Kepler-186c
Kepler-186c adalah salah satu dari lima eksoplanet yang ditemukan mengorbit bintang katai merah Kepler-186, yang terletak sekitar 582 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus. Planet ini ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler milik NASA, yang menggunakan metode transit untuk mendeteksi keberadaan planet-planet di luar Tata Surya. Kepler-186c adalah planet kedua terdekat dari bintang induknya dan, meskipun berbatu, memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk mendukung kehidupan karena jaraknya yang terlalu dekat dari bintang induknya PenemuanKepler-186c, seperti anggota lain dari sistem Kepler-186, ditemukan oleh misi Kepler, yang diluncurkan oleh NASA pada 2009. Eksoplanet ini terdeteksi melalui metode transit, yaitu penurunan kecil dalam kecerahan bintang yang terjadi ketika planet melewati atau transit di depan bintang dari sudut pandang pengamat di Bumi. Penemuan Kepler-186c diumumkan pada 2014, bersama dengan Kepler-186f, yang terkenal karena berada di zona layak huni sistemnya. Sistem Kepler-186Kepler-186 adalah bintang katai merah tipe M yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan Matahari, dengan massa sekitar 0,48 kali massa Matahari dan radius sekitar 0,47 kali radius Matahari. Karena bintang katai merah memiliki zona layak huni yang lebih dekat, semua planet dalam sistem Kepler-186 berada lebih dekat dengan bintang induknya dibandingkan dengan jarak planet-planet di Tata Surya ke Matahari. Sistem ini terdiri dari lima planet yang telah dikonfirmasi, yaitu Kepler-186b, Kepler-186c, Kepler-186d, Kepler-186e, dan Kepler-186f. Karakteristik Kepler-186cRadius dan MassaKepler-186c memiliki radius sekitar 1,39 kali radius Bumi. Ukuran ini menunjukkan bahwa planet ini mungkin berbatu, tetapi tidak ada data massa yang tersedia secara langsung karena keterbatasan teknologi saat ini. Berdasarkan model teoretis untuk planet berbatu, massa Kepler-186c diperkirakan antara 2,2 hingga 2,8 kali massa Bumi, tetapi ini hanya perkiraan kasar yang masih memerlukan verifikasi lebih lanjut. Suhu dan AtmosferKepler-186c menerima radiasi yang cukup tinggi dari bintang induknya, yang berarti suhu permukaannya kemungkinan sangat panas dan tidak kondusif untuk kehidupan seperti yang kita kenal. Karena jaraknya yang dekat dengan Kepler-186, Kepler-186c diperkirakan memiliki suhu permukaan yang jauh lebih tinggi dari Bumi, dan ini membuat kemungkinan adanya air dalam bentuk cair menjadi sangat kecil. Belum ada data observasi langsung mengenai atmosfer Kepler-186c, tetapi jika memiliki atmosfer, kemungkinan besar atmosfernya tipis atau telah terkikis oleh radiasi dari bintang katai merahnya. OrbitKepler-186c mengorbit bintang induknya pada jarak sekitar 0,092 AU (sekitar 13,8 juta km), yang jauh lebih dekat dibandingkan orbit Merkurius ke Matahari di Tata Surya. Planet ini memiliki periode orbit sekitar 7,3 hari, menjadikannya salah satu planet yang memiliki waktu revolusi sangat singkat di antara lima planet dalam sistem ini. Karena orbitnya yang sangat dekat dengan bintang induknya, Kepler-186c mungkin mengalami penguncian pasang surut, di mana satu sisi planet terus-menerus menghadap bintang sementara sisi lainnya berada dalam kegelapan abadi. Kondisi PermukaanDengan perkiraan suhu permukaan yang panas dan jaraknya yang dekat dari bintang induknya, Kepler-186c bukanlah kandidat planet layak huni. Permukaan planet ini kemungkinan besar terdiri dari material berbatu yang panas, dengan kemungkinan rendah adanya atmosfer tebal yang mampu mempertahankan suhu permukaan yang lebih moderat. Selain itu, radiasi kuat dari bintang katai merah dapat menyebabkan efek atmosfer dan permukaan yang ekstrem, sehingga kondisi di Kepler-186c sangat berbeda dari kondisi yang ada di Bumi. Peran dalam Penelitian EksoplanetKepler-186c adalah salah satu contoh eksoplanet berbatu yang mengorbit bintang katai merah pada jarak yang sangat dekat, sehingga ia memberikan wawasan berharga mengenai karakteristik planet yang berada di sekitar bintang tipe M. Keberadaan planet ini menunjukkan bahwa sistem bintang katai merah dapat menampung berbagai jenis planet berbatu, dan meskipun Kepler-186c tidak cocok untuk kehidupan, studinya membantu para astronom memahami beragam lingkungan yang ada di galaksi. Tantangan Observasi LanjutanMeskipun Kepler-186c terletak terlalu jauh untuk pengamatan rinci dengan teknologi saat ini, para astronom berharap teleskop masa depan seperti James Webb Space Telescope (JWST) dapat memperluas studi atmosfer eksoplanet pada bintang-bintang yang lebih dekat. Namun, karena Kepler-186c memiliki orbit yang sangat dekat dengan bintang induknya, planet ini bukan menjadi target utama bagi observasi lanjutan mengenai atmosfer eksoplanet layak huni. Lihat PulaReferensi
|