Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Surakarta
Kedung Lumbu (bahasa Jawa: ꦏꦼꦝꦸꦁꦭꦸꦩ꧀ꦧꦸ, translit. Kedhung Lumbu) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57113. Pada tahun 2020, kelurahan ini berpenduduk 5.469 jiwa. Asal namaNama kelurahan ini diberikan oleh para penggawa keraton Surakarta yang kehilangan akal karena penduduk tempat ini menolak dipindahkan ke daerah lain saat pembangunan Keraton Surakarta pada abad ke-18. Mereka mengumpamakan para penduduk itu seperti air di atas daun lumbu (talas), karena mereka mengubah-ubah janji saat diminta pindah. Pembagian wilayahSecara Administratif Kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang meliputi 30 Rukun Tetangga (RT) yakni 28 RT aktif dan 2 RT pasif (Tidak efektif yaitu RT.01 dan RT.02, RW.VI, karena wilayahnya dijadikan area Pasar Cenderamata)dan secara historis Kelurahan Kedunglumbu terdiri dari 9 kampung, yakni:
LojiwetanSalah satu bagian kelurahan ini dinamakan Lojiwetan. Dinamakan demikian karena dari asal kata bahasa Jawa Loji yang berarti lumbung dan Wetan yang berarti timur. Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, daerah ini pada khususnya menjadi lumbung padi atau makanan yang lain bagi daerah di sekitarnya. Oleh karena sifatnya yaitu menyimpan makanan, maka arsitektur rumah-rumah di daerah ini (yang masih asli) pun memiliki karakteristik antara lain tembok yang tebal (sekitar 2 bata) dan langit-langit yang tinggi. Tidak diketahui bagaimana proses transisi dari loji menjadi rumah penduduk, namun yang ada sekarang tidak meninggalkan kesan sama sekali bahwa pada zaman dahulu tempat tersebut adalah lumbung-lumbung padi selain daripada namanya. Beberapa tahun terakhir rumah-rumah yang masih memiliki bagian-bagian bangunan yang asli maupun rumah yang sengaja dirancang - diubah menjadi rumah burung walet yang sarangnya memiliki harga yang tinggi di pasar. Itulah sebabnya angka kejahatan di daerah Lojiwetan belakangan ini naik, terutama pada saat musim panen sarang burung walet, dimana pencuri sarang burung beraksi melalui atap-atap rumah di sekitarnya, dan hal yang lumrah terlihat di daerah ini adalah rumah-rumah yang bertembok tinggi dan dilengkapi dengan pagar berduri. Terlepas dari masalah keamanan musiman, kawasan yang terdiri atas 4 jalan kecil: gangsatu - Jalan Perunggu, gang dua - Jalan Tembaga (Jalan Sungai Kapuas), gang tiga - Jalan Baja (Jalan Sungai Barito), dan gang empat - Jalan Timah yang masing-masing hanya selebar 3 buah mobil ini memiliki suasana yang nyaman untuk ditinggali. Jauh dari jalan raya membuatnya bebas polusi, namung hanya tinggal keluar dari gang orang sudah dapat menemui jalan raya. Selain itu kebutuhan sehari-hari pun dapat dipenuhi dalam jarak yang relatif dekat. Keadaan wilayahDi wilayah Kelurahan Kedunglumbu terdapat :
Jadi dapat dikatakan bahwa Lojiwetan merupakan jantung Kelurahan Kedung Lumbu. Adapun bagian-bagian yang lain di sekitarnya biasa disebut oleh penduduk setempat dengan sebutan Balong, Kreteg Gantung, Beteng, Gladag, Alun-alun, Warungmiri, Kerkop. Banyak istilah-istilah yang dipakai meminjam bahasa setempat. Kreteg Gantung berarti Jembatan Gantung dalam bahasa Jawa - karena suatu alasan menjadi nama jembatan kecil yang melintasi anak sungai Bengawan Solo (Kali Pepe), dan akhirnya menjadi nama daerah di sekitar jembatan tersebut. Kerkop merupakan istilah Belanda (dari kerkhof) untuk tempat pemakaman orang Belanda, walaupun makam tersebut sekarang tidak diketahui tempatnya oleh umum. |