Ikonografi manga
Manga Jepang telah mengembangkan bahasa visual atau ikonografinya sendiri untuk mengungkapkan emosi dan keadaan karakter internal lainnya. Gaya menggambar ini juga berpindah ke anime, karena banyaknya cerita yang diadaptasi menjadi acara dan film televisi. Pembahasan di sini akan lebih menekankan gaya untuk asli manga, walaupun dapat diterapkan pula ke dalam anime. Gaya manga yang terkenal dan mudah dikenali sangatlah khas. Penekanan lebih sering ditempatkan dalam baris kalimat dibandingkan dengan bentuk yang terpisah. Selain itu, penempatan panel dan cara penceritaan manga Jepang berbeda dengan komik Amerika. Latar belakang impresionistik sangat umum, seperti beberapa panel berurutan yang menampilkan latar bukan tokoh. Panel dan halaman umumnya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan penulisan bahasa Jepang tradisional. Karena manga adalah bentuk seni yang beragam, maka tidak semua seniman manga mengikuti aturan yang akan dijelaskan di bawah. Aturan ini kemudian dipopulerkan ke Barat melalui seri-seri seperti Akira, Sailor Moon, Dragon Ball, dan Ranma ½. Karakteristik panelAda beberapa teknik ekspresif yang khas (dan beberapa di antaranya bersifat unik) untuk bentuk manga:
Fitur wajahMeskipun seni dapat sangat realistis maupun bersifat kartun, tokoh manga sering kali memiliki mata yang besar (tokoh perempuan umumnya memiliki mata yang lebih besar daripada tokoh laki-laki), hidung yang kecil, dan wajah yang rata. Penelitian sosial dan psikologis mengenai ketertarikan wajah telah menyimpulkan bahwa dengan adanya fitur wajah yang seperti anak-anak dapat meningkatkan ketertarikan secara keseluruhan.[1] Seniman manga sering menggunakan hal ini untuk meningkatkan daya tarik dari tokoh protagonis. Mata yang besar telah menjadi fitur permanen dalam manga dan anime sejak tahun 1960-an ketika Osamu Tezuka terinspirasi oleh kartun-kartun Disney dari Amerika Serikat dan mulai menggambarkan mata seperti itu. Selain itu, di dalam mata yang besar, rasa transparan dari pupil dan kilauannya maupun pantulan kecil di tepian mata sering kali dilebih-lebihkan, tanpa memedulikan kondisi pencahayaan di sekitarnya. Efek transparan dan kilauan ini hanya diterapkan pada tokoh yang masih hidup. Sedangkan untuk tokoh yang sudah meninggal, mereka memiliki warna mata yang solid sedikit lebih gelap dari warna selaput pelanginya saat mereka masih hidup. Terkadang efek bagi tokoh yang sudah meninggal ini juga digunakan untuk mengindikasikan tokoh yang tidak memiliki emosi karena trauma atau kehilangan kendali kesadaran karena kerasukan (hantu, setan, zombi, sihir, dsb.). Pada tokoh dengan rambut yang menutupi sebagian wajah, di mana matanya seharusnya juga tertutupi, sering kali memiliki mata yang tetap digambar berupa garis tepinya saja tanpa warna, meskipun rambutnya berwarna gelap dan pekat. Beberapa simbol visual yang telah dikembangkan dalam beberapa tahun sehingga telah menjadi cara umum untuk menandakan emosi, kondisi fisik, dan suasana hati: MataBentuk dan ukuran mata dapat dibesarkan-besarkan atau berubah sama sekali. Mata yang berbentuk hati dan yang besar seperti anak polos menandakan jatuh cinta. Mata berbentuk bintang menandakan kekaguman terhadap seseorang. Mata berbentuk spiral menandakan kebingungan atau pusing. Mata berbentuk api atau setengah elips horizontal tanpa isi menandakan kemarahan atau dendam (lihat gambar di kanan bawah). Saat tokoh meninggal, pingsan, atau terkejut, dua "X" terkadang digunakan untuk menandakan kondisi tersebut. ">" dan "<" juga dapat digunakan untuk menandakan beragam emosi, seperti kegugupan atau kegembiraan. Mata tanpa pupil maupun kilauan menandakan kondisi mengigau. Pembesaran mata, di mana mata menjadi sangat besar dan bundar sempurna dengan pupil kecil dan tanpa selaput pelangi, bahkan sebagian mata tersebut keluar dari lingkaran wajah (sering kali ditampilkan bersamaan dengan mulut yang menjadi seperti setengah lingkaran membentang dengan bagian ujung yang keluar dari dagu) menandakan kegembiraan yang amat sangat. Demikian pula dengan mengubah mata menjadi dua setengah lingkaran dengan tepian tebal yang menandakan penampilan yang lucu dan gembira (lihat gambar di samping). Bentuk dan ukuran mata terkadang digunakan untuk melambangkan tokoh itu sendiri. Contohnya, mata yang lebih besar biasanya melambangkan kecantikan, kepolosan, atau kesucian, sedangkan mata yang lebih kecil dan menyempit melambangkan kedinginan sang tokoh atau kejahatan. Mata yang dihitamkan sempurna menandakan kepribadian yang pendendam atau kemarahan yang mendalam. Namun, mata jenis ini juga dapat mengindikasikan seseorang yang bijaksana, terutama bila disertai dengan seringai. Mata seorang tokoh yang