Kano Jigoro
Kanō Jigorō (嘉納 治五郎 , 28 Oktober 1860 – 4 Mei 1938) adalah pendiri judo. Judo adalah seni bela diri Jepang yang pertama memperoleh pengakuan internasional yang luas, sekaligus seni bela diri Jepang pertama yang menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade. Inovasi pedagogis yang dilakukannya termasuk diperkenalkannya penggunaan sabuk hitam dan sabuk putih, serta tingkatan Dan untuk menunjukkan peringkat di antara anggota dari suatu aliran seni bela diri. Prinsip judo yang diciptakan Kanō adalah "Efisiensi Maksimum dengan Usaha Minimum" dan "Saling Menguntungkan dan Kesejahteraan". Dalam kehidupan profesionalnya, Kanō adalah seorang pendidik. Jabatan penting yang pernah didudukinya termasuk menjabat sebagai direktur pendidikan dasar untuk Kementerian Pendidikan (文部省 , Monbushō) dari 1898-1901, dan sebagai kepala sekolah di Sekolah Normal Tinggi Tokyo dari 1901 sampai 1920.[2] Ia memainkan peran penting dalam memasukkan judo dan kendo ke kurikulum sekolah umum di Jepang pada tahun 1910-an. Kano juga pelopor olahraga internasional. Di antara jabatan yang pernah dipercayakan kepadanya termasuk anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pertama dari Asia (menjabat dari 1909 sampai 1938); wakil resmi Jepang pada hampir semua Olimpiade yang diadakan antara 1912 dan 1936, dan juru bicara utama pencalonan Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade Helsinki 1940. Di antara penghargaan dan bintang yang pernah diterimanya adalah First Order of Merit dan Orde Matahari Terbit Kelas Utama dan Gelar Kekaisaran Kelas Tiga. Kano diabadikan di IJF Hall of Fame pada 14 Mei 1999.[3] Masa mudaKano Jigoro lahir sebagai putra ketiga dari keluarga pembuat sake di kota Mikage, Jepang (sekarang disebut Higashinada-ku, Kobe). Di antara sake yang diproduksi keluarganya terdapat merek-merek seperti "Shiroshika", "Hakutsuru", dan "Kiku-Masamune". Meskipun demikian, ayahnya yang bernama Kano Kano Jirosaku Kireshiba adalah seorang anak angkat yang tidak turut serta dalam bisnis keluarga. Ayahnya bekerja sebagai biksu sekaligus klerk senior di perusahaan pelayaran.[4] Ayahnya adalah seorang yang sangat percaya pada pentingnya pendidikan. Ia memberikan pendidikan terbaik untuk Jigoro. Di antara guru yang mengajarnya sewaktu kecil terdapat cendekiawan neo-Konfusianisme sarjana Yamamoto Chikuun dan Akita Shusetsu.[5] Ibunya meninggal ketika Kano berumur sembilan tahun, dan ia diajak ayahnya pindah ke Tokyo. Kano semasa remaja dididik di sekolah swasta, dan ia bahkan memiliki guru les privat bahasa Inggris. Pada 1874, ia dikirim ke sebuah sekolah swasta yang dikelola oleh orang Eropa untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris dan Jerman.[4] Pada saat itu, tinggi badan Kano 157 cm, namun beratnya hanya 41 kg. Dia berharap dirinya bisa lebih kuat.[6] Suatu hari, Nakai Baisei (seorang teman dari keluarga yang bekerja sebagai anggota penjaga shogun) memberitahukannya bahwa jujutsu adalah bentuk latihan fisik yang sangat baik. Dia kemudian menunjukkan kepada Kano beberapa teknik yang memungkinkan orang yang lebih kecil dapat mengatasi lawan yang lebih besar dan kuat. Kano memutuskan dia ingin belajar jujutsu meskipun Nakai memperingatinya bahwa latihan yang akan diterimanya sudah ketinggalan zaman dan agak berbahaya. Ayah Kano juga berkeberatan anaknya belajar jujutsu, dan menganjurkan kepadanya untuk belajar olahraga modern saja.[7] JujutsuKetika Kano kuliah di Universitas Kekaisaran Tokyo pada tahun 1877, dia mulai mencari guru jujutsu.