Pembasuhan kakiPembasuhan Kaki, atau dalam bahasa Inggris sering disebut Maundy (dari kata Latin mandatum atau mendicare),[1] adalah suatu ritus keagamaan yang dirayakan oleh berbagai denominasi Kristen. Aktivitas ini didasarkan pada catatan Injil Yohanes yaitu dalam Yohanes 13:1–17 menyebutkan bahwa Yesus melakukan tindakan tersebut pada saat Perjamuan Malam Terakhir. Secara khusus, dalam ayat 14–17, Yesus berkata:
Oleh karenanya, banyak denominasi (termasuk Anglikan, Lutheran, Methodis, Presbiterian, dan Katolik) merayakan pencucian atau pembasuhan kaki pada hari Kamis Putih dalam Pekan Suci.[1] Selain itu, bagi beberapa denominasi, pembasuhan kaki merupakan suatu contoh atau teladan. Banyak kelompok sepanjang sejarah Gereja dan banyak denominasi modern, seperti Advent, Anabaptis, Baptis, dan Pentakostal, yang mempraktikan pembasuhan kaki sebagai suatu ordinansi gereja.[1] EtimologiAsal mula kata Maundy dalam bahasa Inggris setidaknya memiliki dua kemungkinan:
Latar belakangAkar dari praktik ini tampaknya ditemukan dalam kebiasaan-kebiasaan keramahtamahan berbagai peradaban kuno, khususnya ketika sandal merupakan alas kaki utama. Seorang tuan rumah akan menyediakan air untuk para tamu agar dapat membasuh kaki mereka, atau seorang pelayan (hamba) untuk membasuh kaki para tamu. Hal ini disebutkan dalam sejumlah bagian Perjanjian Lama (misalnya Kejadian 18:4; 19:2; 24:32; 43:24; I Samuel 25:41; dll.) serta dokumen sejarah dan keagamaan lainnya. Seorang tuan rumah Timur pada umumnya mungkin akan membungkuk, menyapa, dan mencium tamunya, kemudian menawarkan air agar sang tamu dapat membasuh kakinya sendiri atau meminta pelayan untuk melakukannya. Penggunaan sandal lazimnya memerlukan pembasuhan kaki, namun air juga ditawarkan sebagai suatu kesopansantunan kendati yang bertamu mengenakan sepatu. 1 Samuel 25:41 merupakan catatan pertama yang menceritakan seorang terhormat menawarkan diri untuk membasuh kaki sebagai tanda kerendahan hati. Dalam Yohanes 12, Maria dari Betania meminyaki kaki Yesus, barangkali sebagai ungkapan rasa syukur karena kebangkitan Lazarus saudaranya dari kematian, dan sebagai persiapan kematian dan penguburan Yesus. Alkitab mencatat pembasuhan kaki saudara seiman sebagai suatu praktik dalam Gereja perdana sebagaimana tertulis dalm 1 Timotius 5:10, kemungkinan mengacu pada kesalehan, penyerahan diri, dan/atau kerendahan hati. Istilah-istilah berikut juga digunakan untuk menyebut praktik pembasuhan kaki ini: maundy, pedilavium, dan mandatum. Catatan AlkitabKalangan Kristen yang merayakan pembasuhan kaki melakukan hal ini atas dasar teladan otoritatif dan perintah Yesus sebagaimana tertulis dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru pada Injil Yohanes 13:1–15.
Yesus mendemonstrasikan kebiasaan pada saat itu ketika Ia berkomentar tentang kurangnya keramahtamahan dalam rumah salah seorang Farisi yang tidak menyediakan air untuk membasuh kaki sendiri dalam Injil Lukas 7:44:
SejarahRitus pembasuhan kaki dapat ditelusuri akarnya dalam kitab suci. Praktik ini tetap berlanjut setelah kematian para rasul atau berakhirnya Zaman Apostolik. Pembasuhan kaki tampaknya dipraktikkan dalam abad-abad awal Kekristenan pasca apostolik kendati bukti mengenai hal ini kurang. Sebagai contoh Tertulianus (145–220) menyebutkan praktik ini dalam De Corona karyanya, tetapi tidak memberikan rincian mengenai siapa yang mempraktikkannya atau bagaimana hal itu dipraktikkan. Pembasuhan kaki dipraktikkan oleh Gereja di Milan (ca 380 M), disebutkan dalam Sinode Elvira (300 M), dan bahkan direferensikan oleh Agustinus dari Hippo (ca 400 M). Menurut Mennonite Encyclopedia, "Peraturan Santo Benediktus (529 M) untuk Ordo Benediktin menetapkan pembasuhan kaki untuk keramahtamahan di samping pembasuhan kaki komunal untuk kerendahan hati"; suatu pernyataan yang dikonfirmasi oleh Catholic Encyclopedia.[6] Praktik ini tampaknya terbentuk dalam Gereja Roma, walaupun tidak dikaitkan dengan pembaptisan, pada abad ke-8. Kaum Albigens mempraktikkan pembasuhan kaki sehubungan dengan komuni, dan kebiasaan kaum Waldens yaitu membasuh kaki para pelayan yang sedang berkunjung. Ada beberapa bukti bahwa pembasuhan kaki dipraktikkan oleh kaum Husit awal; dan praktik ini merupakan salah satu bagian penting dari Reformasi Radikal abad ke-16. Pembasuhan kaki sering kali "ditemukan kembali" atau "dipulihkan" oleh kalangan Protestan dalam konteks kebangkitan agama; para partisipannya berupaya untuk menciptakan kembali iman dan praktik dari zaman para rasul yang telah hilang atau ditinggalkan oleh mereka. Praktik dalam Katolik RomaDalam Gereja Katolik Roma, ritual pembasuhan kaki sekarang dikaitkan dengan Misa Perjamuan Tuhan yang dirayakan dengan cara khusus sebagaimana Perjamuan Terakhir Yesus, sebelum Ia membasuh kaki kedua belas rasul. Bukti mengenai praktik pembasuhan kaki pada masa kini dapat ditelusuri setidaknya pada paruh kedua abad ke-12, ketika "paus membasuh kaki dua belas subdiakon setelah Misa dan tiga belas orang miskin setelah makan malam."