Homo heidelbergensis
Homo heidelbergensis ("Manusia Heidelberg", dinamakan dari Universitas Heidelberg) adalah sebuah spesies punah dari genus Homo yang mungkin merupakan [1] nenek moyang langsung dari Homo neanderthalensis di Eropa dan Homo sapiens.[2] Bukti terbaik yang ditemukan bagi anggota hominin ini berusia antara 600.000 dan 400.000 tahun lalu. Teknologi alat batu dari H. heidelbergensis sangat mirip dengan alat Acheulean yang digunakan oleh Homo erectus. Morfologi dan interpretasiH. antecessor dan H. heidelbergensis kemungkinan keturunan dari Homo ergaster dari Afrika yang mirip secara morfologi. Tapi karena H. heidelbergensis memiliki rangka otak yang besar - dengan isi kranial yang umumnya 1100–1400 cm³ melebihi rata-rata manusia modern 1350 cm³ - dan memiliki alat-alat dan perilaku yang lebih maju, karenanya ia dimasukan pada klasifikasi spesies yang terpisah. Spesies ini tinggi, rata-rata 1,8 m, dan lebih berotot daripada manusia modern. Jantan memiliki berat 100 kg[butuh rujukan]. Menurut Profesor Lee R. Berger dari Universitas Witwatersrand, sejumlah fosil tulang mengindikasikan beberapa populasi dari Heidelberg adalah "raksasa" dengan tinggi 2,13 m dan menghuni Afrika Selatan antara 500.000 sampai 300.000 tahun lalu.[3] Perilaku sosialPenemuan terbaru di dalam jurang di Atapuerca (Spanyol) yaitu 28 kerangka manusia menyatakan bahwa H. heidelbergensis mungkin merupakan spesies pertama dari genus Homo yang memakamkan yang mati.[4] Beberapa ahli [5] percaya bahwa H. heidelbergensis, seperti turunannya H. neanderthalensis, memiliki suatu bentuk bahasa primitif. Tidak ada bentuk kesenian atau artifak yang canggih selain alat-alat batu yang telah ditemukan, walaupun red ochre, sebuah mineral yang dapat digunakan untuk membuat zat warna merah yang dapat berguna sebagai alat melukis, telah ditemukan di penggalian Terra Amata di bagian selatan Prancis. BahasaMorfologi dari telinga bagian luar dan tengah menyatakan mereka memiliki sensitifitas suara serupa dengan manusia modern dan sangat berbeda dari simpanse. Mereka kemungkinan mampu membedakan antara sejumlah suara yang berbeda. [6] Analisis penggunaan gigi menyarankan bahwa mereka kemungkinan menggunakan tangan-kanan seperti orang modern. [7] Bukti berburuSejumlah panah proyektil berusia 400.000 tahun ditemukan di Schöningen bagian utara Jerman. Alat-alat tersebut dianggap dibuat oleh Homo erectus atau H. heidelbergensis. Secara umum, senjata proyektil umumnya dihubungkan dengan H. sapiens. Tidak adanya persenjataan proyektil adalah suatu indikasi cara mencari makanan yang berbeda, daripada teknologi atau kemampuan yang lebih maju. Situasinya mirip dengan orang asli New Zealand Maori, H. sapiens modern, yang juga jarang melemparkan objek, tetapi menggunakan tombak dan pentungan.[8] Evolusi pemisahanKarena penyebaran dari H. heidelbergensis keluar dari Afrika dan ke Eropa, dua populasi tersebut umunya terisolasi selama tahap Wolstonian dan tahap Ipswichian, masa terakhir yang terlama dari periode glasial Quaternary. Neanderthal terpisah dari H. heidelbergensis mungkin sekitar 300.000 tahun lalu di Eropa, selama tahap Wolstonian; H. sapiens kemungkinan terpisah antara 200.000 dan 100.000 tahun lalu di Afrika. Fosil-fosil seperti tengkorak Atapuerca dan tengkorak Kabwe menjadi saksi dari dua percabangan dari pohon H. heidelbergensis. Homo neanderthalensis mempertahankan kebanyakan fitur-fitur dari H. heidelbergensis setelah evolusi pemisalahan. Walau singkat, Neanderthal lebih tegap, memiliki bubung-alis lebar, wajah yang sedikit menonjol dan tidak adanya dagu yang menonjol. Dengan pengecualian seperti manusia Cro-Magnon, mereka juga memiliki otak yang lebih besar daripada hominin lainnya. Homo sapiens, di sisi lain, memiliki