Anjing dan SerigalaAnjing dan Serigala adalah salah satu Fabel Aesop, bernomor 346 di Perry Index.[1] Sejak zaman dahulu, cerita ini populer sebagai obyek pembelajaran tentang kebebasan yang tidak boleh ditukar dengan manfaat keuntungan finansial. Adapun cerita fabel alternatif mengenai pesan moral yang sama dengan karakter hewan lain, kurang populer. Kebebasan itu manisSerigala yang tengah kelaparan bertemu dengan seekor anjing dengan makanan yang berkecukupan dan memuji penampilannya yang ramping. Anjing tersebut menggambarkan hidupnya yang serba mudah, lalu mengajaknya bergabung. Ketika mereka tengah pergi bersama, serigala tersebut menanyakan mengapa bulu-bulu di leher anjing tersebut sebagian terkikis. Lalu anjing menjawab bahwa bulu-bulunya terkikis karena ia mengenakan tali di lehernya ketika berada di rumah. Serigala tersebut kemudian pergi sambil mengatakan bahwa perut yang kenyang adalah harga yang tidak pantas untuk ditukar dengan kebebasan. Dongeng fabel tersebut berasal dari sebelum zaman Aesop yang terungkap melalui satu baris puisi Arkhilokhos yang masih tersisa, ketika terdapat pertanyaan "apa yang menyebabkan bulu-bulu di leher menjadi terkikis."[2] Diperkirakan bahwa hal tersebut mengacu kepada beberapa versi dari cerita fabel awal, yang dibuktikan kemudian dalam sumber-sumber cerita Yunani, termasuk koleksi Babrius dan koleksi Faedrus yang berbahasa Latin. Fabel tersebut juga populer pada Abad Pertengahan yang termasuk ke dalam koleksi William Caxton dan dijadikan subyek puisi Neo-Latin oleh Hieronymus Osius.[3] Dalam penuturan cerita William Sommervile, moral cerita diperpanjang dengan pujian tentang kemerdekaan Inggris.[4] Bagaimanapun, "Aplikasi" dalam The Fables of Aesop (1818) karya Thomas Bewick, memperlihatkan dengan seksama bahwa "kebebasan dalam bermasyarakat tidak diperbuat atas melakukan apa pun yang kita suka" dan oleh karenanya "sebagian porsi dari kebebasan individu harus dikalahkan demi kebaikan bersama."[5] Cerita tersebut juga menjadi salah satu subyek dalam Fabel La Fontaine (Le loup et le chien, I.5), ketika Master Wolf, "mengambil langkahnya dan masih berlari" dalam mempelajari tentang perlunya pengorbanan.[6] Di zaman modern, cerita ini telah diatur untuk piano dan suara tinggi oleh komposer Prancis Isabelle Aboulker.[7] Hewan liar dan hewan bebanFragmen pepatah terkenal yang dikaitkan dengan Ahikar, muncul dalam dokumen Bahasa Aram yang berasal dari abad ke-6 SM: Suatu hari seorang pria berkata kepada Onager (keledai liar), "Biarkan aku menunggangimu dan aku akan menjagamu...", keledai liar lalu berkata, "Jagalah pemeliharaan dan pakan ternakmu dan jangan biarkan aku melihat tungganganmu".[8] Karena Onager adalah hewan yang berasal dari Asia, hal tersebut menunjukkan bahwa wilayah tersebut mungkin merupakan sumber dari dongeng alternatif yang tercatat sebagai nomor 183 dalam Perry Index. Dalam hal ini, Onager pada awalnya memberi selamat pada kondisi ramping hewan penggembalaan, tetapi akhirnya berterima kasih atas kebebasannya sendiri setelah melihat yang lain dikendalikan di bawah beban.[9] Kemudian, dongeng versi 'kristen',[10] saat ini diberi nomor sebagai fabel independen 411 dalam Perry Index. Dalam dongeng tersebut para onager mengolok-olok keledai, hanya untuk dimakan singa karena tidak dijaga oleh manusia.[11] Referensi
Pranala luar
|