Gereja Bethel Tabernakel
Sejarah Lahirnya Gereja Beth-El Tabernakel Pada awalnya pada tahun 1955, sebuah gereja di Jalan Mojopahit 43-45, Surabaya yang digembalakan oleh Pdt. Gershom Soempo (d/h Pdt. Po Gwan Sien) yang saat itu masih berada di bawah naungan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) yang berpusat di Jakarta, menyelenggarakan Kursus Alkitab bagi para calon Hamba Tuhan/pelayan-pelayan sidang. Maksudnya adalah untuk membekali calon Hamba Tuhan dan pelayan agar dapat melayani Tuhan lebih baik lagi. Karena itu, sejak 3 Maret 1955, Kursus Alkitab (d/h Kursus El-kitab Surabaya) itu diadakan untuk pertama kalinya dan menjadikan Tabernakel sebagai mata pelajaran utamanya. Kursus ini menghasilkan beberapa Hamba Tuhan seperti Pdt. Yahya Gunawan Wibisono (Bandung), Pdt. Martin Luther Sambira (Balikpapan), Pdt. Pieter (Ambon) dan sebagainya. Sedangkan angkatan 11 menghasilkan Pdt. Rehuel Henry Hendrata (Madiun) dan lainnya. Gagasan Kursus Alkitab ini kemudian mengalami kemajuan pesat dan mendapat tanggapan baik dari banyak pihak, oleh kerena itu kursus Alkitab tersebut diadakan setiap tahun pada bulan April sampai Oktober. Setelah kursus Alkitab ini berjalan selama 2 (dua) tahun, dengan memperhatikan kemajuan dan perkembangan gereja agar bisa semakin pesat, maka beberapa Hamba Tuhan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) pada awal 1957 mengadakan pertemuan di Jalan Mojopahit 43-45 Surabaya. Pertemuan ini diprakarsai oleh Pdt. Gershom Soetopo, dan didukung oleh:
dan hamba-hamba Tuhan lainnya. Mereka berkumpul untuk membicarakan tentang kemungkinan didirikannya sebuah badan persekutuan yang baru. Kala itu diputuskan untuk dibentuk Tim Pekabaran Injil “Gerakan Memperluas Pengajaran Tabernakel”. Sesuai dengan nama tim tersebut, maka tim PI ini bertujuan untuk memperluas pengajaran Tabernakel di semua gereja-gereja dan disingkat dengan nama Tim PI GMPETAS. Sejak itu para Hamba Tuhan yang bergabung dalam tim tersebut mulai bekerja memperluas pelajaran Tabernakel di gereja masing-masing. Perluasan Tabernakel ini mendapat kemajuan pesat, sebab Allah ikut bekerja di dalam pelajaran Firman-Nya. Tim PI GMPETAS Sebagai Embrio Badan Persatuan Geraja Beth-El Tabernakel Pada awal bulan Mei 1957, tim PI GMPETAS membentuk panitia pertemuan dengan Ketua Panitia Pdt. Go Hong Sing dan penulis Pdt. Martin Luther Sambira. Undangan pertemuan ini disampaikan kepada seluruh Hamba-hamba Tuhan diseluruh Indonesia untuk, menghadiri pertemuan yang diadakan tanggal 29 Mei 1957 di Jalan Mojopahit 43-45 Surabaya. Hamba-hamba Tuhan itu membicarakan tentang kemungkinan didirikannya sebuah badan persekutuan yang baru. Akhirnya, dalam pertemuan yang dihadiri lebih dari 70 Hamba Tuhan, pada saat menjelang malam tanggal 29 Mei 1957 dikediaman Pdt. Gershom Soetopo, yaitu di Jalan Mojopahit 43-45 Surabaya, Badan Persekutuan Gereja Tabernakel (GBT) dengan resmi didirikan sekaligus membentuk pengurus. Dengan suara bulat, terpilih menjadi Ketua Pengurus Harian Umum adalah Pdt. P.J. Kesek sedangkan Wakil Ketua merangkap Sekretaris adalah Pdt. Pangemanan, dan sebagai Bendahara adalah Pdm. Kwek Tjwan Hay. Namun pengurus ini hanya bersifat