alis paling kecil di antara hominin yang diketahui, tinggi dan kurus, dan memiliki wajah datar dengan dagu menonjol. H. sapiens memiliki otak yang lebih besar daripada H. heidelbergensis, dan lebih kecil dari H. neanderthalensis, secara rata-rata. Sampai sekarang, H. sapiens hanya satu-satunya hominin yang diketahui dengan dahi tinggi, wajah datar, dan alis yang tipis, rata. Beberapa ahli percaya bahwa H. heidelbergensis adalah spesies yang berbeda, dan beberapa yang lain percaya mereka merupakan leluhur dari bentuk-bentuk Homo lain yang terkadang dihubungkan dengan spesies berbeda secara genetika populasi. Beberapa skenario mengenai kelangsungan hidupnya yaitu
Yang mendukung pandangan asal-usul multiregional manusia modern menyuburkan reproduksi di antara tahap-tahap evolusi dan homo berjalan.[9] atau perpindahan gen antara populasi yang berdekatan dikarenakan perjalanan dan penyebaran gen dalam generasi-generasi yang berkelanjutan. PenemuanPenemuan fosil pertama dari spesies ini terjadi pada 21 Oktober 1907, dan datang dari Mauer di mana seorang pekerja Daniel Hartmann melihat sebuah rahang di lubang pasir. Rahang tersebut (Mauer 1) berada dalam kondisi baik kecuali hilangnya gigi geraham, yang kemudian ditemukan di dekat rahang. Pekerja tersebut memberikannya ke Profesor Otto Schoetensack dari Universitas Heidelberg, yang mengidentifikasi dan memberi nama kepada fosil tersebut. Sisa berikutnya dari H. heidelbergensis ditemukan di Steinheim an der Murr, Jerman (tengkorak Steinheim, 350 kya); Arago, Prancis (Arago 21); Petralona, Yunani; Ciampate del Diavolo, Italy; Dali, Jinniushan dan Maba, China. Manusia BoxgrovePada tahun 1994 ilmuwan Inggris mengeluarkan tulang kering hominin hanya beberapa mil dari Selat Inggris, bersama dengan ratusan kapak tangan kuno, di situs Boxgrove Quarry. Sebagian tulang kaki berumur sekitar 478.000 dan 524.000 tahun. H. heidelbergensis adalah spesies proto-manusia pertama yang menghuni Prancis dan Britania Raya pada waktu itu; kedua tempat tersebut terhubungkan dengan suatu daratan pada masa tersebut. Sebelum Gran Dolina, Boxgrove merupakan tempat hominid paling awal di Eropa. Tulang kering tersebut telah dikunyah oleh karnivora besar, menyarankan bahwa ia mungkin dibunuh oleh seekor singa atau serigala atau mayat yang tidak dikubur yang dimangsa setelah mati.[10] Sima de los HuesosPada awal 1992, tim dari Spanyol telah menemukan lebih dari 5.500 tulang manusia yang berumur paling tidak 350.000 tahun di situs Sima de los Huesos di Sierra de Atapuerca di utara Spanyol. Lubang tersebut terdiri dari fosil-fosil sekitar 28 individu berikut dengan sisa dari Ursus deningeri dan karnivora lainnya dan seekor biface yang dinamakan Excalibur. Dihipotesiskan bahwa kapak Acheulean tersebut yang terbuat dari kuarsit merah merupakan suatu bentuk persembahan untuk suatu ritual pemakaman. Sembilan puluh persen dari peninggalan H. heidelbergensis yang diketahui didapat dari situs ini. Tulang-tulang fosil terdiri dari:
Tentu saja, di situs-situs terdekat memiliki satu-satunya fosil yang diketahui dan kontroversial bernama Homo antecessor. Sekarang masih menjadi perdebatan di antara para ahli apakah Sima de los Huesos merupakan H. heidelbergensis, atau hominin lain yang tidak sesuai dengan garis langsung dari H. antecessor ke H. neanderthalensis. Suffolk, InggrisPada tahun 2005 alat batu api dan gigi dari tikur air Mimomys savini, spesies sebagai kunci pengumuran, ditemukan di tebing dekat Pakefield dekat Lowestoft di Suffolk. Hal ini menyatakan bahwa hominin dapat berusia sampai 700.000 tahun di Inggris, kemungkinan kawin silang antara Homo antecessor dan Homo heidelbergensis.[11] [12] [13] [14] [15] Lihat juga
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
|