereja yang akan terbentuk.[6][18] Merupakan doa Yesus terpanjang dalam seluruh kitab-kitab Injil.[7] Sementara bagian-bagian awal Amanat Perpisahan itu ditujukan kepada para murid, bagian terahir ini diarahkan kepada Bapa, selagi "Yesus menengadah ke langit" dan berdoa.[6] Doa ini bertempat pada waktu yang unik dalam pelayanan Yesus, yaitu pada akhir pesan-pesan-Nya kepada para pengikut-Nya, dan menjelang permulaan Kesengsaraan-Nya.[7] Begitu doa berakhir, peristiwa-peristiwa kesengsaraan dan berakhirnya kehidupan Yesus di dunia ini mendekat dengan cepat.[7] Dalam doa ini, untuk terakhir kalinya Yesus memberikan laporan pelayanan-Nya di dunia kepada Sang Bapa dan melalui doa itu mengulangi ketergantungan-Nya sepenuhnya kepada Bapa.[7] Pada awal doa, Yesus memohonkan kemuliaan-Nya kepada Bapa, karena tugas-Nya telah selesai, kemudian melanjutkan dengan doa syafaat untuk keberhasilan pekerjaan para murid-Nya dan komunitas para pengikut-Nya.[6] Tema kunci doa ini adalah pemuliaan Sang Bapa. Dalam bagian pertama, Yesus berbicara dengan Bapa mengenai hubungan mereka, jadi secara tidak langsung mengulangi kepada murid-murid-Nya.[2] Kemudian, mengenang hakikat hubungan mereka, Yesus memohon kepada Bapa untuk memuliakan-Nya seperti Ia telah memuliakan Bapa selama pelayanan-Nya di dunia - merujuk kepada tema kehidupan kekal, yang dicatat dalam Yohanes 17:3:[2]
Doa Perpisahan ini terdiri dari lima permohonan sebagai berikut:[6]
Dua permohonan terakhir adalah untuk kesatuan, dengan ciri-ciri:
di mana permohonan yang terakhir ini adalah untuk kesatuan kekal Yesus dan para pengikut-Nya.[2] Rujukan kepada "nama-Mu" dalam Yohanes 17:6 dan Yohanes 17:26 menekankan pentingnya Nama Allah dalam Kekristenan, di mana dalam pengajaran Kristen (misalnya oleh Sirilus dari Aleksandria) telah dilihat sebagai mewakili seluruh sistem "kebenaran ilahi" yang diungkapkan kepada orang beriman "yang percaya akan nama-Nya" sebagaimana dalam Yohanes 1:12].[19][20] PenyusunanPada tahun 2004 Scott Kellum menerbitkan suatu analisis detail mengenai kesatuan sastra seluruh Amanat Perpisahan dan menyatakan bahwa terbukti menunjukkan penulisan oleh seorang pengarang tunggal, dan bahwa struktur serta penempatan di dalam Injil Yohanes konsisten dengan bagian lainnya dalam kitab itu.[9][21] Lihat pula
Referensi
|