[8] Dia melakukan ini dengan terlebih dahulu mencari tabib tulang, yang disebut seifukushi. Ia berasumsi bahwa para tabib tahu nama-nama guru seni bera diri terbaik. Ketika sedang mencari-cari guru, ia bertemu dengan Yagi Teinosuke yang pernah berguru kepada Emon Isomata dari aliran jujutsu Tenjin Shin'yō-ryū. Yagi kemudian memperkenalkan Kano kepada Fukuda Hachinosuke, seorang tabib tulang pengajar Tenjin Shin'yō-ryū di ruangan 10 tatami yang berdekatan dengan tempat praktiknya. Tenjin Shin'yō-ryū adalah kombinasi dari dua aliran yang lebih tua: Yōshin-ryū dan Shin no Shindō-ryū.[9][10] Metode latihan yang diterapkan Fukuda kebanyakan terdiri membiasakan murid baru dijatuhkan berkali-kali oleh guru atau murid senior sampai mereka mulai memahami mekanisme teknik bantingan. Fukuda menekankan pada teknik praktis daripada latihan kata. Dia memberikan penjelasan singkat mengenai tekniknya kepada para pemula, dan kemudian menyuruh mereka mempraktikkannya secara bebas (randori) supaya mereka dapat belajar dari pengalaman. Baru setelah murid telah mengerti dasar-dasar, mereka diajari (kata). Metode belajar seperti ini sulit, tidak ada tatami khusus untuk jatuh, hanya tatami standar dari jerami yang diletakkan di atas lantai kayu.[7] Kano mengalami kesulitan mengalahkan Fukushima Kanekichi yang merupakan salah satu seniornya di perguruan. Oleh karena itu, Kano mulai mencoba teknik-teknik tidak umum terhadap saingannya. Dia pertama kali mencoba teknik dari sumo. Setelah tahu itu tidak membantunya, ia belajar lebih banyak, dan mencoba teknik gendong pemadam kebakaran(fireman carry) yang dia pelajari dari sebuah buku tentang gulat Barat. Siasatnya berhasil, kataguruma hingga kini telah menjadi bagian dari teknik judo, meskipun pada saat ini organisasi judo dari beberapa negara melarang teknik ini dalam kompetisi judo.[11] Pada 5 Agustus 1879, Kano ikut serta dalam demonstrasi jujutsu di hadapan mantan Presiden Amerika Serikat Ulysses S. Grant. Demonstrasi ini berlangsung di rumah pengusaha terkemuka Shibusawa Eiichi. Tokoh lainnya yang ikut serta dalam demonstrasi ini di antaranya guru jujutsu Fukuda Hachinosuke dan Iso Masatomo, dan Godai Ryusaku mitra latih Kano[12][13] Namun Fukuda meninggal tak lama setelah melakukan demonstrasi ini pada usia 52 tahun. Kano kemudian mulai belajar dengan Iso, teman Fukuda. Meskipun usianya sudah 62 tahun dan tingginya hanya 152 cm, badan Iso kuat berkat latihan jujutsu. Dia dikenal untuk keunggulan dalam kata, dan juga seorang spesialis atemi, atau menyerang daerah vital. Menurut metode Iso, belajar judo dimulai dari kata dan berlanjut ke perkelahian bebas (randori). Berkat latihan yang intensif dan dasar-dasar yang kuat dalam jujutsu dari Fukuda, Kano segera diangkat sebagai asisten di perguruan milik Iso. Pada tahun 1881, ketika berusia 21, dia mendapatkan lisensi mengajar (kyoshi menkyo) untuk mengajar Tenjin Shin'yō-ryū.[11] Ketika menjadi murid Iso, Kano menyaksikan demonstrasi oleh guru jujutsu Yōshin-ryū bernama Totsuka Hikosuke, dan lalu mengambil bagian dalam randori dengan murid-murid perguruan Totsuka.[14] Kano sangat terkesan oleh murid-murid Yōshin-ryū dan menyadari bahwa ia tidak mungkin bisa mengalahkan ahli seni bela diri berbakat seperti Totsuka hanya dengan berlatih lebih keras. Ia juga perlu menemukan metde latihan yang lebih cerdas. Pengalaman tersebut menyadarkan Kano bahwa untuk dapat benar-benar unggul, perlu menggabungkan unsur-unsur terbaik dari beberapa aliran (ryū) dari jujutsu termasuk Taijutsu Yagyu Shingan ryu. Demi mewujudkan tujuannya, ia mulai mencari guru untuk mengajarinya unsur-unsur terbaik dari jujutsu yang dapat diadopsinya.[butuh rujukan] Setelah Iso meninggal pada 1881, Kanō mulai belajar Kitō-ryū di bawah bimbingan Iikubo Tsunetoshi. Ikubo adalah ahli dalam kata dan teknik bantingan, dan penganjur randori. Kano menempa dirinya dengan belajar Kito-ryū. Ia percaya teknik bantingan Iikubo, khususnya lebih baik daripada teknik yang dipelajarinya dari aliran lain sebelumnya.[9][10] Referensi
Pranala luar
|