Istidraj
Istidraj (bahasa Arab: الاستدراج, translit. al-Istidraj) adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada pemberian kenikmatan duniawi kepada seseorang yang terus-menerus bermaksiat kepada Allah. Istidraj bukanlah bentuk rahmat atau kasih sayang, melainkan cara Allah menunda hukuman kepada mereka yang mengabaikan perintah-Nya, sehingga mereka semakin jauh dalam kelalaian. Istidraj disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits sebagai peringatan bagi umat manusia agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia.[1][2] Etimologi dan DefinisiSecara bahasa, istidraj berasal dari kata daraja (درج), yang berarti "bertahap" atau "berangsur-angsur". Dalam konteks syariat, istidraj adalah kondisi di mana Allah memberikan rezeki dan nikmat secara bertahap kepada seseorang yang bermaksiat tanpa disertai hidayah atau kesadaran untuk bertobat.[3]Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah.[4][5] Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.[4] Tanda-Tanda IstidrajIstidraj ditandai dengan beberapa hal, seperti kenikmatan duniawi yang terus mengalir kepada seseorang meskipun ia bermaksiat kepada Allah. Orang yang mengalami istidraj cenderung merasa puas dengan kehidupannya tanpa melakukan ketaatan, seperti meninggalkan shalat atau kewajiban lainnya. Selain itu, hati mereka menjadi keras, sulit menerima nasihat, dan tidak ada kesadaran untuk bertobat atas dosa-dosa yang telah dilakukan.[6][7] Bahaya IstidrajBahaya istidraj meliputi kerugian dunia dan akhirat. Orang yang mengalami istidraj sering kali melalaikan akhirat karena terbuai oleh kenikmatan duniawi. Mereka juga menghadapi risiko hukuman yang mendadak, di mana Allah dapat mencabut nikmat tersebut secara tiba-tiba. Selain itu, istidraj menutup pintu kesadaran untuk bertobat dan menjadikan seseorang kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri. Akibatnya, mereka mengalami kerugian abadi di akhirat, karena amal mereka tidak bernilai di sisi Allah.[8] Penyebutan dalam Al-Qur’an dan HadisIstidraj dalam Al-Qur’an
Dunia juga dihiasi dengan berbagai macam kemegahan dan sesuatu yang menggiurkan. Allah berfirman:[9][10]
dalam firman yang lain :
Istidraj dalam hadisNabi Islam Muhammad bersabda:
Rujukan
|