Share to:

 

John Manjiro

Nakahama Manjirō
中濱 万次郎
John Manjiro alias Nakanohama Manjirō, sekitar tahun 1880-an.
Lahir(1827-01-27)27 Januari 1827
Provinsi Tosa, Jepang
Meninggal22 November 1898(1898-11-22) (umur 71)
Tokyo, Jepang
KebangsaanJepang
Nama lainJohn Mung
Nama Jepang
Kanji ジョン 万次郎
Hiragana じょん まんじろう
Find a Grave: 5971235 Modifica els identificadors a Wikidata

John Manjiro (ジョン万次郎, John Manjirō, 27 Januari 1827 – 11 Desember 1898) adalah salah satu dari orang Jepang pertama yang mengunjungi Amerika Serikat, dan sekembalinya di Jepang menjadi penerjemah keshogunan selama periode Bakumatsu.[1] Ia juga dikenal dengan nama John Mung (ジョン・マン, John Man). Nama aslinya adalah Nakahama Manjirō (中濱 万次郎) (Nakanohama Manjirō)

Nama John Manjiro populer di Jepang setelah novel John Manjirō Hyōryū-ki (Petualangan John Manjirō) karya Masuji Ibuse memenangi Penghargaan Naoki ke-6 (1937).

Biografi

Masa kecil, terdampar, dan ke Amerika

Manjiro dilahirkan pada tahun 1827 sebagai putra kedua nelayan miskin di Desa Nakanohama, Provinsi Tosa (sekarang Tosashimizu, Prefektur Kochi). Bersama kakak laki-lakinya, Manjiro sejak kanak-kanak mencari nafkah untuk keluarga. Ibunya bernama Shio, sakit-sakitan dan ayahnya (Etsuke) meninggal dunia ketika ia berusia 8 tahun.[2] Manjiro buta huruf sewaktu kecil karena keluarganya sangat miskin, menyekolahkannya di sekolah terakoya pun tidak mampu.

Pada bulan Januari 1841, Manjiro yang berusia 14 tahun sedang melaut bersama empat rekan nelayan lainnya ketika perahu mereka rusak terkena badai. Perahu hanyut di Samudra Pasifik lebih dari 5 hari sebelum mereka terdampar sebuah pulau tak berpenghuni (Torishima). Setelah terdampar selama 143 hari, Manjiro dan keempat rekannya (Goemon, Denzo, Toraemon, dan Jusuke) diselamatkan kapal pemburu paus Amerika Serikat John Howland pada tanggal 28 Juni 1841.[3] Ketika kapal singgah di Hawaii (Oktober 1841) untuk mengisi perbekalan, keempat rekan Manjiro diturunkan ke darat. Kapten William H. Whitfield terkesan dengan kecerdasan Manjiro, sehingga mengajaknya ikut hingga pelayaran selesai dan kembali ke Amerika. Para awak kapal memanggilnya John Mung (dilafalkan: John Mang) yang diambil dari nama kapal dan suku kata pertama namanya, Manjiro.

Kapal yang ditumpangi Manjiro singgah di Kepulauan Kingsmill (Maret 1842) dan Guam sebelum berburu paus di laut selatan Jepang selama beberapa bulan. Kapal kembali ke Oahu, Hawaii pada bulan Agustus tahun yang sama, namun tidak dapat merapat di pelabuhan akibat angin kencang. Singgah di Eimeo (November 1842), dan kapal yang ditumpanginya berlayar mengitari Tanjung Horn di Amerika Selatan (April 1843), dan tiba di New Bedford, Massachusetts, Massachusetts pada bulan Mei 1843. Setibanya di Fairhaven, Kapten Whitfield yang waktu itu sedang menduda, menitipkan Manjiro kepada salah seorang kerabatnya untuk disekolahkan. Setelah Kapten Whitfield menikah lagi, Manjiro dijadikan anak angkat dan tinggal bersama keluarga Whitfield. Ia disekolahkan ke sekolah dasar bernama Oxford School di Fairhaven, Massachusetts (1843) untuk belajar membaca dan menulis.[4] Pada tahun 1844, Manjiro yang sudah berusia 17 tahun melanjutkan ke sekolah menengah Bartlett School of Navigation (1844). Pelajaran yang diterimanya antara lain bahasa Inggris, matematika, sejarah, geografi, serta navigasi dan pembuatan kapal. Ia bahkan bekerja sambilan di pembuat tong kayu untuk diisi minyak paus.[5] Manjiro adalah murid Jepang pertama yang belajar di Amerika Serikat.[6]