sementara saja, karena baru pada bulan September 1957, saat Kongres I diadakan, disahkanlah pengurus permanen dengan Masa Bakti selama dua tahun. Sedangkan beberapa Hamba Tuhan yang masuk dalam Badan Persekutuan yang baru ini, secara otomatis pula memisahkan diri dari GBIS sebagai induknya. Sekitar 70 Hamba Tuhan menggabungkan diri dalam Badan Persekutuan GBT dengan suka rela. Para Hamba Tuhan ini dengan tekun melayani pekerjaan Tuhan, meski menemui berbagai hambatan dan rintangan dalam upaya memasyurkan nama Tuhan. Nama Gereja Beth-El Tabernakel sendiri dipilih karena masing-masing kata dari serangkaian kata itu mcmiliki arti yang sama yaitu GEREJA. Gereja memiliki arti ‘gereja’. Beth-El artinya juga ‘gereja’. Demikian pula dengan Tabernakel juga berarti ‘gereja’. Di sisi lain, gereja adalah tubuh Kristus yang hidup, tempat dimana Allah bertahta. Jadi, ada keinginan agar dalam Badan Persekutuan yang baru ini Tuhan Yesus Kristus senantiasa berada di dalam jemaat ini. Selain itu, nama ini dipakai karena memang ada keinginan untuk tetap mempertahankan pengajaran Tabernakel seperti telah disebutkan di atas. Jadi, bagaimanapun nama Tabernakel tetap dipakai. Pada tanggal 30 Mei 1957, organisasi GBT didaftarkan pada Pemerintah Republik lndonesia melalui Kantor Departemen Agama Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Keberadaan Badan Persekutuan GBT diakui oleh Pemerintah RI dengan adanya Surat Keputusan dari Kantor Departemen Agama No. 11/KA/1957 bertanggal 21 Juni 1957. Untuk memperoleh surat keputusan pengakuan dari Pemerintah tentang keberadaan Badan Persekutuan GBT ini tidaklah mudah. Pdt. Soebardjo Wirjowineto harus beberapa kali mondar-mandir Jakarta-Surabaya guna memperoleh Surat Keputusan Pemerintah atas Badan Persekutuan yang baru dibentuk ini. Dua kali dalam tiap bulan Pdt. Soebardjo Wirjowinoto harus menghadap pejabat yang berwenang di kantor Departemen Agama RI c.q. Dirjen Bimas Kristen Protestan di Jakarta untuk mengurus Surat Keputusan tentang pengakuan Badan Persekutuan GBT. Hanya karena kasih karunia Tuhan saja sehingga akhimya Surat Keputusan Pengakuan itu diperoleh dari Pemerintah Pusat. Pengakuan atas keberadaan Badan Persekutuan GBT dikeluarkan oleh Dirjen Bimas Kristen Protestan RI yang saat itu dijabat oleh Bapak Abednego. Satu hal yang menarik untuk disimak yaitu pada awal kiprahnya Badan Persekutuan GBT dengan cepat dapat menarik perhatian publik karena Badan Persekutuan GBT sangat menckankan kesempurnaan ajaran Alkitab melalui pengajaran Firman Allah dalam Terang Tabernakel. Hal ini disebabkan karena para Hamba Tuhan yang terlibat dalam Badan Persekutuan GBT merindukan agar jemaat yang dilayani tidak hanya mengetahui Firman Allah saja (to know) tetapi juga mengerti Firman Allah (to understand). Dengan demikian jemaat GBT dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus dalam Terang Tabernakel yang sebenarnya. Dalam perkembangannya Badan Persekutuan GBT lebih menitik beratkan pada kuasa Roh Kudus dan pengenalan akan Firman Tuhan dalam Terang Tabernakel. Alasan mengapa Badan Persekutuan GBT menitikberatkan pada Kuasa Roh Kudus dan Firman Allah ialah karena kelahiran kembali (lahir baru) hanya