Kaeng matsaman
Kaeng matsaman atau kari massaman (bahasa Thai: แกงมัสมั่น, RTGS: kaeng matsaman, IPA: [kɛːŋ mát.sa.màn] ⓘ) adalah kari Thai yang bercitarasa gurih, kaya, dan lembut yang merupakan penafsiran Thai akan hidangan Persia atau Timur Tengah.[1] DeskripsiMassaman atau matsaman adalah bukan istilah asli dalam Bahasa Thai. Secara umum istilah ini mungkin merujuk kepada umat Muslim, dalam Bahasa Prancis pada abad ke-19 menyebutnya sebagai "Kari Mussulman"; Mussulman adalah bentuk kuno dalam beberapa bahasa Eropa untuk menyebut Muslim.[2][3] Menurut pakar masakan Thailand, David Thompson, juga wartawan Santi Sawetwimon, hidangan ini berasal dari Thailand Tengah abad ke-17 Masehi, di kota kosmopolitah Ayutthaya. Hidangan ini mungkin dibawa oleh saudagar sutra asal Persia bernama Sheik Ahmad Qomi, yang kemudian menurunkan keluarga bangsawan Thai bermarga Bunnag.[4] Teori lainnya berpendapat, bahwa massaman adalah hidangan asal Semenanjung Melayu Thailand Selatan, yang dipengaruhi masakan Melayu dan India,[5] Kari ini menjadi ilham bagi puisi akhir abad ke-18, karya Pangeran Itsarasunthon dari Siam, dan kemudian Raja Rama II (1767-1824). Puisi ini dipersembahkan kepada Putri Bunrot, kemudian menjadi Ratu Sri Suriyendra, permaisuri Raja Rama II. Bait kedua puisi berbunyi:[6][7]
Karena kari ini memiliki akar pada hukum pangan Islam, maka kari ini umumnya dimasak dengan menggunakan bahan-bahan yang halal seperti menggunakan daging sapi. Akan tetapi ada variasi lain yang menggunakan daging bebek, ayam, atau kambing. Namun ada pula warga Thailand non-Muslim yang menggunakan daging babi untuk memasak kaeng matsaman.[8][9] Karena daging babi adalah haram menurut ajaran Islam - maka Muslim Thailand pasti hanya memasak jenis kaeng matsaman yang halal. Ada pula variasi vegetarian dari kari massaman. Cita rasa kaeng matsaman diperoleh dari campuran bumbu (nam phrik kaeng matsaman) yang kurang lazim digunakan dalam kari Thai. Kapulaga, kayu manis, cengkih, bunga lawang, jintan, daun salam, dan pala pada abad ke-17 didatangkan dari Nusantara (Indonesia) dan Asia Selatan oleh saudagar asing. Perdagangan rempah ini pada awalnya dikuasai oleh saudagar Muslim dari Timur Tengah, India, dan Nusantara. Akan tetapi saudagar rempah Muslim ini kemudian akan tersaingi dan tertekan oleh aktivitas pedagang Eropa seperti Portugis, VOC, dan Perusahaan Hindia Timur Prancis.[10] Bumbu ini ditambah lagi dengan cabai merah kering yang mulai ditanam di kawasan,[11] ditambah pula biji ketumbar, sereh, lengkuas, lada putih, terasi, bawang merah dan bawang putih untuk melengkapi bumbu kari massaman. Bumbu halus ini kemudian dimasak dalam campuran santan, kemudian ditambahi daging, kentang, bawang bombay, kecap ikan, garam, asam jawa, gula jawa, santan kental dan kacang tanah.[12][13] Kari Massaman biasanya disajikan dengan nasi putih dan hidangan lain. Ada pula yang menambahi jeruk, air perasan limau atau sari nanas sebagai bahan tambahan.[14][15] Liputan mediaSemula, pada 2011 CNNGo menempatkan kari massaman sebagai makanan nomor satu daftar 50 Makanan Terlezat di Dunia.[16] Akan tetapi, setelelah pemungutan suara berjalan, pemeringkat CNN kemudian hanya menempatkan kari massaman di peringkat ke-10, sementara peringkat pertama diraih rendang dari Indonesia.[17] Lihat jugaReferensi
|