Sebagai awak kapal pemburu paus

Peta perjalanan John Manjiro

Setelah tiga tahun tinggal di Fairhaven, Manjiro yang telah berusia 19 tahun, memulai kehidupan sebagai pemburu paus di Samudra Pasifik selama 3 tahun 4 bulan.[2] Ia diterima bekerja sebagai kelasi pembuat tong di kapal pemburu paus Franklin yang berangkat dari New Bedford pada tahun 1846.[7] Kapal tersebut berburu paus di laut sekitar Jepang, dan Manjiro berharap dapat sekali lagi bertemu dengan ibunya di Jepang. Kapal di bawah pimpinan nakhoda Kapten Ira Davis itu berlayar melewati Boston, Azores, dan Tanjung Verde, melewati Tanjung Harapan di Afrika, menyeberangi Samudra Hindia, dan singgah di Timor (Februari 1847) sebelum sampai di Pulau Irlandia Baru.[7] Pada bulan Oktober 1847, Franklin singgah di Honolulu, dan Manjiro bertemu kembali dengan empat rekannya yang menetap di Hawaii. Mereka tidak ada yang dapat pulang karena Jepang sedang menjalankan politik sakoku. Orang Jepang yang keluar dari wilayah Jepang diancam hukuman mati. Di atas kapal Franklin terjadi perubahan kepemimpinan setelah kapten kapal Ira Davis menderita gangguan mental dan ditinggalkan di Manila. Para awak kapal naik pangkat satu tingkat, mualim satu naik pangkat sebagai kapten kapal. Manjiro naik pangkat sebagai boatsteerer (harpooner), salah satu jabatan terpenting dalam kapal pemburu paus.[7] Setelah menangkap sekitar 500 paus yang menghasilkan ribuan barel minyak, Franklin tiba kembali di New Bedford pada bulan Juni 1849. Semua awak kapal mendapat bayaran, dan Manjiro mengantongi AS$350.[8]

Akhir Oktober 1849, Manjiro berangkat dari New Bedford menuju California yang sedang dilanda Demam Emas. Perjalanan ke California memakan waktu sekitar 7 bulan. Kapalnya singgah di Valparaiso (April 1850), dan tiba di California pada Mei 1850.[7] Empat bulan di California, ia berhasil mengumpulkan uang AS$600 dari hasil menambang emas.[2] Dengan uang yang cukup banyak menurut nilai uang waktu itu, Manjiro berangkat dari California pada bulan Agustus, dan kembali ke Oahu, Hawaii untuk bertemu rekan-rekan nelayan dari Jepang. Ia hanya dapat bertemu dengan tiga orang dari mereka, karena salah seorang di antaranya sudah meninggal dunia. Dua rekannya sepakat untuk menemani Manjiro kembali ke Jepang. Manjiro dan rekannya menghabiskan waktu berbulan-bulan menyiapkan perjalanan mereka. Bantuan didapat mereka dari Konsul Amerika Serikat Mr. Allen dan Pendeta Samuel C. Damon dari Gereja Seamen's Bethel di Honolulu. Pendeta Damon membelikan sebuah perahu pendarat yang mereka beri nama Adventure. Sebuah kapal dagang yang berangkat menuju Shanghai setuju untuk mengantar, dan mereka berangkat dari Hawaii pada bulan Desember 1850.[9] Perahu Adventure yang dinaiki Manjiro dan dua rekannya (Denzo dan Goemon) diturunkan di dekat Kepulauan Ryukyu.[3]

Kembali ke Jepang

Sepuluh tahun setelah meninggalkan kampung halaman, mereka akhirnya tiba di Kepulauan Ryukyu (Okinawa) yang merupakan wilayah Domain Satsuma pada 3 Februari 1851.[2] Manjiro dan dua rekannya langsung ditangkap. Ketika Jepang sedang menjalankan politik negeri tertutup, orang Jepang yang keluar negeri dilarang untuk kembali. Dari Ryukyu, Manjiro dan rekan dikirim ke Satsuma (Kagoshima). Mereka dijamu sebagai tamu sambil diinterogasi oleh penguasa Domain Satsuma, Shimazu Nariakira yang sangat berminat terhadap budaya dan teknologi dari Barat. Sekitar 40 hari kemudian, mereka dikirim ke Nagasaki (Juli 1851) untuk diinterogasi di kantor Nagasaki-bugyō. Mereka menjalani interogasi selama 18 kali termasuk diminta menginjak fumie[9] untuk membuktikan dirinya bukan penganut Kristen. Ketika diinterogasi untuk terakhir kalinya di Tosa, petugas merasa sulit untuk memahami cerita mereka yang terdengar asing bagi orang di negeri tertutup seperti Jepang. Pelukis dan cendekiawan bernama Kawada Shōryū kemudian ditugaskan untuk merangkum cerita yang dikisahkan Manjiro dan kedua rekannya.[10] Hasil interogasi selesai ditulis pada tahun 1852 sebagai buku 4 jilid berjudul Hyōson Kiryaku (Catatan Singkat Terhanyut ke Tenggara).[11]

