Kasus mutilasi Universitas Nanjing
Pada 19 Januari 1996, sisa-sisa tubuh Diao Aiqing (刁爱青) yang dimutilasi, yang hilang sembilan hari sebelumnya, ditemukan di berbagai lokasi di/atau dekat Universitas Nanjing di Jiangsu, Tiongkok. Tubuh Diao Aiqing telah dipotong-potong menjadi lebih dari 2.000 bagian. Kasus ini tetap tidak terpecahkan dan merupakan salah satu kejahatan paling terkenal di kota itu. Kasus ini secara resmi dikenal di Tiongkok sebagai Insiden 1-19 Nanjing atau Kasus Mutilasi 1-19.[1] HilangDiao Aiqing lahir pada Maret 1976 di Shengao, Distrik Jiangyan di kota Taizhou, Jiangsu.[2] Dia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Menurut kakak perempuannya, Diao Aihua, keluarga mereka hidup dalam kemiskinan, dan dia (Aihua) putus sekolah untuk mencari pekerjaan. Sementara itu, Diao melanjutkan studinya dan berprestasi secara akademis. Diao berhasil mendaftarkan diri di Universitas Nanjing.[3] Dia tiba di Nanjing pada bulan Oktober 1995 untuk menghadiri Sekolah Pendidikan Orang Dewasa universitas. Dia mengambil jurusan aplikasi komputer di Departemen Manajemen Informatika. Untuk menghindari gangguan studinya, keluarganya membatasi komunikasi dengan Diao, bahkan tidak memberi tahu dia tentang kematian kakek dan pernikahan saudara perempuannya. Diao digambarkan sebagai "introvert dan sederhana". Dia juga tidak suka berinteraksi dengan orang lain.[2] Pada 10 Januari 1996, di malam hari, Diao dan teman sekamarnya dihukum karena penggunaan alat listrik secara ilegal.[4] Setelah konflik dengan manajemen asrama, dia meninggalkan gedung dan tidak kembali.[5] Diao terakhir terlihat hidup mengenakan mantel merah dengan lapisan hitam.[2] Dia dilaporkan hilang, tetapi keluarganya tidak diberitahu oleh pihak berwenang hingga 19 Januari.[5][6] PenemuanPenemuan jenazah Diao pada musim dingin tanggal 19 Januari pertama kali dilaporkan oleh seorang pekerja kebersihan yang menemukan daging di dalam tas. Awalnya dianggap daging babi, pekerja membawanya pulang untuk dimakan. Saat menyiapkan daging, tiga jari manusia ditemukan.[7] Pekerja tersebut melaporkan penemuan tersebut kepada polisi yang memastikan bahwa itu berasal dari manusia.[3] Jenazah manusia dalam paket terbungkus plastik akhirnya ditemukan di delapan lokasi di sekitar universitas, termasuk di stadion, gerbang masuk, rumah sakit, dan di sepanjang pinggir jalan. Polisi kemudian memastikan bahwa sisa-sisa yang berserakan adalah milik Diao dan memberitahu ayahnya untuk mengunjungi Nanjing.[8] Antara 20 dan 30 Januari, kepala dan pakaian Diao ditemukan.[2] InvestigasiLebih dari 2.000 potongan jenazah manusia ditemukan. Kepala dan organ dalam Diao direbus selama beberapa hari.[9] Organ penting seperti jantung, hati dan limpa tidak pernah ditemukan. Tim forensik hanya dapat mengidentifikasi jenazah tersebut sebagai milik perempuan melalui analisis rambut tubuh dan jaringan otot.[8] Kerabat dapat mengidentifikasinya melalui tahi lalat di pipi kanannya.[1] Seorang perwira senior yang terlibat dalam kasus tersebut menggambarkan pembunuhan itu sebagai "sangat kejam". Petugas itu menambahkan bahwa potongan daging yang dibedah dengan presisi tinggi hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang sangat memahami anatomi.[8] Polisi menyimpulkan bahwa pembunuhnya pasti seorang tukang daging atau ahli bedah profesional.[9] Siswa dan guru menjadi subjek penyelidikan. Dua profil tersangka diangkat, termasuk seorang pria paruh baya yang sehat secara fisik. Namun, departemen universitas tidak dapat menemukan individu yang cocok dengan karakteristik profil.[8] Investigasi besar diluncurkan di universitas dan daerah sekitarnya, tetapi tidak ada petunjuk utama dari kejahatan yang ditemukan dan kasus tersebut gagal membuat kemajuan.[2] Pada tahun 2016, polisi Nanjing memberi tahu keluarga Diao bahwa kasus tersebut masih "diselidiki".[1] ReaksiUniversitas Nanjing mengembalikan biaya kuliah Diao. Keluarga Diao meninggalkan Nanjing ke kampung halaman mereka lima hari kemudian. Yangtse Evening Post menerbitkan foto Diao dengan "potongan rambut kekanak-kanakan", dan melaporkan bahwa dia terakhir terlihat mengenakan mantel merah. Informasi ini memicu ketakutan dimasyarakat akan seorang pembunuh yang mengincar wanita berambut pendek bermantel merah.[1] Pada tahun 2021, keluarga Diao mengajukan gugatan terhadap Universitas Nanjing sebesar ¥1,62 juta (US$246.000) untuk ganti rugi. Diao Aihua mengatakan bahwa gugatan itu untuk “mencari keadilan” daripada kompensasi.[5] Kasus ini menjadi terkenal baru-baru ini dengan penggunaan bukti DNA untuk memecahkan kasus pembunuhan tingkat tinggi di masa lalu.[9] Kasus ini telah dibandingkan dengan Los Angeles Black Dahlia karena kemiripannya.[1] Lihat jugaReferensi
|