Fatima Meer
Fatima Meer 12 Agustus 1928 – 12 Maret 2010 adalah seorang penulis, akademisi, penulis skenario dan aktivis antiapartheid terkemuka. Kehidupan awalFatima Meer lahir di Grey Street, Durban, Afrika Selatan. Dia merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Moosa Ismail Meer adalah seorang editor koran The Indian Views yang berkontribusi menanamkan kesadaran diskriminasi rasial yang terjadi di negaranya. Ibunya, Rachel Farrell merupakan istri kedua dan merupakan yatim piatu yang berasal dari keturunan portugis dan Yahudi. Dia pindah agama menjadi Agama Islam dan merubah namanya menjadi Amina.[1][2] Ketika dia berusia 16 tahun pada tahun 1944, dia membantu mengumpulkan 1000 Poundsterling untuk bantuan kelaparan di Benggala, India.[3] Dia menyelesaikan sekolah di Sekolah Menengah Atas Perempuan Orang India Durban. Saat dia masih bersekolah, dia memobilisasi para siswa untuk mendirikan komite perlawanan pasif siswa yang berfungsi mengumpulkan dana untuk Kampanye Perlawanan Pasif yang dilakukan oleh Komunitas Orang India dari tahun 1946 sampai 1948. Komite inilah yang mempertemukannya dengan Yusuf Dadoo, Monty Naicker dan Kesaveloo Goonam. Kemudian, dia mengambil studi di Universitas Witwatersrand selama satu tahun di mana dia menjadi anggota dari kelompok Trotskisme yang berafiliasi dengan Gerakan Persatuan Non-Eropa (NEUM).[4][5] Dia mengambil studi di Universitas Natal dan menyelesaikan Sarjana Sosiologi dan Magister Sosiologi.[6] Aktivitas PolitikMeer dan Kesaveloo Goonam menjadi wanita pertama yang dipilih sebagai eksekutif dari Kongres Orang India Natal (NIC) pada tahun 1950. Dia membantu mendirikan Liga Wanita Distrik dan Durban pada tanggal 4 oktober 1952 yang beranggotakan 70 wanita. Organisasi ini didirikan sebagai solusi atas kerusuhan rasial yang terjadi antara Ras Afrika dan Ras India pada tahun 1949 yang bertujuan untuk membangun aliansi diantara mereka.[5] Bertha Mkhize menjadi ketua dan Meer menjadi sekretaris dari liga tersebut. Liga ini melakukan aktivitas, seperti melaksanakan Crèche dan mendistribusikan susu di Cato Manor. Liga ini juga mengumpulkan dana bantuan untuk korban yang kehilangan tempat tinggal akibat tornado di Springs dan berhasil mengumpulkan 4000 pound sterling untuk korban banjir di Danau Sea Cow.[7] Setelah Partai Nasional berkuasa pada tahun 1948 dan mulai menerapkan kebijakan apartheid. Aktivisme Meer meningkat dan dia pun dicekal aktivitasnya pada tahun 1952 selama 3 tahun.[8] Dia merupakan salah satu pendiri dari Federasi Wanita Afrika Selatan (FEDSAW) yang diresmikan pada tanggal 17 April 1954 di Aula Perdagangan di Jalan Rissik , tengah kota Johannesburg yang menjadi pucuk pergerakan bersejarah pawai wanita yang dilaksanakan di Gedung Serikat, Pretoria pada tanggal 9 Agustus 1956. Dia menjadi salah satu pimpinan di dalam pawai.[9] Pada tahun yang sama, dia mendirikan komite yang mengumpulkan dana sebagai jaminan dan membantu keluarga para pimpinan politik yang disidang dalam pengadilan pengkhianatan.[5] Pada dekade 1960an, dia melaksanakan jaga malam untuk memprotes penangkapan masal terhadap aktivis antiapartheid tanpa pengadilan di luar penjara Durban. Fatima Meer kembali melakukan jaga malam selama satu minggu penuh bersama Susila Gandhi di tempat tinggal Gandhi di Phoenix.[10] Selama dekade 1970an, dia mulai menganut Ideologi Kesadaran Kulit hitam bersama Organisasi Mahasiswa Afrika Selatan (SASO) yang dipimpin oleh Steve Biko.[2] Pada tahun 1975, Fatima meer mendirikan Federasi Wanita Kulit Hitam (BWF) bersama Winnie Mandela. Meer menjadi presiden pertama dari organisasi tersebut.[11] Setahun kemudian, dia dicekal aktivitasnya kembali selama 5 tahun. Perintah pencekalannya dikeluarkan setelah kehadirannya pada pertemuan Program Studi Kulit Hitam di mana dia menjadi pembicara kunci di dalam pidatonya berjudul "Twenty-Five Years of Apartheid Rule".[5] Pada bulan Juni 1976, setelah Pemberontakan Soweto, 11 perempuan yang menjadi anggota dari BWF dipenjara dan ditahan di seksi 6 di bawah Undang-Undang Terorisme. Mereka diletakkan di dalam ruang isolasi di penjara Fort.[12] Dia selamat dari percobaan pembuhunhan tidak lama setelah pembebasannya dari tahanan pada tahun 1977, ketika dia ditembak di rumahnya di Durban. Dia kembali diserang dan dia menyalahkan serangan tersebut kepada Gerakan Kesadaran Kulit Hitam dan Partai Kebebasan Inkatha.