Share to:

 

Desa Wisata Malasari

Desa Wisata Malasari
Desa Wisata Malasari di Indonesia
Desa Wisata Malasari
Jl. Resimen Mahawarman no.1 KM 17 Nanggung-Bogor 16650, Google Maps
Informasi
Lokasi Kecamatan Nanggung,
sekitar 30 km dari Cibinong
Ibu kota Kabupaten Bogor,
Jawa Barat
Negara  Indonesia
Koordinat 6°26′S 106°19′E / 6.43°S 106.31°E / -6.43; 106.31
Pemilik
Jenis objek wisata Wisata Alam
Agrowisata
Luas 8.262,22 Ha
Fasilitas Homestay & Gues House
Perkemahan

Desa Wisata Malasari[1] (aksara Sunda: ᮓᮦᮞ ᮝᮤᮞᮒ ᮙᮜᮞᮛᮤ) merupakan desa wisata dengan kombinasi lanskap geografis yang berpadu dengan sumber daya budaya, adat istiadat serta aktivitas masyarakat yang disajikan untuk kegiatan rekreasi atau liburan.

Bentang alam nan indah serta formasi vegetasi yang menutupi  kawasan konservasi sumber daya alam hutan Halimun menyimpan beragam flora dan fauna nya telah menampilkan keindahan dan keunikan tersendiri dengan berbagai karakternya.

Lanskap buatan berupa kebun teh Nirmala dan persawahan terasering yang ditata sedemikian rupa sehingga menampilkan pemandangan alam yang indah nan eksotis. Kondisi geografi dan fisik Desa Malasari yang dikelilingi oleh sungai Cikaniki dan Sungai Cidurian serta memiliki banyak air terjun dengan berbagi variasinya. Itulah Kekayaan alam yang menjadi daya dukung lingkungan permanen terhadap pariwisata[2] di Desa Wisata Malasari.

Potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis. Jenis anggota suku Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan penciri hutan hujan dataran rendah. Satwa penciri yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun salak yang menjadi daya tarik pariwisata adalah Owa Jawa, Macan Tutul, Elang Jawa serta Kukang.

Tradisi pertanian masyarakat dengan berbagai aktivitas pendukung kegiatan bercocok tanam masih terjaga dengan apik seperti adanya upacara seren taun serta sedekah bumi sebagai perlambang rasa syukur manusia terhadap Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui Bumi. Upacara yang dirayakan setiap tahunnya itu merupakan daya dukung tradisi masyarakat terhadap Pariwisata pada sektor budaya

Lainya banyak terdapat tempat bersejarah dan dianggap penting yang telah menjadi simbol-simbol berartinya Malasari dalam sejarah peradaban manusia pada masa lampau, seperti halnya Pendopo Bupati 1947 yang menjadi cikal bakal berdirinya Pemerintah Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat dan beberapa benda peninggalan yang cukup tua. Hal tersebut menjadi daya dukung warisan budaya sebagai pembangkit pariwisata DWM. Pesona keramahtamahan yang masih menjungjung tinggi nilai adat dan budaya merupakan salah satu asset terbesar dalam daya tarik wisata karena keramahtamahan adalah pesona

Logo
Desa Wisata Malasari
Pesona Malasari

Sebaran Potensi

Pengelolaan kepariwisataan[2] yang berprinsif pada Community Based Tourism[3] dengan pendekatan sebaran kampung dan sebaran objek wisata (ODTW) serta prinsip Manajemen Kolaborasi (co-Management) menjadi dasar dalam mengelola pariwisata Desa Wisata Malasari. Co-Management didasarkan karena wilayah Desa Wisata Malasari sebagian besarnya adalah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki luasan sebesar 6.470 Hektar (78%), kawasan Perkebunan Teh Nirmala Agung dengan luas 971,22 Hektar (11.8%) dan sisanya dimiliki oleh warga Desa Malasari.

Kampung ekowisata yang saat ini di fokuskan di ujung selatan Desa Malasari dengan daya dukung lingkungan permanen, fasilitas akomodasi dan sumberdaya manusia masyarakat kampung Citalahab merupakan bentuk kesiapan Desa Wisata Malasari guna mengusung pariwisata yang berprinsip pada Community Based Tourism[3] dan Co-Management.