dimungkinkan melalui air dan Roh (Yohanes 3:5 dan Markus 12:24) hal ini perlu diketahui oleh setiap jemaat GBT agar mengenal lebih jelas visi yang sedang dijalani oleh Badan Pesekutuan GBT hingga mencapai tujuan yang sebenarnya, yaitu menjadi Pengantin Kristus. Kini Badan Persekutuan GBT telah berkembang dan memilki jemaat-jemaat yang tersebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Tenaga pelayan Hamba Tuhan berasal dari alumnus Kursus El-kitab Surabaya dan saat ini juga ada yang merupakan alumnus dari Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Lawang, dan Sekolah-sekolah Teologi/Alkitab dibawah naungan BP GBT. Padahal pada saat awal pembentukan Badan Persekutuan GBT, Hamba Tuhan yang melayani sidang jemaat berjumlah tidak lebih dari 70 orang saja, ditambah dengan beberapa alumnus Kursus El-kitab Surabaya yang telah tersebar di berbagai tempat. Mereka rata-rata lulusan Sekolah Alkitab di bawah pengajaran Mr. Van Gessel. Bentuk dan Corak Badan Persekutuan Gereja Beth-El Tabernakel: Kongregasional-Episkopalian Kongregasional, yang menunjukan jemaat GBT setempat berdiri secara otonom penuh. Ini merupakan ciri pemerintahan gereja mula-mula di zaman Kisah Para Rasul. Episkopalian, yang menunjukan di mana jemaat GBT setempat yang otonom itu, pemerintahan dan pelayan dikendalikan oleh pendeta atau gembala sidang. Fungsi tua-tua disini adalah pembantu pendeta. Jadi, kesimpulan GBT ialah jemaat kongregasional semi episkopalian. Ada pula jemaat GBT setempat yang diatur penuh oleh seorang Ketua majelis gereja. Hal ini bisa terjadi jika ada beberapa hal di mana gembala sidang berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. Tetapi, saat ini hampir semua jemaat GBT diatur penuh oleh gembala sidang yang dibantu oleh para tua-tua dan pengerja-pengerja gereja. Perkembangan Gereja Beth-El Tabernakel Pada Dasawarsa I (1957-1967) Sejak kelahiran Badan Persekutuan GBT pada tanggal 29 Mci 1957, GBT yang inti pengajarannya adalah pelajaran Tabenakel terus berkembang dengan pesat sesuai dengan amanat Tuhan Yesus untuk mengabarkan Injil ke seluruh pelosok tanah air. Selain itu sebagai badan persckutuan yang baru, GBT juga terus melakukan konsolidasi ke dalam dengan menyempurnakan program dan juga susunan pengurus yang ada. Tanggal 4-5 Septembcr 1957, GBT menyelenggarakan Kongres 1 di Gedung Stoatstuin (sekarang Gedung bank Indonesia di kawasan Jalan Kebonraja) Surabaya. Dalam Kongres ini terpilih sebagai Ketua dengan masa kerja 2 tahun adalah Pdt. Go Hong Sing dan Sekretarisnya adalah Pdt. Soebardjo Wirjowinoto. Sebagai hasil dari Kongres pertama diputuskan bagi Hamba Tuhan yang menggabungkan diri pada GBT sebaiknya mengikuti Kursus El-kitab Surabaya selama kurang lebih 6 bulan. Tujuan mengikuti kursus ini adalah supaya para Hamba Tuhan yang melayani di GBT dapat bersatu dalam pengajarannya. Setelah kongres ini selesai, maka diputuskan juga sekretariat pengurus harian GBT bertempat di Jalan Kemuning 38 Surabaya. Hingga tahun 1957, Kursus El-kitab Surabaya (KES) telah menghasilkan 148 siswa dari empat angkatan yang telah melayani di scluruh penjuru negeri. Pada tanggal 4 November 1957, di Malang dibuka KES untuk kelas 2 angkatan