Film hilangFilm yang hilang (Inggris: lost film) adalah kondisi di mana sebuah film yang diketahui sejarahnya namun sudah tidak dapat ditemukan dokumen, salinan, atau koleksi pribadi, maupun dokumen publik. Perpustakaan Kongres Amerika Serikat merupakan salah satu lembaga yang mengalami kehilangan jejak pada banyak film.[1] Situasi kondisiSelama abad ke-20, undang-undang hak cipta Amerika Serikat mengharuskan setidaknya satu salinan dari setiap film Amerika Serikat untuk disimpan di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat pada saat pendaftaran hak cipta, tetapi Pustakawan Kongres tidak diharuskan untuk menyimpan salinan tersebut; "Berdasarkan ketentuan undang-undang tanggal 4 Maret 1909, kewenangan dibalikkan kembali kepada penggugat atas hak cipta penyimpanan tersebut, seperti hak cipta atas hak cipta penyimpanan tidak diwajibkan pada Perpustakaan."[2][2] Sebuah laporan yang dibuat oleh sejarawan film dan arsiparis Library of Congress David Pierce mengklaim:
Film suara dari Amerika yang dibuat pada tahun 1927 hingga 1950, diperkirakan setengahnya telah hilang.[5] Frasa "film hilang" juga dapat digunakan dalam arti harfiah untuk contoh-contoh seperti cuplikan adegan yang dihapus, tidak diedit, atau versi alternatif dari film utama/panjang yang telah dibuat, tetapi tidak lagi dapat dipertanggungjawabkan. Terkadang, salinan film yang hilang ditemukan kembali. Sebuah film yang belum pulih seluruhnya disebut film yang hilang sebagian. Misalnya, film tahun 1922 yang berjudul Sherlock Holmes akhirnya ditemukan dengan beberapa cuplikan aslinya yang hilang.[6] Foto stillKebanyakan studio film, secara rutin, membuat stil fotografi dengan format kamera lebar, menggunakan kaca negatif, yang memiliki tugas selama proses produksi dalam mengambil gambar untuk kepentingan publikasi.[7] Cetakan kualitas tinggi yang dihasilkan di kertas foto – beberapa diproduksi secara kuantitas untuk dipajang di gedung bioskop serta beberapa lainnya didistribusikan ke surat kabar dan majalah – telah dipertahankan citranya dari berbagai film yang hilang. Dalam beberapa kasus seperti dalam film London After Midnight, upaya mempertahankannya lebih mahal daripada harga film yang hilang itu sendiri, tetapi film tersebut dapat dipulihkan lagi melalui adegan per adegan dari stil fotografi. Still foto telah digunakan dalam upaya untuk mengambalikan bagian yang hilang,[8] seperti contoh still film bergambar Gloria Swanson dalam merestorasi film Sadie Thompson (1928). Alasan hilangnya filmKebanyakan film yang hilang berasal dari era film bisu dan era film suara, sejak sekitar tahun 1894 sampai dengan 1930.[9] Martin Scorsese's Film Foundation memperkirakan bahwa lebih dari 90% dari film Amerika Serikat yang diproduksi sebelum tahun 1929 diprediksikan telah hilang[10] dan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat memperkirakan 75 pesen film bisu sudah tidak dapat ditemukan lagi.[11] Penyebab terbesar hilangnya film tersebut karena penghancuran yang disengaja, film bisu pada saat itu dianggap sangat sedikit dan bahkan tidak memiliki nilai komersial setelah dimulainya film suara pada tahun 1930. Pengamat dan pemelihara film Robert A. Harris mengatakan, "Kebanyakan film mula-mula tidak dapat bertahan karena dijual secara borongan oleh studio. Tidak ada upaya yang terpikirkan untuk mempertahankan dan menyimpan film-film tersebut. Mereka cuma memerlukan lemari besi dan alat-alat mahal untuk rumah produksinya".