Gaya Parlemen Britania RayaSistem Debat Bahasa Inggris Bergaya Parlemen Britania (Bahasa Inggris: British Parliamentary Style atau British Parliamentary Debate System) merupakan sejenis debat akademis berbahasa Inggris. Sistem ini sudah banyak diterapkan dalam lomba-lomba debat di Inggris Raya, Irlandia, Kanada, India, negara-negara di benua Eropa, benua Afrika, seluruh kawasan Oseania, Filipina, Australia, Selandia Baru, Brazil dan Amerika Serikat. Lomba berbahasa Inggris semacam ini telah menjadi acuan untuk bentuk dan ukuran adu keterampilan bahasa Inggris secara lisan di berbagai kejuaraan debat bahasa Inggris seperti di World Universities Debating Championship, Zimbabwe Debate Championship ( disingkat ZiDC), European Universities Debating Championship dan Pan African Universities Debate Championship. Di Indonesia, beberapa lomba debat yang turut menerapkan sistem ini di antaranya National Universities Debating Championship, Kejuaraan Debat Sekolah Indonesia, Indonesian Varsity English Debate (disingkat IVED), Java Overland Varsities English Debate dan banyak lagi yang lain. Rentang waktu yang biasanya dibutuhkan bagi masing-masing pembicara untuk mengemukakan argumennya berkisar antara lima hingga tujuh menit. Pengertian istilah-istilah (Terminologi)Karena sistem debat ini mengacu pada prosedur parlementer Inggris yang sesungguhnya, maka kedua tim yang berdebat disebut dengan Government (lebih lazim dengan sebutan Proposition di Inggris Raya, diartikan menjadi pihak yang berkedudukan setuju atas suatu mosi atau topik yang diperdebatkan dan bertugas merekomendasikan jalan keluarnya) dan Opposition. Masing-masing orang yang ditunjuk untuk berpendapat secara lisan menyandang sebutan berikut:
Kesempatan untuk mengajukan alasan-alasan secara lisan dan bergilir antara kedua pihak apabila diurutkan dari hitungan pertama adalah sebagai berikut:
Aturan dan Peran Masing-masing PembicaraSetiap pendebat (debater) menjalankan peran yang dibagi menjadi dua bagian dalam suatu kelompok, yaitu Faksi Pembuka (Opening Factions) dan Faksi Penutup (Closing Factions). Faksi Pembuka (Opening Factions)Dua regu dalam bagian pembuka ini, baik pihak yang setujuan (Government atau Proposition) maupun penentang (Opposition) disebut sebagai Top Half. Para pendebat dalam bagian awal ini masing-masing harus melakukan empat hal untuk menegaskan kedudukan timnya dalam suatu topik atau mosi yang dibahas. Hal itu antara lain seperti berikut:
Faksi Penutup (Closing Factions)Dua regu dalam bagian kedua ini disebut Bottom Half. Peran dari dua faksi kedua adalah sebagai berikut:
Sebagai tambahan, dua pembicara terakhir dari setiap sesi debat (dikenal dengan sebutan The Whip) memiliki peran yang sama dengan pembicara ketiga dalam sistem debat Australia-Asia, antara lain:
Sanggahan (Points of Information)Para pembicara dalam format British Parlemen Britania harus bisa memberikan Points of Information (POIs) atau sanggahan kepada tim lawan. Untuk mengutarakan sanggahan, pembicara dapat berdiri atau mengatakan "Point" atau "Points of Information" pada saat pembicara dari tim lawan sedang berbicara. Pembicara dari tim lawan dapat menerima atau menolak sanggahan tersebut. Jika ia menerima, maka tim yang mengutarakan sanggahan memiliki waktu 15 detik untuk bertanya, menyajikan fakta pembanding, atau mengutarakan argumen untuk menjatuhkan pembicara tim lawan. POIs sangat penting dalam sistem debat Parlemen Britania karena memungkinkan adanya interaksi di antara para pembicara dari keempat tim. Namun, POIs tidak bisa diajukan pada menit pertama dan terakhir dari masing-masing pembicara. Hanya pembicara dari tim yang saling bertentangan yang dapat mengutarakan POIs kepada pembicara yang saat itu sedang berargumen sementara pembicara dari tim yang menempati posisi sama, tidak dapat melakukannya meskipun berasal dari tim yang berbeda. Sebagai contoh, saat Faksi Pembuka dan Penutup dari pihak penentang (opposition) berbicara, Faksi Pembuka dan Penutup dari tim setujuan dapat mengajukan POIs, namun Faksi Penutup pihak oposisi dari tim lain tidak bisa melakukannya. Untuk memenangkan kompetisi debat, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mempertahankan pendapat tim hingga akhir dengan cara apapun. Melakukan intimidasi mental seperti menaikkan nada bicara, mengeluarkan gestur yang tegas, atau memberikan tatapan mata yang tajam kepada tim lawan juga dapat dilakukan asalkan tetap mengutamakan etika dan kesopanan. Referensi
|