pcrtama, sedangkan di Surabaya tetap dilangsungkan KES untuk kelas 2 angkatan kelima. Resepsi perpisahan siswa KES angkatan ini diadakan di GBT Jalan Gradjen 2 (sekarang Jalan Sartono S.H. No. 2), Malang. Selanjutnya pada tahun 1958, Kursus Alkitab juga diadakan di GBT Jalan S. Sadeng Makassar, Sulawesi Selatan. Bcberapa pelajaran yang diberikan adalah Rahasia Tabernakel, Buku Keluaran, Injil Matius dan Injil Markus. Tiga bulan berselang tepatnya pada tanggal 12-16 Juli 1958, Badan Persekutuan GBT kembali mengadakan Kongres II di Jalan Penisihan 80 Purwokerto. Kongres ini memutuskan, diterirna dan disahkannya 7 (tujuh) anggota baru dalam tubuh Badan Persekutuan GBT, di mana Pdt. Go Hong Sing terpilih lagi menjadi Ketua untuk kedua kalinya. Demikian pula Wakil Ketua merangkap Sekretaris dijabat oleh Pdt. Soebardjo Wirjowinoto. Mereka dibantu oleh Seksi Urusan Pekerjaan Sosial Sdr. Oen Koen Hian bersama Sdr. Oei Po Tjhiang. Konferensi Badan Persekutuan GBT III diadakan di Jalan Tjitandui 10 Madiun pada tanggal 23-27 Agustus 1960. Pada konferensi itu, Pdt. Dominggus Sore dari Makasar (Ujung Pandang) ditunjuk menjadi Ketua konferensi. Dihadiri oleh 22 orang pendeta, 29 pendeta pembantu dan 18 pcmimpin jemaat. Konferensi ini memutuskan Pdt. Soebardjo Wirjowinoto sebagai Ketua pengurus harian dcngan dibantu Pdt. H. Rumengan sebagai Wakil Ketua merangkap Sekretaris. Selain itu, ditetapkan pula Sdr. Oen Koen Hian selaku Ketua badan sosial, Sdr. Nyoo Sing Liep scbagai Bendahara. Sekretariat pengurus harian dipindah dari Jalan Kemuning 38 ke Jalan Dr. Soetomo 64 Surabaya. Dalam sebuah rapat tanggal 17 Juli 1961 di GBT Jalan Gentengkali 61 Surabaya, diputuskan bahwa Dewan Guru yang telah dibentuk saat dilahirkannya Kursus El-kitab Surabaya pada tahun 1955, diaktifkan kembali. Selain itu, masih ditambahkan pula Badan Penasihat Rohani. Adapun tugas Dewan Guru tersebut adalah sebagai pelindung, penasihat dan pengawas rohani Badan Persekutuan GBT seluruh Indonesia. Dalam hal ini, baik Dewan Guru maupun Badan Pembina Rohani dapat memberikan saran-saran maupun nasihat pada Pengurus Harian Umum dalam melaksanakan tugas mereka sehari-hari. Pejabat Dewan Guru dan Badan Pembina Rohani dipilih dan diputuskan hari itu juga. Ketua Dewan Guru: Pdt. M. Akib Anggota Dcwan Guru:
Sedangkan yang menjadi Anggota Badan Pembina Rohani (BPR) adalah:
Sebelum memasuki konferensi selanjutnya, Pengurus Harian Umum GBT merasa perlu untuk mendapat masukan dan saran-saran guna mempermudah pelaksanaan Kongres besar yang akan datang. Karena itu pada tanggal 20-22 Maret 1962 di GBT Jalan Gentengkali Surabaya diadakan konferensi pendahuluan. Konferensi ini berhasil merumuskan saran-saran untuk disajikan dalam konferensi mendatang. Pada tanggal 3-7 April 1963, Kongres Besar IV GBT diselenggarakan di GBT Kristus Pelepas, Jalan Gradjen 2 Malang. Dalam kongres ini diputuskan Pdt. Soebardjo Wirjowinoto menjadi Ketua Pengurus Harian Umum untuk masa bakti yang kedua, dan Pdt. H. Rumengan kembali menjabat sebagai Wakil Ketua merangkap Sekretaris. Sekretaris II dijabat oleh Pdt. Kwee Khay Liang dan sebagai Bendahara adalah Sdr. Oen Koen Hian. Anggota pengurus harian adalah