[6] Dari tahun 1570 sampai 1955 Missale Romanum mencantumkan, setelah teks Misa Kamis Putih, suatu ritus pembasuhan kaki yang tidak berhubungan dengan Misa. Revisi tahun 1955 oleh Paus Pius XII memasukkannya ke dalam Misa. Sejak saat itu, ritus ini dirayakan setelah homili yang mengikuti pembacaan laporan Injil tentang bagaimana Yesus membasuh kaki kedua belas rasul-Nya (Yohanes 13:1–15). Beberapa orang yang dipilih—biasanya dua belas, tetapi Missale Romanum tidak menetapkan jumlahnya—akan duduk di kursi-kursi yang telah disiapkan di suatu tempat yang cocok. Imam akan menghampiri masing-masing orang itu, dengan bantuan para pelayan, menuangkan air ke atas kaki masing-masing orang dan mengeringkannya. Di Amerika Serikat, adalah lazim mengadakan suatu perayaan komunal: para anggota awam suatu kongregasi secara bergiliran membasuh kaki satu sama lain. Ada beberapa kalangan yang mendukung pembatasan ritual ini khusus untuk klerus atau setidaknya kaum laki-laki.[7] Pada suatu masa, sebagian besar monarki Eropa juga mempraktikkan Pembasuhan Kaki di dalam istana kerajaan mereka pada hari Kamis Putih; Kaisar Austria-Hungaria dan Raja Spanyol masih mempraktikkannya sampai dengan awal abad ke-20.[6] Berlawanan dengan norma-norma tahun 1955, Paus Fransiskus membasuh kaki dua orang perempuan dan umat Muslim di suatu penjara anak-anak di Roma pada tahun 2013.[8][9] Pada tahun 2016 diumumkan bahwa Missale Romanum telah direvisi untuk mengizinkan kaum perempuan dibasuh kakinya pada hari Kamis Putih; sebelumnya hanya kaum laki-laki yang diperkenankan.[10] Pada tahun 2016 para imam Katolik di seluruh dunia membasuh kaki kaum laki-laki maupun perempuan pada peringatan Kamis Putih; menurut The Washington Post, "sikap kerendahan hati mereka menunjukkan kepada banyak kalangan perkembangan keikutsertaan di dalam Gereja Katolik."[11] Praktik dalam Kekristenan TimurOrtodoks Timur dan Katolik BizantinGereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur mempraktikkan ritual Pembasuhan Kaki pada hari Kamis Putih sesuai dengan ritus kuno mereka masing-masing. Layanan ini dapat dilakukan oleh seorang uskup, dengan membasuh kaki dua belas imam; atau oleh seorang Hegumen (Abbas) dengan membasuh kaki dua belas anggota persaudaraan dalam biaranya. Upacara ini berlangsung pada akhir Liturgi Ilahi. Setelah Komuni Kudus, dan sebelum pembubaran, para saudara semuanya pergi dalam prosesi ke tempat di mana Pembasuhan Kaki diadakan (mungkin di tengah-tengah gereja, narthex, atau di luar). Setelah mazmur, beberapa troparion (himne), dan ektenia (litani) didaraskan, uskup atau abbas akan membacakan doa. Lalu diakon membaca perikop dari Injil Yohanes tersebut, sementara klerus melakukan peran Kristus dan para rasul-Nya, masing-masing tindakan dilantunkan oleh sang diakon. Diakon akan berhenti ketika dialog antara Yesus dan Petrus dimulai. Seorang klerus senior di antara mereka yang kakinya sedang dibasuh mengucapkan kata-kata Petrus, dan uskup atau abbas mengucapkan kata-kata Yesus. Kemudian sang uskup atau abbas menyimpulkan pembacaan Injil tersebut, setelah itu mengucapkan doa lain dan memerciki semua orang yang hadir dengan air yang digunakan untuk pembasuhan kaki. Prosesi tersebut kemudian kembali ke gereja dan ritual pembubaran dilangsungkan sebagaimana biasa. Ortodoks OrientalRitus pembasuhan kaki juga dipraktikkan dalam Gereja Ortodoks Oriental pada hari Kamis Putih. Dalam Gereja Ortodoks Koptik, layanan ini dilakukan oleh imam paroki. Ia memberkati air yang digunakan untuk membasuh kaki dengan salib, sebagaimana yang dilakukan saat memberkati air untuk air suci dan ia membasuh kaki seluruh jemaat. Dalam Gereja Ortodoks Siria, layanan ini dilakukan oleh seorang uskup atau imam. Ada sejumlah 12 laki-laki yang dipilih, baik imam maupun kaum awam, dan uskup atau imam akan membasuh dan mencium kaki kedua belas laki-laki tersebut. Hal ini dipandang bukan sekadar dramatisasi peristiwa masa lalu. Selanjutnya seluruh jemaat berdoa demi penyucian dan pembersihan mereka dari dosa-dosa mereka. Referensi
Pustaka
Lihat pula Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Feet washing. Wikisource memiliki teks dari the Catholic Encyclopedia 1913 mengenai artikel Washing of Feet and Hands.
|