[12] Sementara itu, studio bisa mendapatkan uang dengan mendaur ulang film untuk untuk mendapatkan kadar perak. Banyak negatif film dari Technicolor dua warna dari tahun 1920-an dan 1930-an yang dibuang ketika studio menolak untuk memperbaharui filmnya, ada pula negatif film dengan teknik Technicolor masih dipertahankan di brankas. Beberapa cetakan tersebut dijual ke penjual barang bekas dan akhirnya dipotong menjadi segmen-segmen yang lebih pendek yang dimainkan dengan hand-cranked 35mm movie projectors, kemudian dijual sebagai mainan untuk menampilkan adegan singkat dari film-film Hollywood yang dapat diakses dirumah. Dalam beberapa kasus, perusakan sifatnya dilakukan secara proaktif. Seperti halnya dalam kasus peristiwa bintang film bisu Roscoe "Fatty" Arbuckle dan persidangannya (yang berakhir dengan vonis bebas tidak bersalah) atas tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan aktris Virginia Rappe pada tahun 1921. Nama Roscoe "Fatty" Arbuckle menjadi sangat beracun dan rusak sehingga studio-studio pun terlibat dalam program penghancuran film-film tertentu yang dia sutradarai dan dia bintangi.[13] Banyak pula film hilang pada masa awal era perfilman dikarenakan nitrat film yang digunakan di hampir semua film negatif ukuran 35 mm yang dibuat sebelum tahun 1952 sangat mudah terbakar. Ketika kondisi nitrat film memburuk, maka film-film itu tidak layak simpan, film nitrat bahkan dapat tiba-tiba terbakar, kebakaran tersebut dapat merusak seluruh arsip film. Sebagai contoh, kebakaran lemari besi penympanan pada tahun 1937 merusak semua film negatif dari film Fox Pictures sebelum tahun 1935.[14] Kebakaran serupa terjadi pada lemari besi milik MGM pada tahun 1965 menyebabkan hilangnya ratusan film bisu dan film suara. Stok film berbasis nitrat sendiri (nitroselulosa), secara kimiwai tidak stabil, dan dalam jangka waktu yang lama, dapat mengalami kerusakan dan membentuk suatu gumpalan yang lengket atau berubah menjadi bubuk seperti bubuk mesiu.[15] Proses kimiawinya sangat tidak dapat diprediksi: beberapa film nitrat pada tahun 1890-an masih cukup bagus kondisinya sampai sekarang, sementara beberapa film nitrat setelah tahun itu telah dibuang ketika telah berusia dua puluh tahun. Faktor lain yang menjadi penyebab adalah lingkungan di mana film tersebut disimpan. Kondisi ideal suhu ruangan, kelembaban rendah, dan ventilasi yang memadai dapat melestarikan film nitrat selama berabad-abad, tetapi dalam prakteknya kondisi penyimpanan yang biasanya jauh dari kondisi ideal. Ketika sebuah film berbasis film nitrat dikatakan telah "diawetkan", hampir berarti bahwa telah disalin ke dalam bentuk film dengan basis yang lebih aman (cellulose acetate film), atau dengan metode yang lebih baru seperti didigitalisasi, kedua metode menurunkan kualitas film.[butuh rujukan] Eastman Kodak memperkenalkan stok film 35mm yang tidak mudah terbakar pada musim semi tahun 1909. Namun, plasticizer yang digunakan untuk menciptakan fleksibelitas pada stok film menguap terlalu cepat, membuat stok film menjadi kering dan rapuh, menyebabkan splices mudah terbelah dan terperforasi hingga menjadi robek. Pada tahun 1911, studio film besar di Amerika kembali menggunakan stok nitrat.[16] Pengunaan "stok film yang aman (cellulose acetate film)" menurunkannya ke format sub-35 mm seperti 16mm dan 8mm, hingga pembenahan terus dilakukan hingga akhir 1940-an. Beberapa film suara sebelum tahun 1931 diproduksi oleh Warner Bros. dan First National Pictures telah hilang sebab mereka menggunakan sistem Vitaphone (sound-on-disc) dengan soundtrack terpisah pada piringan hitam khusus. Beberapa piringan soundtrack film tidak ditemukan pada dasawarsa 1950, ketika reduction print sound-on-film ukuran 16 mm pada masa film bersuara dibuat untuk penyertaan di paket jaringan televisi, kemungkinan film tersebut bertahan menurun: banyak film sound-on-disc hanya bertahan melalui cetakan 16 mm. Sebagai konsekuensi dari kurang luasnya perawatan ini, karya dari sineas pada era awal dan karya dari para pemeran, pada era kini karyanya berada dalam bentuk yang terpisah-pisah. Contoh terkenalnya adalah dalam kasus Theda Bara: salah satu aktris paling terkenal pada era bisu awal, dia membuat 40 film, tetapi hanya enam yang sekarang diketahui ada dan tetap bertahan. Clara Bow secara setara dapat dikatakan dapat meraih kejayaannya pada era film bisu awal, tetapi 20 dari 57 filmnya benar-benar hilang, dan 5 film lainnya tidak lengkap.