Filipe de Brito e Nicote
Filipe de Brito e Nicote alias Nga Zinga (bahasa Burma: ငဇင်ကာ, diucapkan [ŋə zɪ̀ɴkà]; ca. 1566 - April 1613) adalah seorang petualang dan tentara bayaran Portugis di Rakhine (Arakan). Riwayat hidupFilipe de Brito e Nicote lahir di Lisboa, Portugal. Ayahnya berkebangsaan Prancis. Ia pertama kali berlayar ke Asia Tenggara dengan bekerja sebagai seorang bujang kapal. Ia mengabdi kepada Min Razagyi, Raja Arakan, dan menjadi gubernur Thanlyin (Siriam) pada 1599, membawahi 3 kapal pergata dan 3000 prajurit. Ia mengundang orang-orang Portugis untuk bermukim di Siriam dan mendirikan benteng-benteng pertahanan. Ia kelak berhasil merebut kekuasaan dan menyatakan kemerdekaannya dari Arakan. Ketika diserang Taungu dan Arakan, ia berhasil meringkus Min Khamaung, Putra Mahkota Arakan, yang disanderanya sampai Kerajaan Birma menganugerahinya kemerdekaan dari penguasa-penguasa pribumi pada 1603. De Brito kemudian menikahi anak perempuan Bannya Dala, Raja Muda Martaban, dan menjadi bawahan Siam.[1] Pada tahun berikutnya, ia berangkat ke Goa untuk mendapatkan pengakuan resmi, dan kembali ke Siriam pada 1602 dengan anugerah gelar "Hulubalang Siriam", "Panglima Penaklukan Pegu", dan "Raja Pegu" dari pihak istana Portugal. Ekathotsarot memobilisasi Bannya Dala dan de Brito untuk membantu Taungu ketika diserang Kerajaan Ava dan sesudah Natshinnaung mengajukan permintaan untuk menjadi bawahan Siam. Akan tetapi sebelum mereka tiba, Taungu sudah menyatakan diri takluk kepada Raja Ava. Bannya Dala dan de Brito kemudian membumihanguskan Taungu dan membawa pulang harta benda serta warga Taungu yang tersisa, termasuk rajanya, Natshinnaung, ke Siriam. De Brito memanfaatkan kesempatan itu untuk "menyita alat-alat upacara Agama Buddha" dan "melakukan tindakan penistaan sampai pada taraf merusak citra-citra Sang Buddha, tempat-tempat suci, dan pagoda-pagoda."[1] Pada 1613, Siriam dikepung oleh bala tentara Birma yang dikerahkan Anaukpetlun. Setelah kota itu ditaklukkan pada April 1613, de Brito dihukum mati bersama-sama dengan Natshinnaung. Filipe de Brito dijatuhi hukuman sula; ia tewas setelah tiga hari disula.[2] Lebih dari 400 orang Portugis digiring ke Ava sebagai tawanan perang.[1] Rujukan
Pranala luar
|