Sebaran potensi Desa Wisata Malasari  merupakan kombinasi lansekap bentang  hutan Halimun, pesawahan terasering dan perkebunan Nirmala Agung, sumber daya budaya dan adat istiadat serta hasil buah karya masyarakat yang sebagian besarnya bekerja sebagai petani tradisional.

Ujung Utara

Terasering atau sengkedan merupakan bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng. Keunikan yang mengagumkan buah karya teknologi kearifan lokal yang dikelola secara apik dan rapih dengan sistem tradisional. Teknologi pertanian ini sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu di nusantara. di Desa Wisata Malasari, teknologi terasering membentuk pesona keindahan lanskap & perilaku pertanian yang diatur oleh sistem kearifan lokal. "Terasering menyimpan sejuta pesona hamparan sawah di tanah berundak yang terpahat tradisi dan mengisahkan selaksa makna serta kenangan".

Disebut kampung Nyuncung, karena pedusunan ini letaknya berada diujung utara Desa Malasari (nyuncung dalam dialek sunda berarti ujung). Mayoritas warganya kampung Nyuncung berprofesi sebagai petani, peternak & beberapa keluarga bermata pencaharian sebagai pengrajin seperti pembuat sapu awis (sapu yang terbuat dari bunga tanaman Amliso bergenus Thysanolaena, spesies maxima dari keluarga rumput-rumputan) & anyam-anyaman tradisional. Potensi wisata yang berada di kampung Nyuncung[4] adalah air terjun 7 tingkat yang dikenal curug[5] nyunclung lainnya adalah curug[5] Bajing, curug[5] Pasakan, lanskap persawahan terasering, camping ground & atraksi kebudayaan seperti upacara adat sedekah bumi serta seren taun.

Kampung kedua yang berada paling ujung barat laut Desa Wisata Malasari adalah kampung Cisangku yang memiliki potensi wisata curug[5] tujuh, camping ground dan setu[6] Cisangku. Setelahnya adalah Kampung Kramat Banteng  dan Kampung Sijagur yang dikelilingi oleh lansekap sawah terasering dan hutan Halimun, kedua kampung yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini memiliki jumlah penduduk berkisar antara 50-60 orang. Potensi wisata yang berada dikedua kampung ini adalah leuwi [7]Bombang, sawah terasering, lumpur hidup, tugu Pangeran Cakrabuana, Curug[5] Cisarua dan Curug[5] Citamiang.

Kampung Nyuncung Kampung Cisangku Kramat Banteng & Sijagur
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
Curug Nyuncung  7 tingkat 6° 40’ 125” S, 106° 32’ 94” E Curug Tujuh 6° 40’ 39” S, 106° 30’ 34” E Leuwi Bombang 6°41'38"S, 106°31'34"E
Curug Bajing 6° 40’   06” S, 106° 31’ 45” E Perkemahan Cisangku 6° 40’ 08” S, 106° 30’ 57” E Pesawahan Terasering 6° 41' 04" S, 106° 31' 28" E
Curug Pasakan 6° 40’  07” S, 106°  31’ 56” E Setu Cisangku 6° 40’ 30” S, 106° 31’ 56” E Lumpur Hidup 6° 41' 07" S, 106° 31' 28" E
Pesawahan & Agrowisata 6° 40’ 120” S, 106° 32’ 31” E Curug Citamiang 6° 41' 07" S, 106° 31' 12" E
Perkemahan Nyuncung 6° 40’ 130” S, 106° 31’ 98” E Curug Cisarua 6° 40' 39" S, 106° 31' 02" E

Ujung Selatan

Citalahab merupakan dua perkampungan yang berada di ujung selatan yaitu Citalahab Sentral dan Citalahab kampung, berpenduduk 110 jiwa yang sebagian besarnya berprofesi sebagai pemandu wisata. Citalahab Sentral merupakan wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sejak tahun 1997 oleh TNGHS. Potensi wisata yang berada dalam kawasan Citalahab adalah Jembatan Tajuk,[8] jalur hiking, stasiun pengamatan Cikaniki Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine., perkemahan, Curug[5] Macan, Homestay & Guest House.

Disebelah utara Citalahab terdapat Kampung Garung, dihuni oleh sekitar 50an jiwa yang sebagian pemudanya berprofesi sebagai tour guide jika ada pengunjung berwisata ke curug Walet. Curug Walet merupakan satu-satunya objek daya tarik wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan, Sebelah barat Citalahab terdapat Kampung Malani. Kampung ini berada dalam kawasan enclave perkebunan teh Nirmala Agung, didirikan sejak sejak zamam Belanda. Potensi objek wisata yang terdapat disekitar kampung Malani adalah curug Kecapi, rumah tokyo dan Viewing point perkebunan Nirmala Agung. Kampung Pasir Banteng berada dalam kawasan Nirmala Agung, disekitar kampung terdapat Training Center Sinar Mas dan perkebunan bunga mawar. Potensi wisata yang berada dalam kawasan ini adalah curug Cikeris 1 dan 2, spot jamur menyala Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine. (supalumar), setu Nirmala, Viewing spot kebun teh dan homestay pasir Banteng.

Kampung Citalahab Kampung Garung Pasir Banteng
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
Curug Macan 6° 40' 46" S, 106° 31' 16" E Curug Walet 6º 42’ 26” S, 106º 32’ 44” E Curug Cikeris - 1 6º 44' 13" S, 106º 30' 07" E
Jembatan Tajuk / Canopy Trail 6° 44' 41" S, 106° 32' 15" E Sungai Cikaniki 6º 42’ 53” S, 106º 32’ 28” E Curug Cikeris - 2 6º 44' 13" S, 106º 30' 00" E
Cikaniki Research Center 6° 44' 47" S, 106° 32' 16" E Spot Jamur Supalumar 6º 43' 95" S, 106º 29' 97" E
Perkemahan Citalahab 6.44'23"S, 106.31'51"E Setu Nirmala 6º 43' 85" S, 106º 30' 38" E

Kampoeng Sedjarah

Kampung Malasari dikelilingi oleh persawahan dengan sistem terasering dan berlatar berbagai tipe hutan. Pada saat ini kampung Malasari merupakan pusat pemerintahan Desa yang sebelumnnya pada tahun 1947 menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor pertama dengan Bupatinya Ipik Gandamana. dikampung ini terdapat Pendopo Boepati 1947, Curug Sawer, makam leluhur, Persawahan terasiring dan kegiatan-kegiatan budaya seperti perayaan seren taun dan sedekah bumi.

Kampung Kopo yang berada sebelah timur kampung Malasari merupakan salah satu kampung tua, dihuni sekitar 250 kepala keluarga. Dikampung ini beberapa aturan adat masih kental dilaksanakam dan ditaati oleh seluruh warganya seperti  pelarangan memotong padi pada hari Jum’at dan mencangkul pada hari Minggu. Sebaran potensi wisata yang berada dalam kawasan kampung ini adalah wisata alam dan budaya seperti aliran sungai yang menuju ke curug Walet, lanskap sawah tersering yang sangat indah, kesenian calung dan pencak silat serta kerajinan gula aren, dodol, anyam-anyaman bambu atupun rotan

Kampung Kopo Kampung Malasari
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
Sungai 6° 40' 51" S, 106° 32" 27" E Curug Sawer 6° 41’ 48” S, 106° 30’ 40” E
Pesawahan Kopo 6° 40' 52" S, 106° 32' 47" E Pendopo Bupati 1947 6° 40’ 09” S, 106° 31’ 48” E
Pesawahan Terasering Malasari 6° 40’ 70” S, 106° 31’ 11” E

Wilayah Tengah

Nama ‘Hanjawar’ diambil dari nama sebuah nama pohon sejenis palem-paleman yang dahulunya banyak tumbuh disekitar tempat tersebut. Penduduk Hanjawar masih kental dengan nilai-nilai tradisi dan kepercayaan leluhur,  berbagai macam aturan adat masih kental dilaksanakan dan ditaati seperti upacara sedekah bumi dengan cara memendam nasi serta lauk pauk nya kedalam tanah sebagai bentuk rasa syukur kepada alam.