N. Solaiman, Herman Tan dan Go Hong Sing. Selain itu masih ada Dewan Guru yang diketuai oleh Pdt. M. Akib, Wakil Ketua merangkap anggota Pdt. Gersom Soetopo, dengan anggota Pdt. Tan Kong Hoen. Sedangkan yang terlibat sebagai Badan Pembina Rohani adalah Pdt. M. Akib sebagai Ketua, Pdt. D.Sore sebagai Wakil Ketua dan anggotanya Pdt. Gersom Soetopo, Pdt. P. J. Kesek, Pdt. Lo Kok Khing, Pdt. Tan Kong Hoen dan Pdt. T. B. Ogi. Di Bandung, pada tanggal 11-13 Mei 1964 atas prakarsa Kaum Muda Tabernakel Bandung, diusulkan untuk membentuk Persekutuan Kaum Muda Tabernakel (PKMT), setelah diadakan pertemuan dengan Kaum Muda Tabernakel Surabaya. Kongres pertama PKMT diadakan di Malang dan memilih Pdt. J. F. Kalalo sebagai Ketua umum PKMT. Di samping aktivitas dalam pembinaan intern organisasi Badan Persekutuan GBT aktif dalam kegiatan extern terutama dalam konferensi pembentukan badan kerja sama gereja aliran Pentakosta seluruh Indonesia pada tanggal 7-10 Mei 1964 yang juga dan di Bandung. Mengingat semakin luasnya wilayah yang harus dilayani oleh Badan Persekutuan GBT, maka Pengurus Harian Umum melihat perlunya diadakan Pengurus Daerah yang nantinya akan berfungsi untuk membantu PHU dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pada tanggal 22 Juni 1966 PHU membentuk Majelis Daerah dengan tugas untuk membantu PHU dalam mengatasi perkembangan gereja-gereja diwilayah-wilayah yang telah ditentukan. Pada dasawarsa ini pula, PHU GBT menerbitkan majalah intern yang bernama SHEKINA di Malang, sedangkan PKMT menerbitkan majalah “HIKMAT”. Kedua majalah berguna sekali dan membantu pertumbuhan pengetahuan para pelayan dan juga anggota jemaat. Namun, kehadiran majalah SHEKINA tidak berlangsung lama. Sedangkan majalah HIKMAT tetap terbit hingga kini, dan pengelolaannya dilaksanakan oleh PKMT. Bobot majalah HIKMAT ini semakin bertambah, baik dari segi isi maupun fisik. Pengelolaan majalah HIKMAT, ditangani oleh Pdt. Dr. Philipus Budiprayitno, Purwokerto. Di akhir dasawarsa yang pertama ini, PHU Badan Persekutuan GBT kembali mencetak ulang buku nyanyian ”Tabernakel Glori” dalam edisi revisi. Perkembangan Gereja Beth-El Tabernakel Pada Dasawarsa II (1967-1977) Jemaat Gereja Beth-El Tabernakel pada periode ini mulai mendirikan gedung gereja permanen di berbagai kota besar seperti di Surabaya, Bandung, Jakarta, Semarang, Cirebon, Jember, Madiun, Makasar, Banjarmasin, Ternate, Tanah Toraja, dan lain-lain. Jemaat-jemaat baru mulai bermunculan di berbagai tempat. Cukup banyak pula pos PI (Pekabaran Injil) yang didirikan oleh Hamba-hamba Tuhan, termasuk jemaat yang didirikan untuk Tuhan oleh para lulusan kursus Alkitab yang diselenggarakan di sejumlah tempat. Pada tahun 1972, Kursus Alkitab Surabaya yang berlangsung selama 6 bulan ditingkatkan menjadi sekolah Alkitab dengan masa belajar selama 9 bulan. Sekolah ini dikenal dengan nama Sekolah Alkitab Tabernakel Lawang (SATL) dan kampusnya berlokasi di kota dingin, Lawang, Jawa Timur. Banyak di antara alumni SATL yang melanjutkan pendidikan Teologi di luar ncgcri. Dengan semakin banyaknya tenaga sarjana teologi yang mengajar di sekolah ini, maka kurikulum SATL bertambah baik. Meskipun telah di bentuk suatu