Pengampunan dan tugas di keshogunan

Pada akhirnya Manjiro dilepas pada bulan Oktober 1852.[5] Ia tiba di Nakanohama, Tosa pada 5 Oktober 1852,[2] dan bertemu kembali dengan ibunya yang tidak dilihatnya selama 12 tahun. Pemerintah Domain Tosa awalnya melarangnya untuk meninggalkan Tosa. Manjiro kembali dimintai keterangan selama 70 hari.[12] Ia diminta mengajar murid-murid muda di sekolah. Di antara murid-muridnya terdapat Gotō Shōjirō dan Sakamoto Ryoma.[9]

Pada bulan Juli 1853, armada empat kapal perang Amerika Serikat yang disebut "Kapal Hitam" di bawah pimpinan Komodor Matthew Perry tiba di Jepang. Jepang diminta untuk menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik dengan negara asing. Hyōson Kiryaku dijadikan bacaan wajib bagi para daimyo dan pejabat keshogunan, dan dibuat ratusan kopi salinannya. Keshogunan Edo memerlukan orang Jepang yang tahu soal Amerika Serikat, dan menyadari pentingnya pengetahuan yang dimiliki Manjiro. Pada bulan Agustus 1853, Manjiro diperintahkan untuk berangkat ke Edo, dan ditanyai secara langsung oleh rōjū Abe Masahiro. Manjiro menceritakan tentang keadaan negara Amerika Serikat kepada para pejabat keshogunan. Ia juga memberi tahu keinginan Amerika Serikat menjalin hubungan persahabatan dengan Jepang. Kapal-kapal pemburu paus Amerika yang membutuhkan kayu bakar, air tawar, dan makanan di selatan Kyushu, di salah satu pulau kecil di bawah administrasi Domain Satsuma atau Kepulauan Ryukyu.[2]

Manjiro diangkat sebagai hatamoto di bawah perintah langsung shogun,[12] dan menerima nama keluarga Nakanohama (中濱) (Nakahama) yang diambil dari nama kampung halamannya di Tosa. Pada bulan April 1857, ia diangkat sebagai pengajar navigasi di sekolah angkatan laut, dan juga diundang dua kali ke Hakodate untuk mengajari cara berburu paus.[9] Buku pedoman navigasi Nathaniel Bowditch diterjemahkannya menjadi Bowditch Kōkaijutsu (Teknik Navigasi Bowditch) dari tahun 1855 hingga 1857.[12] Buku pelajaran bahasa Inggris Eibei Taiwa Shōkei (Jalan Pintas Percakapan Bahasa Inggris-Amerika) ditulisnya pada tahun 1859.[13] Di dalamnya terdapat lagu A.B.C. untuk belajar bahasa Inggris yang pertama di Jepang.[6] Selain itu, ia juga disibukkan dengan tugas-tugas dari keshogunan seperti menjadi pimpinan pembuatan kapal, sebagai penerjemah, memberi kuliah, dan mengatur pembelian kapal-kapal.

