COVID-19 dan tunawisma
Risiko COVID-19 terhadap tunawismaTunawisma mempunyai risiko lebih tinggi atas terpaparnya virus corona dibandingkan dengan individu yang mempunyai tempat tinggal. Hal tersebut dikarenakan beberapa fasilitas umum ditutup sehingga mempengaruhi individu tunawisma. Tunawisma mengalami permasalahan pada kondisi kesehatannya karena kurangnya akses pada fasilitas seperti fasilitas toilet agar dapat terjaga kebersihan para individu tunawisma.[2] Selain itu, kurangnya fasilitas pendukung lainnya menyebabkan terjadi permasalahan pada kesehatan mental individu tunawisma. Dampak pandemi COVID-19 terhadap tunawismaPandemi COVID-19 memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh individu tunawisma. Tunawisma semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pandemi COVID-19 berpengaruh pada keadaan ekonomi masyarakat sehingga menyebabkan lebih sedikitnya sumbangan yang diberikan kepada individu tunawisma. Sumbangan tersebut seperti sumbangan makanan dan sumbangan lain yang dibutuhkan.[3] Terjadinya isolasi dan jarak sosial pada masa pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental para tunawisma dikarenakan tidak adanya interaksi dan dukungan sosial. Tindakan untuk mengurangi dampak COVID-19 terhadap tunawismaTindakan untuk mengurangi dampak COVID-19 yang dirasakan oleh individu tunawisma yakni dengan menyediakan tempat penampungan untuk tunawisma.[4] Tempat penampungan yang digunakan oleh individu tunawisma tersebut tetap dengan memperhatikan jarak fisik antar individu tunawisma. Badan kesehatan, sosial, dan juga pemerintah berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kepada individu tunawisma agar mengurangi terdampaknya virus corona kepada individu tunawisma. Tindakan lainnya yaitu dalam program kesehatan dan sosial. Para badan kesehatan dan sosial membangun sebuah pendekatan khusus kepada individu tunawisma. Hal tersebut dikarenakan sebagian individu tunawisma tidak mengikuti saran untuk melakukan karantina. Sehingga dengan pendekatan tersebut, badan kesehatan maupun sosial dapat membujuk individu tunawisma untuk melakukan karantina karena risiko penularan virus corona lebih tinggi dan dapat menyebabkan kematian untuk individu tunawisma.[5] Referensi
|