Gereja Santa Clara, Bekasi Utara
Gereja Santa Clara adalah sebuah gereja paroki Katolik yang berlokasi di Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Gereja ini berada di bawah pengelolaan Keuskupan Agung Jakarta. Secara parokial, Gereja ini merupakan Paroki Bekasi Utara. Gereja Santa Clara dinamai menurut Santa Klara, seorang biarawati pengikut Santo Fransiskus Assisi. Gereja ini berada dalam reksa pastoral tarekat Ordo Saudara Dina Kapusin. SejarahWilayah Gereja Santa Clara pada awalnya merupakan bagian dari Paroki Bekasi sebagai sebuah stasi bernama Yohanes Pemandi.[1] Beberapa waktu awalnya, umat juga mengadakan peribadatan secara berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Beberapa waktu kemudian, umat beribadat di ruko yang terletak di kawasan Taman Wisma Asri (sejak 1987) dan di sebuah aula milik Yayasan Dharmais di Kompleks Seroja (sejak 1980-an).[2] Lokasi kapel juga sempat berpindah dari Jalan Pisang menjadi ke Jalan Tomat. Dengan berdirinya Paroki Kranji pada 19 Mei 1990, Stasi Yohanes Pemandi menjadi bagian dari Paroki Kranji. Stasi ini kemudian beralih di bawah reksa pastoral dari Serikat Sabda Allah menjadi kepada para imam Ordo Saudara Dina Kapusin sejak tahun 1995. Kemudian, dalam beberapa pertemuan ditentukan bahwa pelindung umat beralih juga menjadi Santa Clara, karena nama Fransiskus sudah digunakan di gereja lain di KAJ. Pada Januari 1996, wilayah ini dibentuk menjadi suatu stasi mandiri. Paroki Santa Clara berdiri pada 11 Agustus 1998.[3] Rencana pembangunan gereja dimulai dengan pembelian lahan persawahan miliki H. Mochtar Tabrani, yang merupakan pendiri Pesantren An-Nur Bekasi pada tahun 2001.[4] Proses pengajuan IMB dimulai pada awal tahun 2015. Pada 28 Juli 2015, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk gedung Gereja Santa Clara, meskipun terdapat beberapa penolakan.[5] Penolakan juga berlangsung setelah IMB diterbitkan, termasuk dalam aksi unjuk rasa pada bulan Agustus 2015.[6] Peletakan batu pertama dilaksanakan pada 5 Desember 2015. Aksi unjuk rasa yang menentang pendirian gereja juga sempat berlangsung selama proses pembangunan gereja, seperti pada bulan Maret 2017.[7][8] Pasca penegasan bahwa pembangunan gereja tetap dapat dilanjutkan,[9] Bekasi masuk dalam jajaran kota toleransi.[10] IMB permanen diterima pada 5 Maret 2018. Pada 11 Agustus 2019, Wali Kota Rahmat Effendi meresmikan gedung gereja ini. Pada hari tersebut, Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo juga mendedikasikan gedung gereja ini serta meletakkan relikui Santa Clara. Peresmian tersebut juga dihadiri oleh Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.[11]
BangunanGedung Gereja Santa Clara dapat menampung 1.200 orang.[11] Selain pada lantai dasar, gereja ini juga dilengkapi dengan balkon. Pada balkon dapat terlihat kaca patri yang ada pada pintu utama. Kaca patri tersebut menggambarkan Yesus sebagai Gembala Baik, Santa Klara dari Assisi, dan Santo Fransiskus dari Assisi. Gedung gereja ini tidak memiliki salib pada bagian atasnya, dan juga tidak disertai dengan papan nama penunjuk.[4]
Gereja ini memiliki sejumlah fasilitas yang terletak di luar gedung gereja, seperti jalan salib dan goa Maria. Terdapat juga sebuah replika saat Yesus berdoa di Taman Getsemani.
Pada bagian dalam terdapat altar dan panti imam. Salib utama yang dipergunakan adalah Salib San Damiano. Di dekat altar, terdapat dua buah patung, yakni patung Bunda Maria dan Hati Kudus Yesus. Sementara itu, di sekitar pintu utama gereja terdapat juga dua buah patung, yakni patung Santa Klara dan Santo Fransiskus Assisi.
Referensi
Lihat jugaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Santa Clara Church (Bekasi).
|