Keshogunan Edo akhirnya memberhentikan Manjiro, dan mengembalikannya sebagai rakyat biasa. Salah satu alasan, banyak orang yang iri kepadanya. Manjiro tidak memiliki asal usul keturunan samurai, tetapi tanpa canggung mampu menghadapi orang Amerika. Ia awalnya ditunjuk untuk mendampingi Komodor Perry sebagai penerjemah, tetapi pejabat rōjū cemas kehilangan kedudukan sebagai penerjemah bahasa Belanda, dan mencurigainya sebagai mata-mata. Perundingan Persetujuan Kanagawa dilakukan dalam bahasa Belanda. Manjiro akhirnya tidak pernah bertugas sebagai penerjemah untuk Komodor Perry, dan tidak pula pernah bertemu dengannya. Meskipun demikian, Perry tahu tentang Manjiro yang dapat berbahasa Inggris.[6]

Pada Januari 1860, Keshogunan Edo mengirimkan delegasi Jepang ke Amerika Serikat dengan menaiki kapal Kanrin Maru. Keberangkatan delegasi tersebut dalam rangka pertukaran instrumen ratifikasi Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan Amerika Serikat-Jepang. Manjiro berangkat sebagai salah satu dari 96 anggota delegasi, tugasnya sebagai instruktur dan penerjemah. Di antara anggota delegasi juga terdapat Fukuzawa Yukichi. Di tengah pelayaran, Kapten Katsu Kaishū mabuk laut, dan Manjiro mengambil alih komando kapal.[14] Kapal tiba di San Francisco pada bulan Maret 1860.[9] dan Manjiro sempat menulis surat kepada Kapten Whitfield. Isi surat menceritakan pengalaman dirinya setelah kembali di Jepang sembilan tahun sebelumnya.

Sepulang dari Amerika Serikat, Manjiro tidak berkeinginan kembali ke dunia politik. Manjiro bersama tim survei dan pemetaan berangkat ke Kepulauan Ogasawara pada tahun 1861. Pada bulan Desember 1862, ia menjadi nakhoda kapal pemburu paus Ichiban Maru, dan menangkap dua ekor paus di lepas pantai Kepulauan Ogasawara.[9] Pada tahun 1864, waktunya diisi dengan memberi kuliah di Akademi Angkatan Laut Keshogunan, Kaiseijo di Satsuma, mengajar bahasa Inggris, matematika, navigasi, dan pembuatan kapal.[12] Pada tahun 1866, John Manjiro bersama Gotō Shōjirō ikut mendirikan sekolah Kaiseikan atas perintah penguasa Domain Tosa, Yamauchi Yōdō. Keduanya ditugaskan ke Nagasaki (1865), dan Shanghai (1866) untuk membeli kapal untuk angkatan laut Domain Tosa,[15] termasuk Yugao.[12]

Setelah Restorasi Meiji, Manjiro bekerja sebagai dosen sekolah tinggi ilmu-ilmu Barat Kaisei College pada tahun 1869[5] (sekarang Universitas Tokyo). Pada bulan Agustus 1870, ia diberangkatkan ke Eropa sebagai anggota delegasi pengamat Perang Prancis-Prusia, dan tiba di London pada 17 November 1870. Dalam perjalanan pulang, Manjiro berkunjung ke Amerika Serikat, dan diterima secara resmi di Washington, D.C.. Sebelum berangkat ke Jepang, ia naik kereta api ke Fairhaven, Massachusetts untuk mengunjungi Kapten Whitfield, dan bermalam di rumah tempatnya menumpang dulu. Ketika bertemu kembali dengan ayah angkatnya, Manjiro berusia 43 tahun dan Kapten Whitfield 65 tahun. Sekembalinya di Tokyo (1871), Manjiro menderita perdarahan intrakranial,[12] dan memulai masa pensiun untuk beristirahat.

Ketika berada di Amerika Serikat pada tahun 1898, putra ketiga Manjiro yang bernama Keisaburo mendatangi rumah Keluarga Whitfield, namun Kapten Whitfield sudah meninggal dunia pada tahun 1886. Kapal penangkap paus John Howland hilang dalam pelayaran di Samudra Arktik pada tahun 1883, dan Pendeta Damon meninggal dunia pada tahun 1885.[2] Keisaburo dengan segera mengirimkan berita kepada ayahnya. Namun sebelum suratnya sampai, John Manjiro lebih dulu meninggal dunia pada 12 November 1898 dalam usia 71 tahun. Makamnya berada di Pemakaman Zōshigaya.[16]

Peninggalan

Manjiro menggunakan ilmu pembuatan kapal yang dimilikinya untuk membantu Keshogunan Tokugawa membangun angkatan laut modern. Ia menerjemahkan buku Bowditch Practical Navigator ke dalam bahasa Jepang, mengajar bahasa Inggris, strategi perang laut, dan teknik perburuan paus. Ia disebut-sebut membantu pembangunan Shohei Maru sebagai kapal perang model asing pertama milik Jepang.