[17] Aktris panggung yang dulu populer lalu membuat batu loncatan ke film bisu, seperti Pauline Frederick dan Elsie Ferguson, sekarang sebagian besar karyanya dilupakan, sedikit yang tersisa dari pertunjukan film mereka; kurang dari 10 film yang masih bertahan dari karya Frederick dari tahun 1915–28, dan Ferguson memiliki dua film yang masih bertahan: satu dari tahun 1919 dan satu film suara dari tahun 1930. Aktris Bara masih lebih baik daripada pesaingnya, Valeska Suratt yang seluruh rekaman penampilan filmnya telah lenyap. William Farnum, seroang pemain dari Fox seperti Bara dan Suratt, merupakan satu di antara aktor layar lebar khas Western yang bersaing dengan orang-orang seperti dengan aktor William S. Hart, Tom Mix, dan Harry Carey. Namun, Farnum hanya punya sekitar tiga film yang masih bertahan dan disimpan oleh Fox films. Pemeran pria lainnya seperti Francis X. Bushman dan William Desmond tercatat bermain di banyak film, tetapi film yang mengantarkan mereka ke tangga kejayaan, itu hilang karena kecerobohan, pengabaian atau karena studionya telah tutup. Namun, tidak seperti Suratt dan Bara, orang-orang ini terus berkarya hingga era film suara dan bahkan di televisi, sehingga penampilan mereka selanjutnya dapat dilihat. Namun, ada beberapa pengecualian. Hampir semua film Charlie Chaplin di sepanjang kariernya masih tersimpan dalam jumlah yang cukup banyak termasuk rekaman yang tidak digunakan, dari tahun 1916. Pengcualian itu antara lain film A Woman of the Sea (dia hancurkan sendiri untuk penghapusan pajak) dan salah satu film Keystone pada karir awalnya yang berjudul Her Friend the Bandit (Unknown Chaplin). Daftar film karya D.W. Griffith yang masih bertahan justru mendekati lengkap, karna banyak film Biograph Company awalnya disimpan oleh perusahaan dalam format paper print di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat. Beberapa film panjang/utama Griffith yang dikerjakan dasawarsa 1910 sampai 1920-an masuk ke dalam koleksi film di Museum of Modern Art dasawarsa 1930-an dan dipelihara di bawah naungan kurator Iris Barry. Daftar film Mary Pickford juga yang masih bertahan cukup lengkap: tahun-tahun awal berkarya bersama Griffith, dan kemudian mengendalikan produksi karya-karyanya sedniri pada akhir dasawarsa 1910-an dan awal 1920-an. Dia pun mundur[butuh klarifikasi] dari kontrol Zukor di Famous Players-Lasky pada era awal untuk penyelamtannya. Bintang-bintang seperti Chaplin Douglas Fairbanks menikmati polularitasnya, dan film mereka dirilis ulang sepanjang era film bisu, berarti salinan film mereka akan muncul kembali pada dasawarsa selanjutnya. Pickford, Chaplin, Harold Lloyd, dan Cecil B. DeMille mengalami kemenangan untuk pelestarian film bisu awal, meskipun Lloyd kehilangan banyak karya film bisu akibat kebakaran di lemari penyimpanan pada dasawarsa 1940-an. Pada Maret 2019, Arsip Film Nasional India melaporkan bahwa 31.000 rol filmnya telah hilang atau hancur.[18] Film yang hilang selanjutnyaSebuah pengembangan penyelamatan film menggunakan cellulose acetate film untuk stok film 35mm diperkenalkan pada tahun 1949, bahan penyelamatan stok film tersebut jauh lebih stabil daripada film nitrat, hal tersebut membuat relatif lebih sedikit film yang hilang setelah sekitar tahun 1950. Namun, sindrom cuka dan pemudaran warna dari stok warna tertentu mengancam pelestarian film yang dibuat disekitar tahun tersebut. Kebanyakan film-film arus utama dari dasawarsa 1950-an dapat bertahan hingga sekarang, tetapi beberapa film pornografi awal dan beberapa B movies hilang. Rata-rata kasus seperti ini penyebabnya tidak diketahui, beberapa film bedasarkan catatan sutradara telah hilang, antara lain:
Soundtrack film yang hilangBebrapa film yang diproduksi antara tahun 1926 - 1931 dalam sistem sound-on-disc seperti Vitaphone, di mana kepingan cakram padat untuk suara terpisah dari elemen film, sekarang dianggap hilang, sebab cakram suara sudah rusak atau hancur, sementara elemen gambar masih utuh. Sebaliknya, beberapa film produk Vitaphone bertahan hanya pada suaranya saja, dengan elemen film yang belum ditemukan, seperti film rilisan tahun 1930 berjudul The Man from Blankley yang dibintangi oleh John Barrymore.[24] Banyak soundtrack stereoponis dari awal hingga pertengahan dasawarsa 1950-an dari yang dimainkan dengan memautkan pada format 35 mm fullcoat gulungan magnetik atau film magnetik strip-tunggal (seperti Fox empat jalur magnetik, yang menjadi standar dari suara stereoponis mag) kini hilang. Film seperti House of Wax, The Caddy, The War of the Worlds, The 5000 Fingers of Dr T, dan From Here to Eternity yang awalnya tersedia dengan 3-track, suara magnetik sekarang hanya tersedia soundtrack optik monofonik. Bahan kimia di balik partikel magnetik mengikuti ke dasar film tri-asetat akhirnya menyebabkan kerusakan autokatalitik dari film (sindrom cuka). Selama studio memiliki negatif optik mono yang bisa dicetak, eksekutif studio merasa tidak perlu untuk melestarikan versi stereoponis dari soundtrack.[25] Daftar film yang hilangDaftar film yang tidak lengkapDaftar film yang ditemukanKadang kala, salinan film dianggap hilang kemudian ditemukan kembali. Sebagai contoh adalah versi 1910 dari film Frankenstein yang diyakini hilang selama beberapa dasawarsa sampai kemudian ditemukan kembali sampai keberadaanya diketahui berada di tangan seorang kolektor tanpa disadari selama bertahun-tahun pada dasawarsa 1970-an. Filim Richard III (1912) yang sempat menghilang, ditemukan pada tahun 1996 dan dipulihkan kembali oleh American Film Institute. Pada tahun 2013, sebuah film awal dari Mary Pickford berjudul Their First Misunderstanding, tercatat sebagai film pertama di mana namanya dicantumkan, ditemukan dalam sebuah gudang di New Hampshire dan didonasikan kepada Keene State College.[26] Film Beyond the Rocks (1922) yang dibintangi oleh Gloria Swanson dan Rudolph Valentino juga dianggap sebagai sebuah film hilang untuk beberapa dasawarsa. Swanson dalam memoarnya pada tahun 1980, menyesal dengan hilangnya film ini dan film lain, tetapi akhirnya secara optimis dia menyatakan, "Saya tidak yakin, film ini hilang selamanya". Pada tahun 2000, sebuah cetakan film telah ditemukan di Belanda dan direstorasi oleh The Nederlands Filmmuseum dan The Haghefilm Conservation. Upaya ini telah mengembalikan sekitar 2000 tabung film berkarat yang didonasikan oleh kolektor eksentrik asal Belanda, Joop van Liempd, dari Haarlem. Upaya restorasi film tersebut akhirnya mendapatkan pemutaran modern pertamanya pada tahun 2005 dan sejak itu ditayangkan di Turner Classic Movies. Pada awal dasawarsa 2000-an, Film Jerman yang diproduksi tahun 1927 berjudul Metropolis —film yang telah didistribusikan dengan suntingan berbeda selama beberapa tahun— dipulihkan sebagai versi yang seperti aslinya, mungkin dengan mengembalikan rekaman yang telah diedit menggunakan teknologi komputer untuk memperbaiki rekaman yang rusak. Namun, pada saat itu, kira-kira seperempat dari cuplikan film asli dianggap hilang, menurut rilis DVD Kino Video film yang dipulihkan. Pada tanggal 1 Juli 2008, Ahli perfilman Berlin mengumumkan bahwa sebuah salinan film tersebut telah ditemukan di dalam dokumen-dokumen film di Museo del Cine Buenos Aires, Argentina, yang berisi hampir semua adegan akan tetapi beberapa adegan masih hilang dari restorasi sebelumnya pada tahun 2002.[27][28] Film ini sekarang sudah direstorasi sangat baik untuk versi penayangan. Proses restorasi ditampilkan dalam film dokumenter "Metropolis refundada". Tahun 2010, salinan digital dari sepuluh film Amerika Serikat awal-awal dipresentasikan di Library of Congress oleh Boris Yeltsin Presidential Library, instalasi film pertama dari arsip negara Russia dipulangkan ke negara asal.