[13] Selama dekade 1980an, Meer mendirikan Komite Kordinasi Kulit hitam (Orang India, Orang Kulit Berwarna, Orang Afrika) untuk Organisasi Pembayar Pajak yang melawan ketidak adilan yang terjadi kota yang ditempati orang kulit hitam yang dilakukan oleh Pejabat Kota Durban.[5] Dia menolak penawaran kursi parlemen karena preferensi terhadap pekerjaan di luar pemerintahan.[14] Pada bulan Mei 1999, Fatima mendirikan Kelompok Masyarakat Gelisa [CCG] untuk mengajak orang-orang India untuk tidak memilih partai kulit putih di pemilihan selanjutnya.[2] Dia merupakan pendukung kuat dari Revolusi Iran dan memboikot kedatangan Salman Rushdie ke Afrika selatan pada tahun 1998.[13] Dia juga terlibat dalam protes melawan opresi dan penyerangan terhadap rakyat Palestina dan invasi Amerika Serikat terhadap Afghanistan. Dia merupakan penyokong dan pendiri dari Jubilee 2000 yang melakukan kampanye penghapusan utang Dunia ketiga.[15] Kegiatan amalDia menerbitkan bukunya berjudul Portrait of Indian South Africans pada tahun 1969 dan mendonasikan semua pendapatan dari penjualan ke tempat tinggal Gandhi untuk membangun klinik dan museum Gandhi.[16] Dia membantu operasi bantuan terhadap 10 000 korban banjir di Tin Town yang berlokasi di tepi sungai Umgeni. Meer menyediakan tenda sebagai tempat tinggal sementara dan menyiapkan makanan darurat serta pakaian. Kemudian, dia berhasil menegosiasikan tempat tinggal tetap untuk para korban di Phoenix Meer juga mendirikan Natal Education Trust yang mengumpulkan dana dari komunitas orang India untuk membangun sekolah di Umlazi, Port Shepstone dan Inanda.[5] Dia mendirikan Kolese Pelatihan Tembalishe di tempat tinggal Gandhi di Phoenix yang mengajarkan orang kulit hitam kepaniteraan pada tahun 1979. Pusat kerajinan juga dibangun disini yang mengajarkan cetak saring, menjahit, membordir dan menenun untuk para pengangguran. Kedua tempat tersembut ditutup pada tahun 1982 seiirng penangkapan Fatima karena melanggar pencekalannya akibat mengawas pekerjaan di luar daerah Durban.[17] Selama dekade 1980an, dia telah memberikan beasiswa untuk 10 mahasiswa untuk belajar di Amerika Serikat serta membantu "Save Our Homes Commitee" yang didirikan oleh Komunitas Orang Kulit Berwarna Sparks Estate untuk mencari keadilan karena diancam diambil rumahnya oleh pemerintah Kota Durban. Mereka berhasil mendapatkan kompesasi dari kegiatan tersebut.[5] Melalui kerja sama dengan Indira Gandhi, dia berhasil memberikan beasiswa kepada mahasiswa Afrika Selatan untuk mengambil studi kedokteran dan ilmu politik di India.[2] Institusi Penelitian Kulit HItam (IBR) melakukan program pelatihan untuk meningkatkan rata-rata kelulusan matrikulasi dan mendirikan Sekolah Menengah Atas Phambili pada tahun 1986 untuk murid dari Orang Afrika.[15] Pada tahun 1992, Fatima Meer mendirikan Kelompok Lingkungan Clare Estate sebagai respon terhadap kebutuhan penghuni gubuk dan imigran pedesaan yang tidak mempunyai hak tinggal di wilayah perkotaan dan membutuhkan air bersih, sanitasi dan tempat tinggal yang layak.[18] Proyek Sekolah Khanyisa didirikan pada tahun 1993 sebagai sekolah persiapan untuk anak-anak Afrika yang tidak berkecukupan sebelum memasuki sekolah formal. Dia juga mendirikan Pusat Pelatihan Perempuan Khanya pada tahun 1996 yang mengajarkan 150 perempuan kulit hitam membuat pola, menjahit, literasi dan manajemen bisnis.[19] Kegiatan akademis dan menulisMeer menjabat sebagai dosen sosiologi dan staf di Universitas Natal dari tahun 1956 sampai 1988. Dia menjadi orang pertama yang tidak berasal dari ras kulit putih yang memegang jabatan tersebut.[8] Dia juga menjadi profesor tamu di beberapa universitas diluar negeri serta menjadi seorang fellow dari London School of Economics. Dia menerima tiga gelar kehormatan doktoral. Pertama, dalam bidang filsafat dari Kolese Swarthmore (1984) dan juga Humaniora dari Kolese Bennet (1994). Kemudian, dia menerima Gelar kehormatan doktoral di bidang ilmu sosial dari Universitas Natal di Afrika Selatan (1998).[13][20] Dia mendirikan IBR yang menjadi institusi pendidikan dan penelitian serta organisasi nirlaba di bidang pendidikan pada tahun 1972.[18] KaryaBuku
Tayangan Televisi
Penghargaan
Kematian dan pengaruhFatima Meer meninggal di Rumah Sakit St. Augustine di Durban pada tanggal 12 Maret 2010 pada usia 81 tahun karena strok.[13] Biografi tentang Fatima Meer berjudul Voices of Liberation yang ditulis oleh Shireen Hassim diterbitkan pada tahun 2019.[26] Gambar dan lukisannya dipamerkan di Constitutional Hill sejak Agustus 2017.[27] Referensi
|