Kapal cepat rudal kelas Mandau
Kelas Mandau, sebutan Indonesia KCR-PSK, adalah kelas empat kapal cepat rudal yang saat ini dioperasikan oleh Angkatan Laut Indonesia. Mereka dibangun oleh Korea Tacoma Marine Industries dari Korea Selatan antara tahun 1977 dan 1980.[1] DesainPada tahun 1975, Indonesia memesan kepada pembuat kapal Korea Selatan, Korea Tacoma International, untuk 4 kapal cepat rudal bersenjata rudal PSK Mark 5.[2][3] Desainnya didasarkan pada kapal patroli PSSM Korea Tacoma yang dibuat untuk Angkatan Laut Republik Korea, yang kemudian didasarkan pada kapal perang kelas Asheville yang dibuat untuk Angkatan Laut AS.[2][3] Kapal tersebut memiliki panjang 5.358 m (17.578 ft 9 in), dengan lebar 800 m (2.624 ft 8 in) dan draft 163 m (534 ft 9 in). Perpindahan adalah 250 ton panjang (250 t) standar dan 290 ton panjang (290 t) beban penuh.[4] Permesinan kapal disusun dalam tata letak 2 poros, Gabungan Diesel atau Gas (CODOG), dengan satu turbin gas General Electric-Fiat LM2500 berkekuatan 25.000 shp (19.000 kW) yang menggerakkan kapal pada kecepatan tinggi, dengan dua mesin diesel MTU 12V331 TC81 masing-masing berkekuatan 1.120 bhp (840 kW), memberi daya pada kapal pada kecepatan rendah.[4] Kecepatan maksimumnya adalah 41 kn (47 mph; 76 km/jam) menggunakan turbin gas, dan 17 kn (20 mph; 31 km/jam) menggunakan mesin diesel.[2][3] Jangkauannya adalah 2.500 nmi (2.900 mi; 4.600 km) pada kecepatan 17 kn (20 mph; 31 km/h).[4] Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan satu meriam Bofors 57 mm SAK-57 Mk I di bagian depan, dengan meriam Bofors 40 mm L/70 di bagian belakang, dan dua meriam Rheinmetall 20 mm yang berfungsi sebagai pertahanan jarak dekat. Empat rudal anti-kapal Exocet mm 38 dapat dibawa. Kapal tersebut memiliki awak 7 perwira dan 36 pangkat lainnya.[2] Radar pencarian permukaan I-band Racal Decca 1226 dipasang, sedangkan pengendalian tembakan dilakukan dengan radar pengendalian tembakan Signaal WM 28 dan direktur optronik Selenia NA-18.[2] Sejarah operasionalPada 11 September 2018, KRI Rencong terbakar dan tenggelam saat berpatroli di dekat Sorong di Papua Barat. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 ketika terjadi kebakaran di ruang mesin kapal setelah turbin gas tiba-tiba mati. Api segera menyebar ke kompartemen lain, termasuk ruang amunisi, sehingga komandan kapal mengeluarkan perintah untuk meninggalkan kapal. Kapal patroli tersebut telah berperan penting dalam upaya Indonesia memberantas penangkapan ikan ilegal sejak tahun 2015. Kapal tersebut digunakan untuk mencegat kapal-kapal nelayan Filipina dan Taiwan yang memasuki dan menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia. Kapal ini merupakan bagian dari Komando Armada III TNI Angkatan Laut di Sorong dan digunakan untuk berpatroli di Laut Banda di Kepulauan Maluku dan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Sulawesi.[5] Kapal
Lihat jugaDaftar kapal TNI Angkatan Laut yang aktif Perlengkapan TNI Angkatan Laut Referensi
Biografi
|