diberi bayangan tanpa memedulikan pencahayaan ruangan menandakan kemarahan, kekecewaan, ada sesuatu yang salah dengan tokoh tersebut, maupun jika mereka terluka batinnya. Gelembung-gelembung yang terbentuk di tepi mata seorang tokoh menandakan bahwa tokoh tersebut akan menangis. MulutMulut sering kali digambarkan kecil, biasanya hanya berupa satu garis di wajah. Taring yang menyembul dari ujung mulut menandakan kenakalan atau keagresifan (kecuali jika tokoh tersebut memang memiliki taring). Mulut kucing (seperti angka "3" yang diputar 90° searah jarum jam, lihat gambar di samping) yang menggantikan mulut normal dari tokoh tersebut juga dapat menandakan kenakalan atau keagresifan (pengecualian yang cukup mencolok ada pada Konata Izumi dari Lucky Star, yang umumnya memiliki mulut kucing). HidungSama seperti mulut, hidung juga sering kali digambarkan kecil, hanya berupa tanda berbentuk "L" yang kecil untuk menandainya. Pada tokoh perempuan, hidung terkadang dihilangkan sepenuhnya apabila sang tokoh sedang menghadap ke depan. Dalam profil, hidung perempuan sering berbentuk seperti tombol, terdiri dari sebuah segitiga kecil. Mimisan menandakan gairah seksual setelah melihat gambar atau berada dalam keadaan yang merangsang. Hal ini didasarkan pada hikayat Jepang.[2] Gelembung ingus (鼻ちょうちん , hana chōchin), sebuah gelembung yang tergantung di salah satu lubang hidung, menandakan bahwa tokoh tersebut sedang tidur. Kepala dan wajahTetesan keringat (汗マーク , ase māku) adalah aturan visual yang umum. Tokoh digambarkan dengan satu atau lebih bola keringat yang berkilat di bagian alis atau dahinya (atau mengambang di atas rambut bila sang tokoh membelakangi penonton). Hal ini melambangkan beragam emosi, termasuk malu, kegusaran, kebingungan, dan terkejut, di mana seharusnya orang tidak perlu mengeluarkan keringat dalam kondisi demikian. Berkeringat yang sesungguhnya secara fisik dalam manga ditandai dengan penyebaran tetesan keringat yang merata di seluruh tubuh, terkadang di bagian atas pakaian atau rambut. Pembuluh darah berbentuk salib yang muncul dan berdenyut (怒りマーク , ikari māku),[3] biasanya digambarkan seperti salib atau kaki tiga di kepala bagian atas, menandakan kemarahan atau kejengkelan. Tanda ini terkadang dapat dilebih-lebihkan, dan ditempatkan di atas rambut bila sang tokoh membelakangi penonton. Denyutan yang berlanjut lama menandakan kemarahan tambahan. Namun, beberapa manga seperti Doraemon menggunakan kepulan asap untuk melambangkan kemarahan dan tidak menggunakan tanda pembuluh darah ini. Pipi yang merah atau hatching di pipi melambangkan malu, biasanya digunakan untuk perasaan romantis. Pipi merah yang sesungguhnya secara fisik dalam manga ditandai dengan beberapa titik-titik oval kemerah-merahan. Hal ini terkadang sulit dibedakan dengan coretan yang berantakan di sekitar pipi yang digunakan untuk menandakan luka. Terkadang ketika sang tokoh sedang mabuk atau menangis, rona merah panjang yang melintasi hidung mungkin digunakan. Perubahan bentuk wajah dipengaruhi oleh suasana hati sang tokoh, dan dapat berupa bundar seperti apel hingga menajam seperti wortel. Garis vertikal paralel dengan bayangan gelap di atas kepala atau di bawah mata bisa melambangkan merasa dipermalukan, kelelahan, atau horor. Jika garis-garis tersebut bergelombang, bisa jadi melambangkan perasaan jijik. Cara yang lebih imut untuk melambangkan frustrasi (umumnya untuk tokoh perempuan) adalah dengan membusungkan pipi dan ucapannya disampaikan dengan nada kasar, sebuah "3" yang melebar juga mungkin digunakan sebagai bibir sang tokoh untuk melambangkan hal ini. Warna rambut dari tokoh anime juga tidak dipilih secara acak. Dalam beberapa kasus, warna ini melambangkan unsur dari karakteristik tokoh tersebut (berdasarkan makna warna di Jepang):
Perancangan tokoh
Untuk mendapatkan tanggapan penonton yang lebih emosional untuk tokoh tertentu, seorang seniman manga atau animator terkadang menggunakan sifat-sifat tertentu dalam perancangan tokohnya. Salah satu fitur yang paling umum digunakan adalah sifat-sifat keremajaan, baik secara fisik seperti usia yang muda atau adanya kuncir maupun secara emosional seperti pandangan naif atau polos, sifat kekanak-kanakan, atau kelemahan simpatik yang jelas di mana sang tokoh berusaha keras untuk memperbaikinya (kecanggungan yang amat sangat atau penyakit yang mengancam kehidupannya) namun tidak pernah benar-benar berhasil untuk menyingkirkan. Aturan artistik lainnya yang digunakan dalam manga arus utama termasuk:
UnicodeIkonogafi manga juga digunakan sebagai emoji dalam ponsel maupun situs jejaring sosial seperti Facebook, serta diperkenalkan ke dalam Standar Unicode versi 6.0 (dirilis Oktober 2010).
Lihat pulaReferensi
|