Potensi wisata yang terdapat di kampung Hanjawar yaitu Curug Pi'it Diarsipkan 2015-12-22 di Wayback Machine. yang memiliki curahan air setinggi +75 meter[9] serta hamparan sawah berundak yang dihiasi bebatuan besar mengelilingi perkampungan. Bagi warga Hanjawar Membuat boboko dan berkerajinan dari material bambu dan rotan dilakukan sebagai aktivitas selingan setelah mengerjakan rutinitas

Kampung Malani Kampung Hanjawar Kampung Ciwalen
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
ODTW
Koordinat
Curug Kacapi 6° 43’ 05” S, 106° 30’ 07” E Curug Pi'it 6°42’36”S, 106°32'04”E Perkemahan Ciwalen 6°70'28"S, 106°52'34"E
Dusun Malani 6° 43’ 25” S, 106° 30’ 39” E Pesawahan Hanjawar 6° 42’ 46" S, 106° 31’ 56” E
Perkebunan teh Nirmala Agung 6° 43’ 56” S, 106° 30’ 65” E 6° 42’ 44” S, 106° 31’ 56” E

Kegiatan Wisata & kreatif

Aneka kerajinan anyaman berbahan bambu dan rotan awalnya diperuntukan guna pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti  epok atau endul, boboko, nyiru, hasepen, hihid, kempis,caping, dudukui. lainnya adalah produk bambu yang digunakan berkesenian seperti angklung, suling, kohkol, karinding. saat ini Kerajinan tradisional tersebut sudah menjadi komoditas pariwisata yang dikelola oleh kelompok usaha warga, kegiatan pembuatan Gula Aren, memanen Madu hutan, membuat teh giles, sapu awis (sapu yang terbuat dari bunga tanaman Amliso bergenus Thysanolaena, spesies maxima dari keluarga rumput-rumputan) dan membuat kerajinan berbahan material bambu atau rotan kerap dipadu padankan dalam sebuah kegiatan wisata berbentuk interaksi

Produk madu hutan yang dihasilkan kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) Desa Wisata Malasari diberi nama Sarimadu Halimun sementara gula aren memiliki merek dagang Sarinira dengan dua bentuk produk turunannya yaitu Sarinira cair dan Sarinira gandu, lainnya adalah produk Sariteh dan kopi.
Kriya etnik yang dihasilkan warga mengikuti watak serta adab kehidupan dalam masyarakat serta lingkungan alam tempat masyarakat tinggal. Jenis serta pembuatan karya kerajinan tradisional dihasilkan dari bahan serta alat yang tersedia di Desa Wisata Malasari.

Kp. Citalahab Kp. Malasari Kp. Nyuncung Kp. Cisangku
Anyaman bambu Gula Aren Gula Aren Sapu awis
Sapu Awis Sapu Awis Sapu Awis Anyaman bambu & rotan
Ukiran kayu Anyaman Rotan Anyaman bambu
Madu Hutan

Halimun Lembur Experience

Lebih populer dengan sebutan hale, merupakan rangkaian wisata edukasi, di mana wisatawan  turut berinteraksi secara langsung dalam aktivitas keseharian penduduk sunda Malasari seperti  berkesenian, bertani & berkerajinan. Wisata ini bertujuan untuk menambah wawasan lingkungan dan pengetahuan dalam suasana pedesaan yang tergambar dalam sistem adat istiadat, pola kebudayaan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat desa yang agraris. Halimun Lembur Experience adalah suatu kegiatan wisata untuk mendapatkan pengetahuan dan atau keterampilan yang dihasilkan dari partisipasi dan interaksi secara langsung antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam sebuah peristiwa atau kegiatan bertani, berkerajinan dan berkesenian yang dilakukan di kawasan hutan Halimun

Halimun Adventure Journey

Lebih populer dengan sebutan hajo, merupakan sebuah rangkaian kegiatan perjalanan petualangan di alam bebas yang diikuti proses pengkayaan pengetahuan secara learning maupun enriching.  Program wisata ini berpijak pada metode adventure learning  based di mana aktivitas fisik, olah emosi dan pikir mendominasi setiap sesi pada alur kegiatan journey. Aktivitas hajo lebih memampaatkan potensi sumber daya dukung permanen dan buatan seperti hutan Halimun, persawahan dan perkebunan teh Nirmala Agung.