[29] Kadang kala, sebuah film dipercaya hilang kemudian dapat dipulihkan, baik melalui proses pewarnaan film, atau metode restorasi lainnya. Episode pilot film Star Trek berjudul "The Cage" pada tahun 1964 hanya bertahan cetakan hitam putih sampai pada tahun 1987, ketika seorang dokumentator film menemukan sebuah film tanpa penjelasan (bisu) berformat 35mm di sebuah laboratoriun film Hollywood berupa trim negatif adegan yang tidak terpakai.[30] Persediaan rekamanBeberapa film yang tidak seluruhnya hilang bisa saja bertahan dalam cuplikan rekaman yang digunakan untuk film selanjutnya. Film produksi Universal Pictures berjudul The Cat Creeps (1930) adalah film yang hilang dan hanya tersisa cuplikan di dalam sebuah film pendek Universal yang berjudul Boo! (1932). Untung saja, UCLA masih memiliki satu salinan soundtrack. Film James Cagney berjudul Winner Take All (1932) menggunakan adegan dari awal film bersuara Queen of the Night Clubs (1929) yang dibintangi oleh Texas Guinan. Cuplikan tersebut merupakan yang hanya tersisa dari film sebelumnya. Aktris yang menjadi kolumnis gosip, Hedda Hopper, memulai debutnya melalui sebuah film produksi Fox Film berjudul The Battle of Hearts (1916). Dua puluh enam tahun kemudian, pada tahun 1942, Hopper memproduksi serial pendeknya "Hedda Hopper's Hollywood #2". Singkatnya, Hopper, William Farnum (bintang film), putranya William Hopper, dan istri William Hopper, Jane Gilbert melihat bagian-bagian singkat dari film "The Battle of Hearts." Kemungkinan besar, Hopper memiliki seluruh cetakan film pada tahun 1942. Namun, seperti banyak film Fox awal, "The Battle of Hearts" sekarang hilang atau belum diketemukan. Salah satu karya terbaik dari Charlie Chaplin, film bisu produksi tahun 1925 berjudul The Gold Rush, dirilis ulang pada tahun 1942 untuk memasukkan sebuah track suara dan narasi yang berasal dari suara Chaplin sendiri. Film Polandia berjudul O czym się nie tahun 1939 berisi tiga fragmen pendek dari Arabella sejak 1917, salah satu film awal-awal yang dimainkan oleh aktris Pola Negri yang kemudian dinyatakan hilang. Dalam film dan televisiBeberapa film telah diproduksi menggunakan fragmen film yang hilang, digabungkan dengan karya baru. Decasia (2002) tidak menggunakan apa pun tetapi pembusukan cuplikan film sebagai tanda nada puisi abstrak terang dan gelap, seperti halnya karya Peter Delpeut yang sangat bersejarah, Lyrisch Nitraat (Lyrical Nitrat, 1990) yang hanya berisi cuplikan dari tabung yang ditemukan dan disimpan di bioskop Amsterdam. Pada tahun 1993, Delpeut merilis film The Forbidden Quest, dikombinasikan dengan cuplikan film awal dan arsip foto dengan materi baru untuk memperjelas film fiksi ekspedisi Antartika yang naas. Film produksi Fox Film Corporation, Charlie Chan Carries On (1931) hanya bertahan trailer-nya yang digunakan untuk mempromosikan film, dan dalam film versi bahasa Spanyol-nya Eran Trece ("They were thirteen"). Film dokumenter 2016 "Dawson City: Frozen Time," tentang sejarah Dawson City, Kanada pada 1978 tentang film bisu yang sebelumnya hilang di sana, menggabungkan bagian dari banyak film tersebut. Mockumenter milik Peter Jackson berjudul Forgotten Silver dimaksudkan untuk menunjukkan cuplikan terpulihkan film-film awal. Sebaliknya, para Sineas menggunakan rekaman film baru sebagai lanjutan, yang justru terlihat seperti film yang hilang. Dalam karya Robert Rodriguez dan Quentin Tarantino berjudul Grindhouse, segmen antara Planet Terror dan Death Proof segmen memiliki memiliki referensi-referensi kepada gulungan yang hilang, yang digunakan sebagai perangkat plot. Episode Masters of Horror karya John Carpenter berjudul Cigarette Burns menawarkan pencarian film fiksi yang hilang, La Fin Absolue Du Monde (The Absolute End of the World). Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|