Balai Peringatan Para Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang adalah suatu museum untuk mengingat dan mengenang para korban yang terbunuh dalam Pembantaian Nanjing oleh tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang di dan sekitar ibu kotaTiongkok saat itu, Nanjing, setelah jatuh pada 13 Desember 1937.[1] Museum ini terletak di sudut barat daya pusat kota Nanjing yang dikenal sebagai Jiangdongmen (江东门), dekat tempat ribuan mayat dikuburkan, disebut "lubang sepuluh ribu orang" (Hanzi sederhana: 万人坑; Hanzi tradisional: 萬人坑; Pinyin: wàn rén kēng).[2][3]
Pada tanggal 13 Desember 1937, tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menduduki Nanjing (juga dieja Nanking), yang saat itu merupakan ibu kotaRepublik Tiongkok. Selama enam hingga delapan minggu awal pendudukannya, Angkatan Darat Jepang melakukan berbagai kekejaman, termasuk pemerkosaan, pembakaran, penjarahan, penghukuman besar-besaran, dan penyiksaan. Tiongkok memperkirakan sekitar tiga ratus ribu warga sipil dan tentara tak bersenjata dibantai secara sadis. Perkiraan ini dibuat berdasarkan catatan penguburan dan keterangan saksi mata oleh Pengadilan Kejahatan Perang Nanjing dan dimasukkan dalam putusan Hisao Tani. Mayat berserakan di jalanan dan terlihat mengapung di sungai selama berminggu-minggu, dan banyak bangunan di kota tersebut terbakar habis. Toko, pertokoan, dan tempat tinggal yang tak terhitung jumlahnya dikepung dan dijarah.[4]
Tentara Jepang juga dilaporkan melakukan kompetisi pembunuhan dan latihan bayonet dengan menggunakan tawanan penduduk setempat. Sekitar dua puluh ribu kasus pemerkosaan terjadi di kota tersebut selama bulan pertama pendudukan, menurut "Keputusan Pengadilan Militer Internasional".[5] Bahkan anak-anak, orang tua, dan biarawati dilaporkan menderita di tangan tentara Kekaisaran Jepang.[6]
Balai Peringatan
Balai Peringatan Nanjing dibangun pada tahun 1985 oleh Pemerintah Kota Nanjing untuk mengenang lebih dari tiga ratus ribu korban pembantaian tersebut. Pada tahun 1995, diperluas dan diperbaiki. Balai peringatan ini memamerkan catatan dan bukti sejarah, serta menggunakan arsitektur, patung, dan video untuk menggambarkan hal yang terjadi selama Pembantaian Nanjing. Banyak benda bersejarah disumbangkan oleh anggota kelompok persahabatan Jepang-Tiongkok yang berasal dari Jepang, yang juga menyumbangkan sebuah taman yang terletak di halaman museum.[7]
Kawasan balai ini seluas dua puluh delapan ribu meter persegi, termasuk sekitar tiga ribu meter persegi luas lantai bangunan.
Balai peringatan ini terdiri dari tiga bagian utama: pameran luar ruangan, sisa-sisa kerangka korban yang terlindung, dan ruang pameran dokumen sejarah.
Tiket masuk tidak dikenakan biaya. Pengunjung harus mempersiapkan diri menghadapi kerumunan besar orang setiap saat sepanjang hari.
Pameran luar ruangan
Pameran luar ruangan meliputi patung, pahatan, ukiran relief, prasasti, dan dinding besar yang mencantumkan nama-nama korban, serta loh penebusan dan jalan peringatan. Jalan peringatan tersebut menampilkan jejak kaki para penyintas, beberapa di antaranya dibangun pada tahun 2002.
Sebuah tembok di pintu masuk Balai Peringatan, dengan tulisan "300.000 Korban" diukir di batu
Sebuah dinding peringatan yang didedikasikan untuk 300.000 korban Pembantaian Nanjing
Patung "Ibu" di kawasan pemakaman. Ibu yang sedih, pohon mati, dan alun-alun kerikil tandus mengemukakan gambaran "kematian", yang berlawanan dengan hijaunya pepohonan dan rerumputan di sekitarnya, sehingga membentuk tema "hidup dan mati". Pada saat yang sama, ketika orang berjalan di atas kerikil tersebut, patung-patung akan mengeluarkan suara seperti menangis. Dibangun pada tahun 1985.
Pahatan batu di Balai Peringatan
Jalan utama Balai Peringatan
Patung korban dikubur hidup-hidup
Balai Peringatan "300.000" korban pembantaian Nanjing oleh penjajah Jepang
Tugu Peringatan Pembantaian Nanjing Yanziji pada tahun 2004
Tugu Peringatan dari sisi lain
Sisa kerangka
Sisa-sisa kerangka korban pembantaian, yang sekarang dipamerkan di ruang pameran berbentuk peti mati, digali dari Jiangdongmen pada tahun 1985;[8] 208 lainnya ditemukan pada tahun 1998.[9]
Ruang pameran
Ruang pameran mirip makam, setengah di bawah tanah, berisi lebih dari 1000 barang yang berkaitan dengan pembantaian tersebut, termasuk banyak sekali kumpulan gambar, bagan, dan foto. Lukisan, patung, lemari pajangan yang menyala, layar multimedia, dan film dokumenter berguna untuk menunjukkan kepada pengunjung kejahatan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Ruang tersebut juga menampung patung John Rabe, seorang pengusaha asal Jerman yang membantu mendirikan Kawasan Keamanan Nanking.
Sejarah Pembantaian Nanjing dan Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional
Lembaga penelitian ini didirikan di aula peringatan oleh Pemerintah Provinsi Jiangsu pada tanggal 1 Maret 2016.[10] Pengawasnya adalah Xian Wen Zhang, guru besar Sekolah Sejarah, Universitas Nanjing. Presiden eksekutifnya adalah Jian Jun Zhang, kurator aula peringatan. Terdiri dari Pusat Penelitian Sejarah Pembantaian Nanjing, Pusat Penelitian Sejarah Perang Anti-Jepang, Pusat Penelitian Wanita Penghibur, Pusat Penelitian Politik Jepang Kontemporer, Pusat Penelitian Studi Perdamaian, Sekolah Perdamaian Internasional dan lembaga lainnya.[11][12]
Angkutan umum
Balai Peringatan dapat dicapai dengan berjalan kaki di sebelah barat Stasiun YunjinluMetro Nanjing. Ambil Jalur 2 ke Stasiun Yunjinlu. Gunakan Pintu Keluar 2. Pintu masuk ke Balai Peringatan berada tepat di seberang pintu masuk kereta bawah tanah.
Kirk A. Denton, Exhibiting the Past: Historical Memory and the Politics of Museums in Postsocialist China (University of Hawaii Press, 2014), pp. 143–49. (dalam bahasa Inggris)