wadah untuk menampung calon Hamba-hamba Tuhan dalam menuntut ilmu untuk memuliakan nama Tuhan, namun Kursus Alkitab Surabaya di Mojopahit 43-45 (GBT Kristus Penebus) tetap dilaksanakan. Di samping tugas intern organisasi, Badan Persekutuan GBT berpartisipasi pula dalam kebersamaan gereja-gereja aliran Pentakosta dalam wadah Dewan Pentakosta Indonesia (DPI). Beberapa hamba Tuhan dari GBT yang terlibat aktif dalam pembentukan Dewan Pentakosta Indonesia adalah: – Pdt. J.F. Kalalo, M.Div – Pdt. Drs. Simon Rumengan – Pdt. Suatan dan lain-lain. Pada perjalanan sepuluh tahun yang kedua ini, Badan Persckutuan GBT menyelenggarakan beberapa kali Kongres. Kala itu, Kongres diselenggarakan tiap 2 (dua) tahun sekali. Di Bandung, Kongres V digelar tanggal 1-6 Agustus 1967. Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 8-12 Oktober 1969, Kongres Besar VII berlangsung di Surabaya. Dua tahun lagi, Kongres Besar VIII bertempat di Lawang, yaitu Sekolah Alkitab Tabernakel Lawang. Kongres ini berlangsung 6 enam hari, tanggal 5-10 Oktober 1971. Dua kali Kongres berikutnya, yaitu Kongres IX (28-31 Agustus 1973) dan Kongres X (27-31 Agustus 1975) juga diadakan di tempat yang sama, yaitu di Lawang. Dalam perkembangannya di dasawarsa yang kedua ini Badan Persekutuan GBT tidaklah terlepas dari hambatan dan cobaan. Seorang pendeta senior keluar dari Badan Persekutuan GBT dan tindakannya ini diikuti dengan keluarnya puluhan pendeta dan jemaat di Tana Toraja serta di Jawa. Mereka bergabung dalan sinode GPT. Oleh GBT hal ini tidaklah dianggap sebagai perpecahan melainkan tetaplah dianggap sebagai perkembangan gereja Tuhan. Perkembangan Gereja Beth-El Tabernakel Pada Dasawarsa III (1977-1987) Memasuki awal dasawarsa III berdirinya Badan Persekutuan GBT, diselenggarakan Musyawarah Besar ke XI Badan Persekutuan GBT yang berlangsung di kota Madiun. Saat ini gedung gerejanya sudah berpindah ke Jalan Batanghari 10, di gereja inilah Pdt. Rehuel Henry Hendrata menggembalakan sidang Tuhan. Mubes yang berlangsung selama 5 hari (31 Agustus-4 September 1977) ini memilih Pdt. J. F. Kalalo sebagai Ketua Pengurus Harian Umum dengan Pdt. Drs. S. Rumengan sebagai Wakil Ketua dibantu Pdt. 1r. M. Oetamahardja selaku Sekretaris. Dalam Mubes ini juga diputuskan bahwa Musyawarah Besar akan diselenggarakan 4 tahun sekali, sedangkan untuk menjaga hubungan antar jemaat GBT, maka diputuskan pula diadakan Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) yang akan berlangsung 2 tahun sekali. Dari Mukernas ini diharapkan informasi dan komunikasi antar jemaat GBT di seluruh Indonesia tetap terjalin dengan baik. Selain itu, dalam Mukernas ini juga dipergunakan sebagai ajang pembinaan kerohanian para pemimpin jemaat. Kemudian Mukernas pertama kali diselenggarakan di Barjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun 1983. Musyawarah Besar berikutnya (Mubes ke XII) diadakan di Malang pada tanggal 14-17 Juli 1981. Kali ini Pdt. C. Tumbel yang diserahi tanggung jawab sebagai Ketua PHU, dibantu oleh Pdt. Ir. Timotius Subekti selaku Wakil Ketua dan Pdt. Ir. M. Oetamahardja tetap dipercaya sebagai Sekretaris. Selama kurun waktu dasawarsa III keberadaan Badan Persekutuan GBT, para Badan Pembina Rohani dan Dewan Guru memandang perlu untuk mempersiapkan Hamba-hamba Tuhan yang berkualitas, agar efektif dalam melakukan penggembalaan dan pekabaran Injil demi keselamatan jiwa-jiwa. Untuk itu mereka mcnyarankan agar Pengurus Harian Umum menyusun program sistcm pendidikan dan pelatihan yang mantap bagi para calon Hamba Tuhan agar kelak dihasilkan Hamba-hamba Tuhan yang mempunyai integritas dan dedikasi tinggi, dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Sehubungan dengan itu, maka pengaruh Badan Persekutuan GBT (termasuk di dalarnnya BPR, Dewan Guru dan PHU) merumuskan sistem pendidikan yang memungkinkan siswa atau mahasiswanya mengetahui dan mengerti Firman Allah dan menyelami arti panggilan Tuhan. Rumusan mengenai sistem pendidikan Alkitab menyangkut penyesuaian kurikulum. Pada tahun 1983, nama Sekolah Alkitab Tabernakel Lawang (SATL) diubah menjadi Seminari Alkitab Tabernakel Lawang (SATL). Pada tahun ajaran ini juga diadakan perubahan kurikulum dalam tubuh: SATL. Empat tahun kcmudian, tepatnya tahun 1985, Mubes XIII kembali digelar di Surabaya pada tanggal 3-6 Scptember 1985. Pada tanggal 23 Januari 1986, Yayasan Pendidikan Kristen ‘Alfa Omega’ didirikan di Surabaya. Yayasan yang bertempat di Jalan Darmo Permai Utara No. 32, Surabaya ini menyelenggarakan badan pendidikan dan pengajaran dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Pertama Perkembangan Gereja Beth-El Tabernakel Pada Dasawarsa IV (1987 – 1997) Pada tahun 1987 ini diadakan Mukernas untuk kali kedua. Sedangkan perkembangan jemaat dari waktu ke waktu menunjukkan kemajuan yang berarti tidak hanya dari segi kuantitas, melainkan juga kualitas. Dalam sebuah Musyawarah Besar Luar Biasa Badan Persekutuan GBT yang diadakan di Lawang pada bulan Juni 1987, telah ditetapkan adanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Persekutuan GBT yang ditandatangani oleh Pdt. Ir. Timotius Subekti selaku Ketua dan Pdt. J. F. Kalalo, M. Div selaku Sekretaris. Dalam AD ditetapkan asas dan tujuan GBT, yaitu berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara (Bab III, pasal 3). Selain itu juga ditempatkan masalah fungsi hak dan kewajiban dari badan persekutuan ini yang disebutkan bahwa tiap jemaat sebagai anggota tubuh Kristus berdiri bebas dan berhak penuh untuk mengatur kehidupan gereja ke dalam secara otonom (Bab IV, pasal 5). Mubes XIV dilangsungkan di Semarang pada tanggal 5-8 September 1989, di mana terpilih Pdt. J. F. Kalalo sebagai Ketua Umum. Ketua Bidang Organisasi adalah Pdt. 1r. M. Oetamaharja. sedangkan Ketua Bidang Pelayanan adalah Pdt. Ir. Timotius Subekti. Sekretaris Umum dipercayakan kepada Pdt. Bernadus Maya, dan Pdt. S. Tjandra Kusuma dipercayai memegang jabatan sebagai Bendahara Umum. Mubes XV diselenggarakan di Magelang pada tanggal 19-23 Oktober 1993. Terpilih sebagai Ketua Umum adalah Pdt. Ir. Timotius Subekti dan Pdt. Timotius Roy Kartiko sebagai Sekretaris Jenderal. Sedangkan Mubes XVI dilangsungkan di Surabaya pada tanggal 7-10 Oktober 1997, sekaligus memperingati 40 tahun berdirinya Badan Persekutuan Gereja Beth-El Tabernakel (29 Mei 1957-29 Mei 1997).
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|