Garuda Riders
Garuda Riders adalah sebuah novel fantasi pewayangan berbahasa Indonesia karya A.R. Wirawan yang diterbitkan tahun 2013 oleh Gramedia Jakarta. Novel ini merupakan buku pertama dari trilogi kisah The Adventures of Wanara. Ilustrasi sampul novel dibuat oleh Gerry Arthur dan ilustrasi novel dibuat oleh Bonnie Soeherman. Novel Garuda Riders ini telah dikembangkan dalam bentuk apps komik interaktif [1] Latar belakangA.R. Wirawan menulis buku ini untuk menggugah dan pembacanya dari generasi muda untuk kembali mencintai dunia pewayangan. Novel ini mengajak pembaca untuk berpikir tentang harga dan nilai sebuah cita-cita, di mana dia menampilkan sebuah kisah tentang impian yang seakan-akan tampil sebagai cita-cita dan sebaliknya. Trilogi dari The Adventures of Wanara menggambarkan siklus kehidupan manusia yaitu senja (Garuda Riders), malam (Rise of Asura), dan fajar (Holy Wanara Returns). Senja berarti sebuah awal proses pencarian jati diri manusia yang "disinari" oleh sang Pencipta. Malam berarti sebuah proses pencarian arti kehidupan dimana sebagai manusia akan melalui kegelapan tanpa disinari cahaya Sang Pencipta. Dan Fajar berarti sebuah proses pencerahan dalam kehidupan saat berhasil melampaui kegelapan. Bahasa yang digunakan dalam novel ini sengaja disesuaikan dengan para pembaca generasi muda pada era 2013-an, untuk menghindari kesan "berat" atau sulit dipahami bagi para remaja. SinopsisSatu milenium setelah Era Ramayana, ras asura dan keturunannya terus diburu. Mereka dibantai di mana-mana. Hanya di Alengka, negara leluhur para asura, mereka bisa hidup tenang. Namun, itu pun bukan jaminan. Sebab, sebuah organisasi bawah tanah bernama Raksasaghna telah lama bersumpah untuk melenyapkan seluruh keturunan Rahwana itu dari Tanah Varadwipa. Pada masa itulah, lahir bayi laki-laki dari tiga keturunan Era Ramayana yaitu Rahwana (asura), Hanoman (wanara), dan Rama (mannusa). Bayi laki-laki itu bernama Naradja. Marsekal Badawang adalah orang pertama yang melihat potensi anak petani ubi itu. Ia pun berspekulasi untuk menarik Naradja menjadi salah satu pratarunanya di Akademi Angkatan Udara Kurmapati. Pilihannya tak salah, karena wanara itu kemudian memang tumbuh menjadi seorang penunggang garuda yang menonjol. Namun, Naradja mengalami mimpi buruk tentang masa depan dirinya dan nasib Tanah Varadwipa. Hanya delapan elemen dewa atau Hasta brata yang mampu mencegah kehancuran Tanah Varadwipa pada masa depan. Tanpa izin Akademi Angkatan Udara Republik Ayodhya, Naradja mengajak Laksmi, Lembu Kendil, Baning, dan Malore terbang ke berbagai negara mencari delapan elemen Hastabrata dengan menunggangi garuda. Tak jarang, nyawa mereka menjadi taruhannya. Namun betapapun menggetarkannya petualangan itu, Naradja tak pernah tahu bahwa ada skenario besar dari organisasi rahasia Raksasaghna terhadap dirinya.[2] Lihat pula
Panala luar
Referensi
|