Di kemudian hari, Presiden Amerika Serikat Calvin Coolidge memuji John Manjiro,

Kembalinya John Manjiro ke Jepang sama halnya dengan kita mengirim duta besar Amerika Serikat ke negara itu, karena keberhasilan usahanya mendampingi Keshogunan Jepang dalam memahami keadaan sebenarnya negara kita. Usahanya membuat kedatangan Komodor Perry diterima dengan sambutan yang lebih baik daripada keadaan yang diperkirakan sebelumnya.[6]

Manjiro lebih dihormati di Amerika Serikat daripada di negerinya sendiri. Ia ditakuti di Jepang karena dapat berbahasa Inggris, dan orang Jepang khawatir ia melakukan tindakan yang menguntungkan Amerika sehingga perundingan dilakukan dalam bahasa Belanda.[6]

Manjiro menikah tiga kali dan memiliki 7 orang anak. Dari pernikahan pertama (1854) lahir seorang anak laki-laki (Dr. Toichiro Nakahama) dan dua anak perempuan sebelum istrinya meninggal dunia pada usia 24 tahun. Dari pernikahan kedua yang berakhir dengan perceraian, Manjiro mendapat dua anak laki-laki, dan dua anak laki-laki lagi dari pernikahan ketiga.[8]

Pada 4 Juli 1918, hadiah dari putra tertuanya, Dr. Toichiro Nakahama berupa sebilah katana disampaikan oleh Duta Besar Jepang untuk Amerika Serikat Kikujiro Ishii kepada kota Fairhaven. Hadiah tersebut diberikan untuk memperingati diselamatkannya Nakahama Manjiro oleh Kapten Whitfield.[3] Katana tersebut dihadiahkan kembali ke Perpustakaan Millicent di Fairhaven, dan dijadikan benda pameran bahkan di tengah berlangsungnya Perang Dunia II.

Di antara keberhasilan yang pernah dicatatnya, Manjiro kemungkinan adalah orang Jepang pertama yang naik kereta api, naik kapal uap, menjadi anak buah kapal di kapal Amerika Serikat, mengenal persamaan jender,[8] dan memperkenalkan konsep demokrasi dalam Hyōson Kiryaku. Cerita mengenai Amerika Serikat yang diberikan John Manjiro memengaruhi pemikiran Sakamoto Ryoma, Katsu Kaishu, dan Fukuzawa Yukichi, serta perintis modernisasi lainnya di Jepang.[2] Sakamoto Ryoma mengaku dirinya mengenal demokrasi dari buku Hyōson Kiryaku. Fukuzawa Yukichi belajar bahasa Inggris dari Manjiro. Sewaktu keduanya berada di San Francisco (1860), Manjiro mengajak Fukuzawa ke toko buku dan membeli dua kopi Webster's English Dictionary.[8] Sebuah mesin jahit dan sebuah kamera termasuk di antara barang-barang yang dibelinya di San Francisco.[9]

Sebuah patung didirikan untuk John Manjiro di Tanjung Ashizuri, Prefektur Kochi. Model patung tersebut adalah dari foto John Manjiro ketika menjadi dosen di Universitas Kekaisaran Tokyo. Di Fairhaven, Manjiro Historic Friendship Society merenovasi rumah kediaman William Whitfield untuk dijadikan museum peninggalan Manjiro.[17]

Kronologi

  • Januari 1841: Manjiro dan keempat rekan nelayan terdampar Torishima
  • 28 Juni 1841: Diselamatkan kapal Amerika Serikat John Howland
  • Oktober 1841: Keempat rekan diturunkan di Hawaii
  • Maret 1842: Kepulauan Kingsmill
  • November 1841: Eimeo
  • Juni 1843: Tiba di New Bedford, Massachusetts, Massachusetts
  • 1843: Sekolah Oxford
  • 1844: Bartlett Academy
  • Oktober 1846: Berangkat dari New Bedford
  • Oktober 1847: Honolulu, reuni dengan keempat rekan di Hawaii
  • Juni 1849: Tiba kembali di New Bedford
  • Oktober 1849: Berangkat dari New Bedford menuju California
  • April 1850: Valparaiso, Chili
  • Mei 1850: Tiba di California
  • Agustus 1850: Berangkat dari California menuju Hawaii
  • Desember 1850: Berangkat dari Hawaii menumpang kapal menuju Shanghai
  • 3 Februari 1851: Tiba di Kepulauan Ryukyu, ditangkap dan diinterogasi
  • 1852: Hasil interogasi disusun dalam Hyōson Kiryaku oleh Kawada Shōryū
  • Oktober 1852: Dilepas dari tahanan, tiba kembali di Tosa
  • Juni 1853: Komodor Perry dan armada Kapal Hitam tiba di Jepang
  • Agustus 1853: Dipanggil ke Edo oleh keshogunan
  • 1859: Menulis buku Eibei Taiwa Shōkei
  • Januari 1860: Berangkat ke Amerika Serikat dengan kapal Kanrin Maru
  • Maret 1860: Tiba di Amerika Serikat
  • Desember 1862: Berburu paus di Kepulauan Ogasawara
  • 1866: Bekerja di Tosa
  • 1869: Pengajar di Kaisei College (kemudian disebut Universitas Tokyo)
  • 1870: Dikirim ke Eropa
  • 12 November 1898: Meninggal dunia.