Halimun Adventure Journey adalah tindakan perjalanan berpetualang dan atau berwisata yang dilakukan di kawasan hutan Halimun guna menikmati keindahan bentang alam dan atau atraksi wisata alam dengan segala fenomena estetika yang unik dan sifatnya menarik serta tidak biasa.

Kebudayaan

Seren Taun

Upacara seren taun kasepuhan Malasari tahun caka1952 / 1437 H

Seren dalam terminologi sunda berarti seserahan yang artinya menyerahkan sesuatu dan taun dalam dialek sunda berarti tahun. Seren taun di dalamnya terdapat prosesi seren bebenangan atau serah terima hasil panen. Seren taun dapat dimaknai sebagai upacara penyerahan hasil panen berupa padi dan hasil pertania40n lainnya selama setahun serta memohon berkah Tuhan yang maha Kuasa  yang telah memberi kesuburan atas hasil panen yang melimpah dan berharap hasil panen tahun mendatang akan lebih meningkat,  seren taun juga dapat dimaknakan sebagai upaya syukur sebuah komunitas kasepuhan[10]  atas kehidupan dengan segala karunia nikmat dalam rahmat Nya pada setiap pergantian tahun atau pabaru.[11]

Sebagaimana umumnya masyarakat agraris yang masih menganut tradisi adat, memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan pada tanaman dan ternak serta menghargai dan menghormatinya merupakan dasar pijakan masyarakat kasepuhan[10] Malasari dalam mengembangkan pertanian. Seren taun merupakan puncak aktivitas pertanian karena salah satu kegiatannya adalah  seren bebenangan dalam heleran budaya seren taun guru bumi.

Sebagai manifestasi luapan rasa syukur atas segala berkah yang diterima, serta diiringi permohonan agar dimasa yang akan datang hasil panen akan lebih melimpah lagi. Seren taun yang menggelarkan berbagai aneka budaya dan kesenian adat dan rangkaian harapan bermakna syukur kepada Tuhan yang maha kuasa itu dikukuhkan melalui pembacaan doa yang disampaikan oleh tetua adat (abah Odon) dalam prosesi ritual adat kasepuhan yang sakral dan penuh khidmat.

Kegiatan adat  seren taun  setiap tahunnya dilaksanakan pada Jumat pertama di bulan Muharam. Pada tahun # 2015 Masehi  atau 1952 tahun Candra kala (Caka Sunda), perayaan yang bertemakan "Nyoreang alam katukang, nyawang mangsa anu bakal datang" dilaksanakan pada tanggal 3 -5  Muharam 1437 H atau 16 - 18 Oktober 2015 M, sementara tahun baru caka 1952 jatuh pada hari senin # 21 September 2015 M.

Keanekaragaman Hayati

Tutupan Desa Wisata Malasari

Dunia Flora

Dengan ketinggian 900 - 1250 Mpdl  serta curah hujan  mencapai 1000–2000 mm/tahun,  Desa Wisata Malasari berada dalam pegunungan bawah sub montana.  Disini dapat dijumpai pohon-pohon yang memiliki tinggi hingga 40 meter dengan diameter mencapai 120 cm.  Selain pohon rasamala (Altingia excelsa) yang mendominasi  tutupan,  jenis pepohonan yang dapat dijumpai sangat beragam, seperti puspa (Schima wallichii), pasang (Quercus gemelliflora), suren, Saninten (Castanopsis argentea), beunying, mara, kileho (Saurauia pendula), cempaka, cangkuang, kiramogiling (Trevesia sundaica), kimerak (Weinmannia blumei), cengkih serta jenis lainnya seperti tepus, paku munding, seuseureuhan, pisang kole, ips kulit, rotan dan masih banyak lagi jenis lainnya, baik dari jenis pohon sampai dengan herba. Di Cikaniki juga terdapat plot tanaman obat dan hias. Ada sekitar 75 jenis anggrek dan beberapa di antaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, B.angustifolium, Cymbidium ensifolium, Dendrobium macrophyllum.

Dengan daerahnya yang lembab dan basah, Desa Wisata Malasari menjadi habitat  subur tumbuhnya berbagai macam jenis lumut dan jamur. Jika malam hari disekitar  Cikaniki dan pasir banteng dapat melihat jamur yang nyalanya menghiasi bagian hutan, itulah jamur supalumar.

Selain tipe ekosistem heterogen, Desa Wisata Malasari memiliki sebaran jenis vegetasi homogen yaitu tanaman teh yang terdapat di dalam enclave Perkebunan Nirmala Agung

burung elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan satwa penciri di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Dunia Fauna

Desa Wisata Malasari yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai kawasan Hutan Hujan Tropis terluas di Pulau Jawa merupakan habitat alami keanekaragaman dunia fauna. Jenis satwa yang menjadi spesies kunci dan satwa penciri Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah owa jawa (Hylobates moloch),  Macan tutul (Panthera pardus melas), burung elang jawa (Nisaetus bartelsi),  Kukang. Lainnya adalah surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang, babi hutan (Sus scrofa), sigung (Mydaus javanensis), elang ular (Spilornis cheela) dan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) serta jenis burung lainnya seperti burung raja udang, tekukur dan burung  Ciung-mungkal Jawa (Cochoa azurea). Species burung endemik dan migran di antaranya adalah endemik di Jawa dengan sebaran terbatas dan langka. Disini juga dapat ditemukan species kupu-kupu, capung dan reptil.

Referensi

  1. ^ Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. ( Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata BudayaYogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3) Village Tourism, where small group of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local enviroment. ( Edward Inskeep, tourism Planning an Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 )
  2. ^ a b Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009; Tentang Kepariwisataan Diarsipkan 2016-03-06 di Wayback Machine.)
  3. ^ a b Community Based Tourism (CBT) merupakan suatu pendekat an pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan politis melalaui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal; (Nicole Hausler); adalah bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pengembangan  pariwisata; (Nicole Hausler: 2005; Tourism Forum International); adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pari wisata yang berkelanjutan. Suansri (2003:14); merupakan pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas, untuk komunitas. Anstrand (2006:14); merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata. (Nugroho, 2011); merupakan  integrasi dan kolaborasi  antara pendekatan dan alat (tool) untuk pemberdayaan ekonomi komunitas, melalui assessment, pengembangan dan pemasaran sumber daya alam dan sumber daya budaya komunitas.  Pantin dan Francis (2005:2); adalah pengembangan pariwisata yang mensyaratkan adanya akses, partisipasi, control dan manfaat bagi komunitas dalam aspek  ekonomi, social, budaya, politik dan lingkungan. Demartoto dan Sugiarti (2009:19).
  4. ^ Nyuncung dalam dialek sunda berarti ujung
  5. ^ a b c d e f g Curug dalam bahasa sunda yang berarti Air terjun
  6. ^ Setu dalam bahasa sunda yang berarti Danau
  7. ^ Leuwi dalam bahasa Sunda yang berarti lubuk
  8. ^ Jembatan Tajuk lebih populer dengan sebutan canopy bridge, loop trail atau canopy walkway
  9. ^ Sumber: Desain Tapak pengelolaan Pariwisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2012 hal 80
  10. ^ a b kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi sebelah barat hingga ke Kabupaten Lebak, dan ke utara hingga ke Kabupaten Bogor. Kasepuhan (Sd. sepuh, tua) menunjuk pada adat istiadat lama yang masih dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.
  11. ^ Pabaru dalam bahasa sunda berarti pergantian tahun baru candra kala di penanggalan sunda

Pranala luar

Galeri

Catatan kaki

Kembali kehalaman sebelumnya