Lihat pula

  • Hasekura Tsunenaga, orang Jepang pertama yang tiba di benua Amerika (1614)
  • Otokichi, penumpang gelap di kapal, sampai di Amerika Serikat 10 tahun sebelum John Manjiro
  • Moriyama Einosuke, penerjemah Jepang dalam perundingan dengan Komodor Perry
  • Ranald MacDonald, guru bahasa Inggris pertama di Jepang

Referensi

  1. ^ Webber, Bert (1984). Wrecked Japanese Junks adrift in the North Pacific Ocean. Ye Galleon Press. ISBN 0-87770-220X Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  2. ^ a b c d e f g h Kawasumi, Tetsuo. "Reconsidering John Manjiro". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-27. Diakses tanggal 2010-01-12. 
  3. ^ a b c "The presentation of a Samurai sword, the gift of Doctor Toichiro Nakahama, of Tokio, Japan, to the town of Fairhaven, Massachusetts (1918)". Internet Archive. Diakses tanggal 2010-01-12. 
  4. ^ "The John Manjiro Trail". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-07. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  5. ^ a b c Kawasumi, Tetsuo. "Introducing John Manjiro". The Manjiro Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-07. Diakses tanggal 2010-01-12. 
  6. ^ a b c d e Nakahama, Hiroshi. "John Manjiro: A Pioneer in Japan-US Exchange". World Forum. Institute for International Studies and Training (1 February 2006). 
  7. ^ a b c d Kawada Shoryo (2003). Hyoson Kiryaku: Drifting Toward the Southeast: The Story of Five Japanese Castaways. Spinner Publications. hlm. 9, 18. ISBN 0-9320-2756-3. 
  8. ^ a b c d "One of a kind". The Japan Times Online. 2004-03-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-27. Diakses tanggal 2010-01-15. 
  9. ^ a b c d e f g Miyashita, Kazuko. "ジョン万次郎ー日米の夜明けに生きた日本人=John Manjiro: A Cross-Cultural Life in the Light of Japan-U.S. Relationship" (PDF). Diakses tanggal 2010-01-15. 
  10. ^ "河田小龍 (土佐藩士・画家)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-17. Diakses tanggal 2010-01-12. 
  11. ^ "漂巽紀略". Diakses tanggal 2010-01-12. 
  12. ^ a b c d e f "ジョン万次郎年表". Diakses tanggal 2010-01-15. 
  13. ^ "英米対話捷径 / 中浜万次郎 訳". Perpustakaan Universitas Waseda. Diakses tanggal 2010-01-12. 
  14. ^ "The Manjiro Story Part II". Exchanges. The Manjiro Society. 1 (Number 2 Fall 1994). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-11-21. Diakses tanggal 2010-01-16. 
  15. ^ "ジョン万次郎の生涯". Diakses tanggal 2010-01-15. 
  16. ^ "John Manjiro Original name: John Nakahama". Find A Grave. Diakses tanggal 2010-01-11.  line feed character di |title= pada posisi 13 (bantuan)
  17. ^ Medeiros, Michael (8 Desember 2006). "Preserving the Manjiro Legacy". South Coast Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-11. Diakses tanggal 2008-06-18. 

Bacaan selanjutnya

  • Kawada Shoryo (2003). Hyoson Kiryaku: Drifting Toward the Southeast: The Story of Five Japanese Castaways. Spinner Publications. ISBN 0-9320-2756-3. 
  • Hisakazu, Kaneko (1956). Manjiro, The Man Discovered America (1956). Houghton Mifflin Company. Diakses tanggal 2010-01-11. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya